Ada bagian dari kami yang mempertanyakan kepergian kami bersama seluruh komponen pegawai dan pengelola ke Bromo dan Malang beberapa waktu yang lalu. Karena mempertanyakan, tetntunya sesuatu yang patut sekali saya membuatkannya penjelasan dan bukan sama sekali sebagai pembelaan. Karena apa yang saya sampaikan adalah kenyataan yang kami alami.
Pergi Bersama?
Ini adalah pernyataan yang menurut saya sendiri sebagai pertanyaan orang-orang yang sok profesional. Sungguh pertanyaan dan pernyataan yang benar-benar tidak memiliki keyakinan atas Penguasa dari semua penguasa!
Mengapa? Beginilah apa yang disampaikan orang modern ini kepada kami; "Di kantor suami saya, tidak boleh seluruh pegawai pergi bersaa-sama dengan manajemen atau pengelola dalam waktu bersamaan."
Saya paham apa yang dimaksudkan dari yang diungkapkannya. Ini jika terjadi semacam kecelakaan fatal, maka fatal pula lembaga yang mereka ampu. Masuk di akal sebagian kita barang kali tentang apa yang disampaikan. Tapi bukan untuk otak saya.
Karena tujuan kepergiannya adalah untuk membangun kebersamaan dan sinergitas, maka tidak mungkin untuk tidak bersama-sama. Fatal? Itu adalah pikiran negatif. Wasangka akan masa depan. Karenanya, saya yakin bahwa kepergian kami adalah untuk membangun kebersamaan diantara kami. Bukan sebuah kejadian fatal. Pikiran positif saya dilandasi oleh apa yang tertera dalam dasar keyakinan saya bahwa: Aku (Allah Swt.) adalah bagaimana hamba-Ku berprasangka kepada-Ku.
Boros?
Bukankah menjadi terau mahal jika waktu tempuh perjalanan kami, kami perpanjang yaitu dengan misalnya, menggunakan kendaraan yang lebih murah? Juga, berapakah biaya untuk sebuah komunitas yang tidak memiliki kedekatan satu sama lainnya sehingga dengannya akan melahirkan perilaku saling tak acuh dan tidak sinergi? Lebih lagi jika ini adalah sebuah lembaga swasta yang peredaran uangnya bukan dari APBN?
Artinya, jangan pernah menghitung pengeluaran dari angka yang keluar saja. Tetapi berhitunglah dari logika sebab dan akibat. Berhitunglah dengan akal yang panjang. Karena hanya dengan cara berpikir seperti itulah sebuah lembaga dapat eksis dan berusia panjang.
Dan dengan logika semacam inilah maka tidak dapat kita memberikan kesimpulan boros, mahal, atau bahkan murah hanya dengan menyebutkan angka. Terlalu cetek jika investasi kesadara untuk berprestasi disebut sebagai boros.
Manfaat; Destinasi atau Silaturahim?
Lalu untuk apa m,enempuh destinasi jauh? Inilah yang saya sampaikan sebagai penjelasan. Bahwa destinasi dari sebuah wisata kantor, buat saya yang melihatnya bahwa wisata sebagai wahana silaturahim, tidak menjadi begitu penting. Namun memang tetap menarik sebagai loikasi yang dituju. Karena ketika kami sampai ke destinasi yang ditentukan, kami semua akan disibukkan oleh kamera dan seluler masing-masing. Tidak ada gesekan yang membuat sesama kami untuk saling bergandengan tangan kecuali ketika kami akan mengambil gambar foto.
Rombongan berfoto di depan bukit Teletabies |
Tetapi perjalanan menuju lokasi, waktu ketika kami sedang bersiap menuju kendaraan yang akan membawa kami, sarapan atau makan bersama di meja-meja yang tersedia, adalah waktu-waktu emas untuk saya dan pengelola lainnya untuk mendengar cerita dan getaran hati dari para pegawai yang bersama kami. Ini adalah waktu-waktu bagi kita semua menjadi setara. Juga melihat bagaimana teman-teman itu dapat melakukan kegiatan sesuai dengan perannya masing-masing. Dan pada sisi inilah, kami benar-benar mengucapkan terima kasih atas daya dan upaya sehingga wisata kantor tahun 2014 ini terwujud dan spektakuler!
Kepada yang menjadi panitia, kami dapat melihatnya bagaimana mereka bersikap baik selama membantu kami semua melakukan perjalanan. Kami dapat melihatnya dari sisi kepemimpinan, keluasan pandangan, dan juga cara dan model mereka dalam membuat keputusan.
Kepada peserta, kami pun dapat memnajdikannya pelajaran. Bagaimana teman-teman itu ada yang selalu disiplin, atau sebaliknya, selalu terlambat ketika kendaraan harus berangkat. Ata perilaku lainnya yang dapat menjadi masukan kami dalam membuat rancangan pelatihan di kantor ketika kami kembali bekerja.
Jakarta, 15 Maret 2014.
No comments:
Post a Comment