Mungkin sekali ada diantara Anda yang, selama hidup tidak pernah mengalami ‘ritual’ mudik pada waktu Idul Fitri, karena memang tidak ada alasan atau kepentingannya untuk melakukan itu. Dengan demikian, maka tidak ada yang salah bilamana terbersit dalam pikiran Anda; Mengapa orang-orang itu mau-maunya bersusah payah terjebak dalam kemacetan yang berkepanjangan dan kolosal untuk melakukan perjalanan mudik? Dan pasti Anda akan berpikir; bukankah lebih baik bila mereka yang terjebak kemacetan dalam perjalanan mudiknya itu untuk tetap tinggal di rumah masing-masing dengan tidak mudik? Atau mungkin juga Anda tidak perduli dengan keadaan ini?
Apapun itu, saya sebagai bagian dari orang-orang yang melakukan mudik sadar sesadar-sadarnya akan mengatakan bahwa semua kemungkinan yang ada pada Anda adalah sesuatu yang lumrah. Karena semua itu berdasar kepada persfektif masing-masing. Karena itu suatu yang tidak mungkin disamaratakan. Itulah yang selama ini saya alami dengan anggota keluarga besar saya di Jakarta. Yang sebagian diantara mereka adalah pemudik dan sama sekali yang tidak pernah mudik di kala lebaran. Dan masing-masingnya melihat ‘ritual’ mudik dengan persfektifnya.
Nikmatilah Perjalanan Anda
Dan bagi pemudik atau mungkin bagi Anda yang belum pernah mudik dan ingin merasakan bagaimana perjalanan mudik, maka selain pilihan waktu jam berangkat saat mudik di musim lebaran, dan juga pilihan rutenya, maka kesiapan mental sebelum memulai perjalanan juga memegang peran penting bagi kenikmatan sebuah perjalanan. Tentu ini saya sampaikan untuk para pemudik dengan kendaraan sendiri. Salah satu dari kesiapan mental itu adalah nikmatilah setiap kilometer dari setiap ruas jalan sepanjang perjalanan Anda itu. Juga perlu diperhatikan peta mudik edisi teranyar bersama Anda.
Kesiapan ini mematahkan semangat Anda untuk cepat-cepat sampai kota tujuan Anda. Karena jika motivasi kita hanya kepada kapan sampai, perjalanan darat yang panjang dan kadang menemui kendala kemacetan, hanya akan menjadi ketidaknyamanan dari perjalanan itu. Dan jika ini yang terjadi, perjalanan itu hanya akan memberikan bekas ketidakberkesanan. Sia-sia bukan?
Apa yang dapat kita nikmati dari perjalanan itu? Untuk saya dan keluarga, sesering mungkin menyinggahi tempat=tempat yang bersih dan nyaman sat ingin buang air. Dan biasanya saya dan keluarga akan singgah lebih kurang sebanyak lima (5) sampai dengan delapan (8) kali dalam perjalanan Jakarta-Purworejo. Selain buang air, istirahat juga kami manfaatkan untuk shalat, makan, minum panas, atau keperluan lainnya.
Selain itu, rute yang berbeda-beda antara mudik kali ini dengan kali lain, juga akan memberikan kekayaan pengalaman tersendiri bagi saya dan keluarga, khususnya untuk anak-anak saya.
Jakarta, 19-21 Agustus 2012/ 01 Syawal 1433 H.
Apapun itu, saya sebagai bagian dari orang-orang yang melakukan mudik sadar sesadar-sadarnya akan mengatakan bahwa semua kemungkinan yang ada pada Anda adalah sesuatu yang lumrah. Karena semua itu berdasar kepada persfektif masing-masing. Karena itu suatu yang tidak mungkin disamaratakan. Itulah yang selama ini saya alami dengan anggota keluarga besar saya di Jakarta. Yang sebagian diantara mereka adalah pemudik dan sama sekali yang tidak pernah mudik di kala lebaran. Dan masing-masingnya melihat ‘ritual’ mudik dengan persfektifnya.
Nikmatilah Perjalanan Anda
Dan bagi pemudik atau mungkin bagi Anda yang belum pernah mudik dan ingin merasakan bagaimana perjalanan mudik, maka selain pilihan waktu jam berangkat saat mudik di musim lebaran, dan juga pilihan rutenya, maka kesiapan mental sebelum memulai perjalanan juga memegang peran penting bagi kenikmatan sebuah perjalanan. Tentu ini saya sampaikan untuk para pemudik dengan kendaraan sendiri. Salah satu dari kesiapan mental itu adalah nikmatilah setiap kilometer dari setiap ruas jalan sepanjang perjalanan Anda itu. Juga perlu diperhatikan peta mudik edisi teranyar bersama Anda.
Kesiapan ini mematahkan semangat Anda untuk cepat-cepat sampai kota tujuan Anda. Karena jika motivasi kita hanya kepada kapan sampai, perjalanan darat yang panjang dan kadang menemui kendala kemacetan, hanya akan menjadi ketidaknyamanan dari perjalanan itu. Dan jika ini yang terjadi, perjalanan itu hanya akan memberikan bekas ketidakberkesanan. Sia-sia bukan?
Apa yang dapat kita nikmati dari perjalanan itu? Untuk saya dan keluarga, sesering mungkin menyinggahi tempat=tempat yang bersih dan nyaman sat ingin buang air. Dan biasanya saya dan keluarga akan singgah lebih kurang sebanyak lima (5) sampai dengan delapan (8) kali dalam perjalanan Jakarta-Purworejo. Selain buang air, istirahat juga kami manfaatkan untuk shalat, makan, minum panas, atau keperluan lainnya.
Selain itu, rute yang berbeda-beda antara mudik kali ini dengan kali lain, juga akan memberikan kekayaan pengalaman tersendiri bagi saya dan keluarga, khususnya untuk anak-anak saya.
Jakarta, 19-21 Agustus 2012/ 01 Syawal 1433 H.
No comments:
Post a Comment