Ada berita sedih dari dunia pendidikan pada pekan pertama tahun pelajaran 2013/2014 ini, yang kita baca pada sebuah surat kabar harian. Diberitakan bahwa ada seorang anak didik yang meninggal dunia ketika akan dibawa ke rumah sakit setelah penutupan kegiatan MOS di sebuah sekolah menengah atas di Kabupaten Bantul. Meski demikian, menurut berita tersebut, penyebab kematian dari anak didik itu belum bisa dipastikan.
Berita di Kompas, Minggu, 21 Juli 2013, halaman 11. |
Selain berita yang dirilis di harian Kompas tersebut, Kedaulatan Rakyat online pada Sabtu, 20 Juli 2013 juga memberitakan hal yang sama. Meski, sekali lagi berita itu tidak memastikan penyebab dari gugurnya siswi baru yang dimaksud.
MOS dan Bullying
Jika saya mencoba melihat apa yang ada dalam ketentuan dari Lampiran Keputusan dari Kepala Dinas Pendidikan, Provinsi DI Yogyakarta, Nomor 188/395, tanggal, 30 Mei 2013, Tentang Pedoman Penyusunan Kalender Pendidikan Satuan Pendidikan di Kota Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Pada poin D dalam lampiran tersebut, yang menjelaskan tentang Kegiatan Awal Tahun Pelajaran, pada pasal 1 sampai 2 dijelaskan secara singkat rambu-rambunya sebagai berikut:
Capture berita yang dimuat dalam halaman KR yang dikutip dari http://krjogja.com/read/181048/orangtua-ragukan-keterangan-sekolah.kr |
MOS dan Bullying
Jika saya mencoba melihat apa yang ada dalam ketentuan dari Lampiran Keputusan dari Kepala Dinas Pendidikan, Provinsi DI Yogyakarta, Nomor 188/395, tanggal, 30 Mei 2013, Tentang Pedoman Penyusunan Kalender Pendidikan Satuan Pendidikan di Kota Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Pada poin D dalam lampiran tersebut, yang menjelaskan tentang Kegiatan Awal Tahun Pelajaran, pada pasal 1 sampai 2 dijelaskan secara singkat rambu-rambunya sebagai berikut:
1. Kegiatan awal tahun pelajaran bagi siswa baru diisi dengan kegiatan pengenalan
sekolah selama 3 (tiga) hari, dimulai tanggal 15Juli 2013;
2. Pelaksanaan kegiatan pengenalan sekolah dimulai pukul 07.00 WIB dan diakhiri
maksimal pukul 14.00 WIB;
Dari cuplikan tersebut, saya saya mencoba memahami apa yang sesungguhnya diinginkan oleh Dinas Pendidikan inginkan dan maksudkan dengan kegiatan MOS atau kegiatan awal tahun pelajaran tersebut. Tentunya pihak Dinas Pendidikan memberikan rambu-rambu tentang bagaimana dengan pelaksanaan MOS yang semestinya. Dan meski rambu-rambu yang ada itu minim, maka rambu-rambu itulah yang dapat menjadikan pijakan bagi setiap sekolah dalam memberikan pengenalan lingkungan sekolah kepada para siswa barunya.
Bagi saya, yang juga adalah bagian dari sebuah sistem di sekolah, pengenalan lingkungan sekolah kepada para siswa barunya, jika dilakukan oleh guru-guru profesional di sekolah masing-masing, pasti akan memberikan dampak yang baik untuk para siswa baru tersebut. Namun saya menduga bahwa banyak sekolah yang ketika melakukan kegiatan pengenalan lingkungan sekolah kepada para siswa barunya dilakukan oleh para guru-gurunya. Saya menduga, semoga 100% salah (?), bahwa sekolah, dalam hal ini guru, telah mengalihkan tugas pengenalan tersebut kepada para pengurus OSIS di sekolah tersebut, yang adalah para senior dari siswa baru itu. Kondisi ini, jika tidak ada atau kurang pengawasan dari para guru dan pendidik secara terus menerus, maka tidak bisa disalahkan jika masih ada budaya senioritas yang tetap ditumbuhkan. Dengan budaya senioritas inilah, dalam asumsi saya, salah satu yang menjadi lahirnya bullying di sekolah.
Pertanyaannya, apakah untuk pengenalan tentang lingkungan sekolah kepada para siswa barunya sekolah (baca: Guru) harus melepaskan tanggung jawab itu kepada para seniornya? Inilah pertanyaan yang harus menjadi titik introspeksi kita sebagai guru di sekolah, atau semua yang bergerak di alam pendidikan formal jika kita berkomitmen melenyapkan bullying.
Jakarta, 22-31 Juli 2013.
No comments:
Post a Comment