"Pak, minta info ya, apa yang seharusnya menjadi langkah kita pada posisi seperti ini?" Begitu permohonan salah satu anggota Satpam sekolah kepada saya di suatu pagi ketika kedatangan tamu yang bertanya tentang alamat seseorang. Lalu kami sedikit berdiskusi tentang persoalannya kepada mereka.
"Mohon maaf bahwa kita tidak mungkin memberikan bantuan. Mengingat ini persoalan ayah dan Ibunda peserta didik. Jadi sekolah berkewajiban untuk tidak memberikan bantuan kepada pihak ketiga." Begitu jawaban saya kepada Satpam tersebut untuk menjadi pijakan ketika ia harus bertemu dengan seorang tamu istimewanya.
Anehnya, beberapa waktu setelah berlalu, datang kepada saya guru untuk menyampaikan informasi bahwa ayah dan ibunda anandanya sudah menyelesaikan semua kewajiban dan persoalan, dengan status seperti itu maka mereka tidak merasa kawatir jika ada tamu istimewa ke sekolah anandanya untuk mencari-cari informasi. Ternyata? Semua adalah langkah menghilangkan jejak buruk yang ada di belakang. Tujuannya tidak lain adalah menutupi apa yang memang sesungguhnya terjadi.
Dan ini, menjadi pembelajaran yang lain buat saya dari sebuah perjalanan kehidupan yang selalu saya jalani bersama teman-teman saya yang baik. Harapan saya dan teman adalah lahirnya sebuah kesadaran bahwa; mendidik anak itu adalah bagaimana orangtua mengelola kehidupan keluarganya sehari-hari secara apa adanya. Itulah jujur yang paripurna.
Jakarta, 20 Maret 2015.
No comments:
Post a Comment