Setidaknya itulah logika saya ketika pada pagi itu, saya melihat bagaimana anak-anak yang masih berusia dibawah enam tahun telah mampu, antara lain telah mampu membobol dan sekaligus memborong tiga gol di pertandingan futsal antara taman kanak-kanak di sebuah sekolah di Jakarta Selatan. Torehan itulah yang mebuat saya berpikir bahwa anak-anak itu telah membuktikan dirinya berprestasi sejak diusia kecil. Sebuah capaian yang luar biasa.
Setidaknya itu yang dilakukan oleh seorang bocah dari sebuah TK yang telah memiliki visi dalam sebuah permainan futsal. Maksud saya, ketika hampir seluruh pemain yang semuanya masih duduk di kelas TK kelompok B, kelompok belajar untuk usia 5,6 tahun di bulan Januari ini, belum memiliki keterampilan bagaimana jika bola ada di kakinya, ada beberapa anak yang telah mampu menerima dan mengarahkan bola itu ke gawang yang benar. Dan anak-anak seperti itu, selalu ada di setiap tim futsal yang sedang berlaga di lapangan basket tersebut. Oleh karenanya, tidak salah jika saya memiliki logika bahwa, anak-anak itu sejak balita telah berprestasi dalam bermain futsal.
Berprestasi Apa?
Barangkali seperti inilah kalimat pertanyaan berikutnya? Berprestasi yag seperti apa? Pada lahan atau area yang mana? Berprestasi sebagai pmain bola atau bidang olah raga yang lainnya?
Mengapa kalimat ini muncul dalam benak saya? Karena hampir setiap hari atau waktu ketika saya berhadapan dengan masyarakat pendidikan khususnya yang menjadi orangtua siswa, makna dari prestasi itu beragam sekali. Hampir semua area dan bidang dapat dianggap prestasi. Tetapi itu sangat kondisional. Artinya, jika dalam pertandingan olah raga, maka kita membangakan prestasi anak kita di bidang yang digelutinya itu. Tetapi bila waktu akan menempuh ujian nasional? Maka prestasi hanya dilihat manakala hasil ujian itu luar biasa bagus.
Atau juga, ketika anak kita sudah duduk di bangku SMA, maka ketika anak kita masuk di jurusan IPA, maka itulah yang bernama prestasi. Dan sebagainya, dan seterusnya. Itulah logika yang menjadi perenungan saya sebagai guru.
Oleh karenanya, yang paling hakikat dalam menyimpulkan sesorang tersebut berprestasi adalah ketika sejak awal mulai kita menyepakati bersama dersama anak-anak kita itu tentang apakah itu prestasi. Dan mudah-mudahan ketika kesepakatan itu tercapai, maka apayang diraih sejak anak-anak itu kecil, menjadi benar-benar tumbuh dalam kapasitas dan kualitasnya.
Sehingga, boleh jadi suatu saat nanti benar-benar lahir diantara anak-anak kita yang benar-benar berprestasi dalam bidangnya. Sebuah keberhasilan yang dirancangnya sejak anak-anak itu berusia muda. Semoga.
Jakarta, 5 Januari 2013.
No comments:
Post a Comment