Sebagai bagian dari pelaksanaan undang-undang tentang sertifikasi guru di Indonesia, maka pelaksanaan PLPG menjadi salah pola bagi guru untuk memperoleh sertifikasi sebagai pendidik. Dalam pasal 1 ayat 7, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2012 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, dijelaskan bahwa pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG), adalah salah satu pola sertifikasi guru dalam jabatan yang penilaiannya melalui pengamatan, uji kinerja, dan ujian tulis.
Dan dalam pasal 7 dalam permen yang sama disampaikan apa yang harus ditempuh oleh seorang guru dalam PLPG, yaitu;
a. pendalaman materi,
b. lokakarya (workshop),
c. praktik mengajar, dan
d. uji kompetensi.
Beberapa Cerita
Dalam tulisan kali ini, saya bermaksud menyampaikan beberapa cerita tentang palaksanaan kegiatan PLPG yang diikuti oleh teman-teman guru. PLPG sendiri dilakukan secara bergelombang. Ada lebih kurang 10 gelombang yang diselenggarakan sejak Mei hingga awal September untuk pelaksanaan oleh LPTK yang ada di wilayah Jakarta. Pelaksanaan dengan cara bergelombang ini memungkinkan sebuah sekolah untuk tetap melaksanakan pembelajaran dengan cara normal dan tidak perlu meliburkan siswanya. Walau pada gelompbang terakhir yang diselenggarakan oleh LPTK UNJ, terdapat sekolah yang enam (6) guru dari dua belas (12) gurunya dijadikan satu gelombang. Meski buruk dalam pembuatan gelombangnya, namun memang masih memungkinkan sekolah untuk berjalan.
Dan ketika guru-guru yang saya kenal itu kembali ke sekolah, maka banyak pelajaran yang saya ikut mendapatkannya. Cerita pegalaman yang menyenangkan dan membangkitkan semangat dari kegiatan PLPG itu antara lain berkenaan dengan bertambahnya ilmu pengetahuan yang didapat teman-teman selama yang bersangkutan menguikutinya. Juga pengalaman sosial berkenaan ketika teman-teman itu harus bergaul bersama peserta lainnya selama lebih kurang sembilan (9) hari.
Ada teman yang merasa baru saja lahir ketika pelaksanaan PLPG. Dan sejak itulah ia memperoleh semangat untuk berubah. Berubah dalam melihat dan melayani siswanya di kelas, berubah paradigmanya ketika mengenakan sepatu di rumah untuk berangkat mengabdikan ilmu dan mendidik di sekolah. Pendek kata, mereka memulai lembaran baru dalam mengajar dan mendidik setelah proses insyaf yang dilakukannya sejak pulang dari PLPG.
Akan tetapi ada pula beberapa anekdot yang sayang bila tidak kita abadikan dalam tulisan. Anekdot itu antara lain adalah; Pertama; Gagap Teknologi. Cerita ini berawal dari salah seorang peserta yang berpakaian sedikit berbeda dengan peserta lainnya. Walau tetap berkostum guru, Bapak itu relatif necis. Selain pakaian, juga tambahan tas, yang masih terlihat gres, baru. Benar saja, ketika bekerja kelompo dimulai pada hari berikutnya, maka tas yang tampak gres itu benar-benar gres, baik tasnya dan isinya.
- Baru ini Pak? Selidik teman saya ini kepada Bapak guru necis itu.
- Iya Pak. Ini saya beli untuk PLPG ini. Jawab Pak guru dengan penuh optimisme.
Dan tanpa bermaksud untuk melakukan perundungan terhadap situasi seperti di atas, beberapa saat setelah bekerja kelompok tersebut dimulai keluarlah pengakuan bahwa Bapak guru itu sesungguhnya belum terlalu mahir mengopersikan komputer barunya. Dan kenyataan ini harus menjadi bagian dari kelompok dimana Bapak guru itu berada.
Apa yang kemudian lahir dari pembagian kelompok seperti itu? Tidak lain adalah catatan ke-Kedua; Yaitu empati. Karena tidak ada teman yang ada di dalam setiap kelompok yang semua 'baik-baik' sja, maka untuk membuat semua tugas mereka selesai, rasa empati menjadi bagian penting yang membuat seluruh peserta PLPG 'menyelesaikan' hari-hari mereka.
Ketiga; Kejar Tayang. Ini karena waktu yang berdurasi pendek, maka setiap tugas yang diberikan pembimbing dalam PLPG harus segera tuntas. Alhasil, untuk membuat sebuah karya ilmiha yang membutuhkan catatan kaki dari buku referensi maka jasa SMS atau email dari teman yang bersiap sedia membantu, menjadi salah satu jalan agar semua menjadi tuntas. Termasuk diantaranya adalah googling bagi mereka yang telah menyiapkan perangkat pribadinya. Membaca langsung buku teks dari referensi yang dibutuhkan? Akan mamakan waktu yang menjadikan tugas tidak tergarap tuntas pada waktu yang tersedia.
Jakarta, 06 Agustus 2012.
No comments:
Post a Comment