Dialah remaja yang ada di lingkungan saya bekerja, yang baru saya benar-benar mengenalnya secara lebih baik saat membuat refleksi atas kegiatan OSIS sekolah. Dimana, dari sekian refleksi yang dibuat dalam bentuk tertulis dan terkumpul di guru pembina OSIS, saya menemukan adanya sesuatu yang berbeda. Tidak hanya pada isi dari refleksi yang dibuat dalam bentuk narasi yang lumayan panjang dan mengalir, tetapi juga gaya penyampaian yang bernas dan berlogika puisi. Dialah remaja yang bernama Ratna, tentu bukan nama yang sesungguhnya. Saya sengaja menyembunyikan identitas aslinya untuk kepentingan etika saja ketika harus mengumumkan tulisan saya ini
Saat itu, saya panggil Ratna ketika ia bersama teman-temannya selesai menunaikan Salah Dzuhur berjamaah di sekolah. Saya pegang lembaran tulisannya. Sebelumnya tulisan itu terlebih dahulu menjadi bahasan antara saya dengan guru. Tentu tentang isi tulisannya, gaya penyampaian idenya, dan juga diksi yang digunakannya. Kami sepakat untuk mengatakan dan memberikan predikat luar biasa atas karya tulis itu.
Saya katakan kepada Ratna dalam pertemuan itu; apresiasi yang tinggi sekali atas refleksi yang dibuat secara serius.
- Pak Agus senang dengan tulisan yang kamu buat ini. Ini tulisan luar biasa untuk ukuran seusia kamu. Kata saya. Dia manggut-manggut, lalu berucap;
- Terima kasih Pak.
Dialog selanjutnya antara saya dengan dia adalah seputar bagaimana dia membuat tulisan itu? Apa logika yang mendasari sehingga tulisan dapat dibuat dengan begitu lancar dan runtut. Juga dari mana logika puisi serta pilihan kata yang begitu hebat di usia remajanya yang belum 15 tahun? Dia menjelaskan semua yang menjadi pertanyaan saya.
Dalam acara berikutnya, dimana saya diundang pada sebuah jamuan makan siang di suatu tempat, saya bertemu dengan ibunda Ratna, yang kemudian melaporkan kepada saya;
Dalam acara berikutnya, dimana saya diundang pada sebuah jamuan makan siang di suatu tempat, saya bertemu dengan ibunda Ratna, yang kemudian melaporkan kepada saya;
- Pak Agus, terima kasih ya Pak, Bapak sudah mengajak anak saya berbicara tentang tulisan refleksi OSISnya. Anak saya bangga sekali diajak diskusi Bapak.
- Sama-sama Bu. Saya dan bahkan kami semua, guru Ratna, terperanggah dengan tulisan refleksi Ratna yang begitu hebat. Baik keruntutannya, kebernasan isinya, pilihan katanya, dan juga gaya pusitisnya. Untuk usia dia, itu tulisan yang luar biasa. Dia sepertinya berbakan untuk menulis yang bagus. Kata saya.
- Dia sedang kalut dan ketakutan Pak. Cerita konselor di sekolah.
- Takut kalau keluarganya, ayah dan ibunya, berpisah seperti keluarga teman-temannya. Ia adalah remaja melankolis yang selalu mengimginkan keharmoisan hubungan dalam keluarga. Jelas konselor.
Jakarta, 17-29 Februari 2011.
No comments:
Post a Comment