Pelaksanaan Ujian Nasional atau UN bagi sebuah sekolah swasta nasional, dengan bagaimanapun bentuk dan afiliasinya tetap dipandang penting. Paling tidak bagi sekolah saya, dimana saya sendiri mendapatkan amanah dari Yayasan sebagai pengelolanya. Namun demikian, kami sebagai komunitas dari sekolah ini bersepakat dalam melihat hasil belajar siswa, bahwa UN bukanlah satu-satu hasil pendidikan. Ini adalah pengejawantahan dari prinsip pendidikan yang menjadi anutan kita bahwa terdapat tiga (3) ranah hasil belajar yang antara lain adalah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dan dari sinilah kami bangun bersama kesepakatan untuk menjadikan proses pencapaian UN berbasis kepada moto yang dikembangkan oleh para pendiri, yaitu: Ya Allah bimbing kami menjadi orang yang jujur dan terhormat.
Dua kata, Jujur dan Terhormat, menjadi dasar kami mengejar mimpi. Dengannya, kami mencoba merumuskan strategi pencapaian UN yang baik namun tetap menegakkan holistisitas dari seluruh pembelajaran. Oleh karenanya konsep ini harus mengalir deras pada seluruh komponen UN yang ada di sekolah kami. Dan konsep ini melahirkan semangat untuk bersama-sama bekerja dengan cerdas, keras dan penuh komitmen.
Ikhtiar itu kami lakukan hingga sampai pada pintu gerbang pelaksanaan UN. Dimana saya yang mendapatkan amanah ini harus benar-benar yakin akan proses yang Jujur dan Terhormat. Di depan, kita sudah kibarkan semangat bekerja yang keras, cerdas dan penuh komitmen. Maka diakhir kalinya saya memastikan bahwa semua dilandasi kesadaran untuk bekerja secara jujur dan terhormat.
Pagi setelah subuh, saya sudah sampai di ruang Kepala Sekolah. Bertemu guru dan Kepala Sekolah yang pulang mengambil soal UN. Menemani mereka bekerja. Menyambut dan berbasa-basi dengan para tamu yang akan menjadi pengawas UN. Melepas kepergian guru yang bertugas mengantar nahkas jawaban UN di siang harinya.
Kepastian untuk bekerja secara jujur dan terhormat tersebut harus saya lakukan sebagai jaminan bahwa sekolah kami adalah sekolah yang tidak menjadikan komitmen dan mimpi sekedar menjadi slogan. Ini sebagai bukti pula bahwa tim sukses UN berhenti dan berakhir masa dinasnya persis saat pintu gerbang UN dimulai.