Siapa diantara kita yang tidak senang menjadi terkenal? Bahkan, saya bisa menjamin, bila diantara kita yang sekarang ini terinspirasi untuk 'Aku Bisa' dan untuk berani bermimpi, maka menjadi terkenal sangat boleh jadi adalah salah satu dari impian kita itu. Dan itulah yang saya lihat di sepanjang jalan Slipi Cabang Utama di wilayah tempat tinggal Ibu mertua saya. Karena sejak beberapa waktu lalu ada spanduk ukuran 60X90 cm terpasang hampir diseluruh tiang telepon yang ada di sepanjang jalan itu. Spanduk yang memuat foto tokoh (?) dengan kalimat yang merupakan visi 'perjuangannya'. Tokoh yang sebenarnya saya sendiri tidak pernah tahu siapa dia. Namun dengan terpasangnya foto diri, visi perjuangan dalam spanduk mini di tiang listrik tersebut, tak ayal menerbitkan pertanyaan di benak saya tentang siapa tokoh tersebut. Belakangan saya tahu, dan pasti Anda juga tahu, sejak foto diri di spanduk itu nampang di halaman salah satu surat kabar nasional.
Apakah spanduk yang di pasang di jalan raya dekat rumah mertua saya itu hanya satu-satunya spanduk dengan foto diri orang yang itu-itu saja? Ternyata tidak. Di beberapa tempat tampaknya hal memajang foto diri di area publik, apakah di spanduk, di halaman iklan di surat kabar, dan mungkin juga di blog sebagaimana yang saya lakukan ini, adalah salah satu ikhtiar bagi pelakunya untuk menuju terkenal, atau minimal dikenal orang banyak.Apa yang akan kita lakukan bilamana diri kita dikenal oleh orang banyak itu? Semua berpulang kepada orang bersangkutan.
Bagaimana dengan apa yang saya lakkukan dengan diri saya? Apakah terkenal menjadi pencapaian yang harus saya tuju? Mungkin ya. Namun dalam proses kematangan berikutnya, menjadi terkenal ternyata bukan menjadi obsesi saya. Tentang apa yang saya lakukan dengan membuat blog, menjadi bagian dari komunitas jejaring sosial, adalah bentuk komunikasi yang menjadi bagian penting dalam lembaran buku harian saya. Saya belum berpikir di mana ujung dari catatan harian saya yang mayoritas adalah refleksi dan laporan pandangan mata tentang apa yang saya dengar, apa yang saya alami, dan apa yang saya saksikan pada saat saya hidup bersosial di masyarakat.
Apakah spanduk yang di pasang di jalan raya dekat rumah mertua saya itu hanya satu-satunya spanduk dengan foto diri orang yang itu-itu saja? Ternyata tidak. Di beberapa tempat tampaknya hal memajang foto diri di area publik, apakah di spanduk, di halaman iklan di surat kabar, dan mungkin juga di blog sebagaimana yang saya lakukan ini, adalah salah satu ikhtiar bagi pelakunya untuk menuju terkenal, atau minimal dikenal orang banyak.Apa yang akan kita lakukan bilamana diri kita dikenal oleh orang banyak itu? Semua berpulang kepada orang bersangkutan.
Bagaimana dengan apa yang saya lakkukan dengan diri saya? Apakah terkenal menjadi pencapaian yang harus saya tuju? Mungkin ya. Namun dalam proses kematangan berikutnya, menjadi terkenal ternyata bukan menjadi obsesi saya. Tentang apa yang saya lakukan dengan membuat blog, menjadi bagian dari komunitas jejaring sosial, adalah bentuk komunikasi yang menjadi bagian penting dalam lembaran buku harian saya. Saya belum berpikir di mana ujung dari catatan harian saya yang mayoritas adalah refleksi dan laporan pandangan mata tentang apa yang saya dengar, apa yang saya alami, dan apa yang saya saksikan pada saat saya hidup bersosial di masyarakat.
Sebagai refleksi dan renungan, saya mencoba untuk mengabadikan dalam bentuk lembaran pengalaman. Syukur bila ada diantara Anda membuka dan membaca lembaran buku catatan saya ini. Namun sesungguhnya saya tidak menjadikan jumlah pengunjung laman dan ketenaran menjadi tujuan hakiki.
Karena, tentunya dengan melihat dan membaca bagaimana orang, setelah menjadi terkenal ujian akan menjadi semakin berat. Dan ujian yang paling menakutkan dan sekaligus membahayakan bagi umat manusia dimata Tuhannya adalah keyakinan kepada diri sendiri yang tidak ada batas. Yang pada sisi berikutnya keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri itu melahirkan anomali bahwa saya 'berbeda' dengan yang lainnya. Dengan melihat itu semua, saya berpikir ulang untuk mencetak kartu nama, mempromosikan diri, atau bahkan memasang foto diri dalam spanduk agar orang mengenal saya.
Karena saya juga harus tahu diri, siapa sebenarnya saya ini? Sehingga merasa diri untuk layak terkenal atau bahkan dikenal orang banyak?
Jakarta, 17 Nopember 2011.
No comments:
Post a Comment