Dari Bukit Tinggi. |
Saya menemukan ikon yang terdapat dalam kaos, yang sering saya temui ketika saya berada di tempat umum, bus kota, atau bahkan sedang bercengkerama dengan tetangga di cakruk atau pos kamling. Kaos dengan gambar atau identitas daerah itu lazimnya mempertontonkan kekhasan pada daerah wisata tersbut. ada rumah adat, jembatan yang panjang, logo daerah, sepeda onthel atau kendaraan khas lainnya, atau dalam bentuk lainnya.
Semua itu memang menjadi kenangan tersendiri bagi pemakai tentang suatu daerah yang pernah diunjunginya. Walau tidak jarang saya pribadi sering mendapat oleh-oleh kaos atau baju batik dengan ikon daerah wisata yang jujur, belum pernah saya berkunjung. Tetapi itu pas jika pembelian kaos atau baju batik tersebut dimaksudkan sebaga cindera mata atau cindera hati, kata orang Malaysia.
Dan karena pemberian itu dari beberapa orang, baik teman atau kerabat yang pulang dari suatu tempat tersebut, mka ada beberapa ikon daerah yang menempel di kaos yang sering saya kenakan.
Tongkonan, Toraja, meski di beli di Makassar. |
Di luar nilai ekonomi bagi masyarakat di darah-daerah tersebut dengan lakunya ikon daerah dalam bentuk cindera mata tersebut, kadang masih ada atau masih saya temui kaos-kaos tersebut yang meski indah untuk dikenang, membanggakan ketika dipandang, namun masih sering yang kurang nyaman kala dikenakan.
Itulah barangkali yang harus menjadi pekerjaan rumah bagi para pengrajin atau bahkan pedagang di daerah-daerah tujuan wisata, agar benar-benar memberikan kenangan yang mengesankan, membanggakan, sekaligus juga memberikan kenyamanan. Dan pasti sebagai implikasi berikutnya adalah mensejahterakan bagi pengerajinnya dan pedagangnya, serta memberikan dorongan atau ajakan kepada kalayak ketika kaos itu dikenakan oleh pemakainya.
Mungkin itulah catatan saya berkenaan dengan kaos yang saya kenankan pada hari ini. Meski telah belel karena telah dimakan usia, tetapi karena memberikan kenyamanan, maka sayang kalau harus di pensiunkan.
Jakarta, 1 Februari 2013.
No comments:
Post a Comment