Catatan saya ini hanyalah refleksi pribadi. Dan karena saya adalah guru yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dalam mengejawantahkan usia produktif saya, maka catatan ini berkutat tentang dunia pendidikan, dunia sekolah, dan dunia anak-anak Indonesia. Juga perlu saya utarakan bahwa, catatan ini berkenaan dengan kegiatan sekolah yang kami rancang sebelumnya bersama guru-guru yang ada di sekolah dimana kami disatukan dalam satu lembaga pendidikan.
Sekolah Nasional
Perlu saya memberikan tekanan pada sebutan sekolah kami yang berstatus Sekolah Nasional. Mengingat belakangan ini begitu hebatnya fenomena label internasioanl. Apapun itu. Apakah lembaga pendidikan, rumah sakit, atau apapun itu. Kata internasioanl sebagai tambahan identitas seperti magnet mujarab untuk menjadi daya tarik. Bahkan pemerintah dengan keputusannya untuk melahirkan Sekolah Bertaraf Internasional dengan sebagai tahapan awalnya adalah RSBI, telah menggelontorkan baratus-ratus juta setiap sekolahnya, sebelum akhirnya diakhiri dengan keputusan Mahkamah Konstitusi.
Tapi tidak buat kami. Kalau orang dengan pongah bertanya kepada kami tentang sekolah kami, maka dengan kepala tegak, kami menjawab bahwa sekolah kami adalah sekolah dengan status Nasional! Inilah kebangaan kami.
Karena kami tidak ingin menipu diri dengan memberikan tambahan identitas pada sekolah kami dengan status bukan sekolah nasional, padahal etos, sumber daya dan sarana, infrastruktur yang kami punya bahkan nasionalpun belum, alias lokal! Untuk itulah kami begitu bersemangat menjadi bagian dari komunitas global dengan modal dan semangat serta etos dan jiwa nasional.
Kami yakini itu secara total, sehingga untuk berpikir bahwa dengan label bukan internasional tersebut justru akan menjadikan kami kalah bersaing, tidak. Karena internasional bagi kami, adalah bentuk dan cara pikir, cara pandang, dan model bekerja yang multi tasking, terbuka, egaliter, berwawan dan berpandang luas, serta profssional. Itulah yang kami jadikan prinsip dalam menunaikan amanah keguruan kami di sekolah. Jadi bukan sekedar tambahan dengan label internasioanl di belakang nama sekolah kami.
Kami memimpikan sebuah generasi sebagaimana yang kami utarakan tersebut dalam proses ineraksi kami bersama komunitas sekolah sehari-hari. Kami memberikan kesempatan yang sama kepad peserta didik kami untuk mengemukakan pe dapat baik tertulis dan lisan, kami memberikan wahana agar anak didik kami dapat mengembangkan pola berpikir terbuka dan bersikap egaliter, kami mendorong agar anak-anak kami berani tampil membawakan sesuatu di depan teman-teman dan orangtuanya di dalam pertunjukkan kelas, kami juga memberikan tanggungjawab atas keberhasilan belajar anak-anak kami kepada orangtuanya dengan cara mempresentasikan hasil belajar tengah semesternya.
Dengan prinsip itulah kami begitu bangga dengan menyebutkan bahwa kami adalah sekolah nasional. Semoga keyakinan kamiitu menjadi bekal dalam memegang prinsip identitas diri kami. Semoga. Amin.
Jakarta, 31 Maret 2014.
Tapi tidak buat kami. Kalau orang dengan pongah bertanya kepada kami tentang sekolah kami, maka dengan kepala tegak, kami menjawab bahwa sekolah kami adalah sekolah dengan status Nasional! Inilah kebangaan kami.
Karena kami tidak ingin menipu diri dengan memberikan tambahan identitas pada sekolah kami dengan status bukan sekolah nasional, padahal etos, sumber daya dan sarana, infrastruktur yang kami punya bahkan nasionalpun belum, alias lokal! Untuk itulah kami begitu bersemangat menjadi bagian dari komunitas global dengan modal dan semangat serta etos dan jiwa nasional.
Kami yakini itu secara total, sehingga untuk berpikir bahwa dengan label bukan internasional tersebut justru akan menjadikan kami kalah bersaing, tidak. Karena internasional bagi kami, adalah bentuk dan cara pikir, cara pandang, dan model bekerja yang multi tasking, terbuka, egaliter, berwawan dan berpandang luas, serta profssional. Itulah yang kami jadikan prinsip dalam menunaikan amanah keguruan kami di sekolah. Jadi bukan sekedar tambahan dengan label internasioanl di belakang nama sekolah kami.
Kami memimpikan sebuah generasi sebagaimana yang kami utarakan tersebut dalam proses ineraksi kami bersama komunitas sekolah sehari-hari. Kami memberikan kesempatan yang sama kepad peserta didik kami untuk mengemukakan pe dapat baik tertulis dan lisan, kami memberikan wahana agar anak didik kami dapat mengembangkan pola berpikir terbuka dan bersikap egaliter, kami mendorong agar anak-anak kami berani tampil membawakan sesuatu di depan teman-teman dan orangtuanya di dalam pertunjukkan kelas, kami juga memberikan tanggungjawab atas keberhasilan belajar anak-anak kami kepada orangtuanya dengan cara mempresentasikan hasil belajar tengah semesternya.
Dengan prinsip itulah kami begitu bangga dengan menyebutkan bahwa kami adalah sekolah nasional. Semoga keyakinan kamiitu menjadi bekal dalam memegang prinsip identitas diri kami. Semoga. Amin.
Jakarta, 31 Maret 2014.
No comments:
Post a Comment