Kalimat inilah yang saya jadikan kalimat provokasi bagi orang yang ada di lingkungan saya. Mereka ada anak-anak saya dan istri di rumah serta ada teman-teman kerja di sekolah. Saya mengajak mereka menulis bukan karena saya sendiri merasa hebat dalam menulis. Atau karena saya sudah punya blog. Juga bukan karena saya memiliki beberapa tulisan yang sudah dimuat di koran.
Saya memprovokasi dengan judul ini karena saya ingin agar mereka, semua orang yang ada di sekeliling saya, gemar mencatat apa yang telah, sedang dan yang akan dilakukannya, agar supaya mereka dan kita semua dapat mengingat secara detil tentang masa lalu, masa kini dan impian di masa mendatang.
Menuliskan apa yang telah dilakukannya, akan membantu kita untuk melihat masa lalu dengan penuh makna. Dan karenanya kita dapat memperoleh hikmah darinya. Karena dalam pandangan saya, dengan menuliskan apa yang telah, sedang, dan akan kita lakukan, kita sedang membuat rekam jejak dalam kehidupan kita sejarah jelas, transparan. Dan dengan jejak itulah orang akan melihat keberadaan dan eksistensi kita.
Untuk itulah, maka pada awal tahun pelajaran 2009/2010 lalu, saya meminta seluruh guru yang ada di lingkungan kerja saya untuk membuat dan menggunakan e-mail. Dan berangkat dari e-mail tersebut, saya dorong mereka untuk memiliki account di jejaring sosial. Dan berangkat dari e-mail itu juga kepada mereka saya bertanya apakah alamat blog telah mereka miliki.?Dan dari blog merekalah saya melihat isi kepala, angan-angan dan sejarah yang mereka tuangkan. Meski hingga kini mereka masih membiarkan halaman blognya kosong, namun saya selalu berkeyakinan suatu saat nanti mereka terdorong untuk menulis.
Suatu saat, saya melihat status on line diantara teman saya, yang masih membiarkan halaman blognya telantar untuk sementara, ketika saya membuka e-mail, lalu serta merta saya menyapanya dan menuliskan: OL terus, kok blognya belum ada isinya juga? Beberapa saat kemudian dia menjawab: Iya Pak. Sedang cari ide.
Karena keisengan saya, saya meneruskan dengan pemikiran saya tentang menulis. Kalau saja teman saya itu tahu bagaimana sulitnya menemukan ide sehingga dengannya ia menjadi buntu dan sulit memulai menulis, mengapa tidak kebuntuannya itu saja yang menjadi bahan tulisannya? Sehingga ia menulis tentang sulitnya membuat tulisan katrena ide yang ditunggu-tunggunya tidak pernah muncul? Mungkin ini malah menjadi bahan tulisan bagus. Siapa tahu?
Jadi untuk keluarga dan semua teman, menulislah apa yang telah Anda alami, sehingga saya menjadi tahu apa yang telah dan sedang Anda alami. Juga saya menjadi faham mengapa Anda melakukan sesuatu? Beritahukan siapa, mengapa, bagaimana Anda kepada saya dan kepada dunia melalui apa yang Anda tulis.
Jakarta, 9 Desember 2009.
Saya memprovokasi dengan judul ini karena saya ingin agar mereka, semua orang yang ada di sekeliling saya, gemar mencatat apa yang telah, sedang dan yang akan dilakukannya, agar supaya mereka dan kita semua dapat mengingat secara detil tentang masa lalu, masa kini dan impian di masa mendatang.
Menuliskan apa yang telah dilakukannya, akan membantu kita untuk melihat masa lalu dengan penuh makna. Dan karenanya kita dapat memperoleh hikmah darinya. Karena dalam pandangan saya, dengan menuliskan apa yang telah, sedang, dan akan kita lakukan, kita sedang membuat rekam jejak dalam kehidupan kita sejarah jelas, transparan. Dan dengan jejak itulah orang akan melihat keberadaan dan eksistensi kita.
Untuk itulah, maka pada awal tahun pelajaran 2009/2010 lalu, saya meminta seluruh guru yang ada di lingkungan kerja saya untuk membuat dan menggunakan e-mail. Dan berangkat dari e-mail tersebut, saya dorong mereka untuk memiliki account di jejaring sosial. Dan berangkat dari e-mail itu juga kepada mereka saya bertanya apakah alamat blog telah mereka miliki.?Dan dari blog merekalah saya melihat isi kepala, angan-angan dan sejarah yang mereka tuangkan. Meski hingga kini mereka masih membiarkan halaman blognya kosong, namun saya selalu berkeyakinan suatu saat nanti mereka terdorong untuk menulis.
Suatu saat, saya melihat status on line diantara teman saya, yang masih membiarkan halaman blognya telantar untuk sementara, ketika saya membuka e-mail, lalu serta merta saya menyapanya dan menuliskan: OL terus, kok blognya belum ada isinya juga? Beberapa saat kemudian dia menjawab: Iya Pak. Sedang cari ide.
Karena keisengan saya, saya meneruskan dengan pemikiran saya tentang menulis. Kalau saja teman saya itu tahu bagaimana sulitnya menemukan ide sehingga dengannya ia menjadi buntu dan sulit memulai menulis, mengapa tidak kebuntuannya itu saja yang menjadi bahan tulisannya? Sehingga ia menulis tentang sulitnya membuat tulisan katrena ide yang ditunggu-tunggunya tidak pernah muncul? Mungkin ini malah menjadi bahan tulisan bagus. Siapa tahu?
Jadi untuk keluarga dan semua teman, menulislah apa yang telah Anda alami, sehingga saya menjadi tahu apa yang telah dan sedang Anda alami. Juga saya menjadi faham mengapa Anda melakukan sesuatu? Beritahukan siapa, mengapa, bagaimana Anda kepada saya dan kepada dunia melalui apa yang Anda tulis.
Jakarta, 9 Desember 2009.
No comments:
Post a Comment