Pasti sesuatu yang menggembirakan dan membahagiakan bisa bertemu dengan teman-teman lama. Apakah itu teman sekolah, teman ketika bersama di saat susah, atau juga teman kerja di kantor yang dulu kita juga berada bersamanya. Kita dapat bercerita tentang bagaimana melalui masa-masa saat bersama. Kadang cerita-cerita itu diimbuhi dengan ilustrasi yang disaat kejadian dulu tidak terlukiskan. Dan pasti, menyenangkan.
Tetapi selalu akan hadir dua sisi ketika pertemuan berakhir dan ketika kenangan pertemuan itu kembali membayang. Dua sisi itu adalah sisi yang membuat saya menjadi kagum, bangga, dan bersemangat untuk menyimak usaha dan kisahnya lebih lanjut. Itu karena tidak lain teman lama itu begitu berbeda dengan sosok yang selama kami bersama dulu. Teman itu begitu melejit dalam mengemban tugas-tugas kehidupannya.
Usaha dan atau posisinya di kantor begitu membanggakan karena begitu berprestasinya. Semua jalan begitu lebar untuk ia melangkah. Dan ketika pada posisinya itu, teman tersebut masih begitu polos dan tulus bersama kami. Termasuk, misalnya, ikhtiarnya menyelesaikan jenjang pendidikan yang ada, dan berhasil pula sebagai anutan bagi orang-orang yang berprestasi.
Bekerja begitu bersemangat dan penuh komitmen. Menghabiskan waktu di luar kerjanya dengan bersama dengan rumah, pasangan hidupnya, dan istri. Begitu menikmati setia centi bagian rumah tinggalnya. Sebuah jejak hidup yang juga diikuti oleh anak keturunannya. Jujur, sederhana, dan tidak kuper.
Dan sebaliknya, pada sisi yang berbalik, ada pula teman yang tetap saja sebagaimana dulu ketika kami bersama. bahasa dalam pertemuannya adalah kalimat kekecewaan akan tidak adilnya sistem yang tidak memihaknya. Sebagaimana pertemuan terakhir saya dengan teman itu. Yang langsung membombardir saya dengan kisah sedihnya bersama dengan ibu Mertua di rumah. Hampir-hampir tidak ada sisi baik yang dapat saya peroleh dari teman seperti itu etika kami meninggalkan tempat acara pertemuan.
Hingga terbersit gagasan dalam pikiran saya bahwa, apa yang telah ia perolehnya pada hari dimana ia bercerita kepada saya, adalah merupakan hasil dari apa yang telah ia rencana dan kerjakan pada saat-saat sebelumnya.
Namun demikian, bertemu teman lama yang berada pada sisi berlawanan itu, tetap memberikan bekas kepada saya bahwa menjalani hidup tidak lain adalah bergerak dengan rencana dan ikhtiar yang istikomah, terus menerus, dan menanjak. Karena semua pergerakan itu akan menghasilkan akibat.
Jakarta, 4 Februari 2015.
No comments:
Post a Comment