Sebagian dari koleksi peta mudik tahun 2011 dan 2012. |
Mungkin ini karena GR saya. Tapi meski begitu, saya tetap bangga dengan sebutan yang buat sendiri sebagai kolektor peta. Pada awalnya, peta-peta yang saya miliki itu sebagai salah bahan belajar dan mengajar bersama siswa di kelas atau pelatihan guru. Namun lebih dari sekedar bahan belajar mengajar, saya justru terobsesi untuk lebih mengenal dan menghafal daerah geografis lebih dekat lagi. Itu sebagain dari keisengan saya ketika berhadapan dengan lembaran peta di saat senggang, baik di rumah atau di kantor. Dan keisengan ini, benar-benar membenamkan saya kepada keasyikan tersendiri.
Dan satu dari sekian peta yang saya punya, adalah peta mudik yang dari tahun ke tahun selalu dibagikan secara gratis yang saya dapatkan pada akhir-akhir bulan Ramadhan di sebuah jaringan toko buka. Dan karena gratis, biasanya saya meminta secara terus terang kepada kasir saat melakukan transaksi untuk meminta lebih dari satu. "Silahkan Pak, gratis. Ini masih sisa banyak sekali..." Begitu biasanya dari tahun ketahun mbak kasir akan menjawab permohonan yang terus terang untuk meminta lebih dari satu.
Anak saya, yang biasa saat ke toko buku berkomentar di hadapan mbak kasir; " Wah, ayahku pasti tidak malu untuk mengambil banyak mbak..." Sebuah komentar yang hanya ditanggapi senyum oleh mbak kasir. Dan tanpa sungkan, saya pun mengambil beberapa peta mudik itu. Namun jangan dulu Anda berpikiran jelak, karena saya pun akan membagi-bagikan peta mudik itu kepada teman-teman di sekolah.
Jalur di Peta tidak sama dengan Jalur di Realita
Ini saya alami pada waktu mudik lebaran pada tahun 2007. Dimana saat kembali ke Jakarta, saya mengambil jalur Purworejo- Prembun- Wadaslintang- Selokerto -Banjarnegara- Kajen- Pekalongan dan lanjut melalui Pantura ke Jakarta. Nah, selesai istirahat shalat dan makan di Banjarnegara, saya melanjutkan perjalanan Wanayasa- Kalibening- Kajen. Sampai Wanayasa, saya berhenti untuk bertanya kepada penduduk arah menuju Kalibening. Namun dari keterangan yang saya dapatkan, pertigaan menuju Kalibening berada di kecamatan Karangkobar. Padahal di peta, pertigaan itu berada di Wanayasa. Kekeliruan ini saya telah sampaikan via email kepada salah satu sponsor yang terdapat di peta mudik tersebut. Akan tetapi hingga tahun 2012 ini, jalur di peta tersebut tetap saja belum ada perubahan.
Jakarta, 21 Agustus 2012.
1 comment:
Gan masih koleksi peta mudik?
Klo petanya ada yg lebih, boleh saya minta gan, hehe
Saya ada beberapa peta yg lebih, kita tukeran koleksi
Post a Comment