Usianya memang masih ada di bawah saya. Dan kami pernah dipertemukan dalam sebuah wadah nir laba, yang dulu berlokasi di Jalan Nangka, Jakarta Selatan. Memang tidak rutin kami bertemu dan bertukar pikiran. Hanya beberapa kali dalam satu bulan, dan itupun diwaktu sebelum waktu Magrib tiba hingga sebelum pukul 21.00. Tetapi ada banyak momen yang akhirnya saya dapat lebih banyak bercengkerama, yang membuat kami lebih tahu tentang masing-masing secara lebih mendalam.
Alhamdulillah, bahwa perkenalan itu membuat kami dapat saling menerima dan berbagi pengalaman dan pemikiran seputar pengembangan lembaga pendidikan. Termasuk di dalamnya pengembangan SDM, yang kalau di sekolah sebagian besarnya adalah Guru.
Mungkin di awal pertemanan kami, pada saat bertemu di Jalan Cikini, Jakarta Pusat, seputar tahun 2000an, teman saya ini banyak menerima dari apa yang saya sampaikan di sebuah forum diskusi. Hingga beberapa presentasi saya dibuatnya sebagai referensi. Dan kami memang saling mengikhlaskan apa yang dapat kami beri.
Namun terbalik ketika sepuluh tahun kemudian kami bertemu dan bertukar pikiran di dunia maya. Karena ia justru memiliki lebih banyak sesuatu yang dapat saya jadikan referensi. Dan pada titik semangat perubahan dirinya itulah saya iri.
Bahwa durasi sepuluh tahun adalah masa yang tidak terlalu panjang dan juga tidak dapat dibilang pendek bagi teman saya untuk make over daya saing dirinya. Masa sepuluh tahunnya itu telah dia isi dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh dan konsisten.
Dan harus saya garis bawahi bahwa rasa iri saya kepada teman itu pada ranah posisi atau materi, tetapi lebih kepada daya saing dirinya. Sebagai orang dengan status pegawai swasta, teman saya itu seperti orang merdeka untuk memilih dimana dan seperti apa amanah yang ia akan terima dari sekian banyak peluang yang ada.
Jakarta, 15.02.2015.
No comments:
Post a Comment