Ada pernyataan belum yang paling membuat saya geregetan. Yaitu pernyataan pegawai atau rekan guru pada saat saya menyampaikan penjelasan ulang berkenaan dengan suatu kebijakan dan yang berkaitan dengan dokumen yang harus dibagikan.
Ketika penjelasan globalnya telah saya utarakan, kemudian saya bertanya apakah mereka sudah pernah menerima dokumen yang saya jelaskan ulang atau sosialisikan ulang ini?
Padahal berdasarkan apa yang saya ingat dan sesuai dengan agenda yang ada di buku harian saya, pada pertemuan kali itu adalah pertemuan untuk kali yang kedua dalam rangka agenda yang sama. Artinya, ada pertemuan dengan agenda yang sama sebelumnya.
Dari pengalaman itu, maka untuk pencegahan timbulnya penyakit belum, itu lahir dan muncul kembali, kami memutuskan agar dikemudian hari setiap pemberian dokumen apapun dan kepada siapapun serta untuk dan dalam keperluan apapun untuk menggunakan selalu buku ekspedisi.
Namun selain ide penggunaan buku ekspidisi tersebut, saya juga merefleksikan diri apa yang membuat teman-teman masih mengaku belum pada hal-hal prinsip dalam pekerjaan. Misalnya tentang kriteria penilaian kinerja yang isinya adalah kriteria dan aspek-aspek yang akan menjadi dasar penilaian mereka dalam rentang waktu satu tahun. Yang saat kami akan menggunakan kreteria yang telah kami sepakati bersama, maka saat sosialisasi system itu, form telah kami bagikan kepada semua teman yang hadir. Namun dalam pertemua kemarin, banyak diantara mereka yang mengaku belum.
Dalam logika saya, karena dokumen itu erat hubungannya dengan hajat mereka, maka otomatis jika teman-teman menjadikan dokumen itu adalah sebagai panduan. Dan implikasinya akan memahami, bahkan akan mengkritisinya jika di dalam dokumen tersebut ada aspek dan kriteria yang dirasa dapat merugikannya.
Namun alih-alih mengkritisi yang menuntut pemahaman, mungkin saat menerima dokumen itu mereka baru berada pada tahap tahu. Oleh karenanya penyakit lupa mudah menghinggapinya. Dan dari refleksi tersebut, saya mencoba untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan penyebab penyakit belum tersebut. Dan yang muncul dari kemungkinan prediksi saya itu akhirnya saya melakukan strategi yang berbeda saat menyampaikan sesuatu.
Pertama, penyebaran dokumen selalu melaui proses diskusi. Ini dimaksudkan agar saat menerima informasi, seluruh teman akan juga ikut terlibat secara emosi. Sehingga tidak saja nantinya dituntut tahu tetapi juga mengerti. Memahami.
Kedua, setiap guru atau teman semua, wajib memiliki manajemen arsip yang baik. Dan Ketiga, guru selalu diminta tanda terima apapun di buku ekspedisi sekolah.
Jakarta, 21 Mei 2010.
No comments:
Post a Comment