Personal brand. Ya, seperti orang-orang yang berkecimpung di dunia penjualan. Namun bagi saya, ada ranah berbeda yang maknanya mirip dengan apa yang dimaksud dengan para aktivis di dunia penjualan tersebut.
Beginilah ceritanya;
Pagi ini, saya bertemu dan sempat dialog singkat dengan seorang anak yang sejak awal tahun pelajaran 2013/2014 ini memiliki gaya potongan rambut necis yang selalu sama. Dan pada awal pekan ini, saya melihatnya gaya rambutnya dengan model potongan yang sama, tetapi tampak masih baru dipotong.
Beginilah ceritanya;
Pagi ini, saya bertemu dan sempat dialog singkat dengan seorang anak yang sejak awal tahun pelajaran 2013/2014 ini memiliki gaya potongan rambut necis yang selalu sama. Dan pada awal pekan ini, saya melihatnya gaya rambutnya dengan model potongan yang sama, tetapi tampak masih baru dipotong.
"Week end kemarin ya dipotongnya?" sapa saya di depan tangga menuju lantai 3 sekolah kami.
"Iya Pak. Hari Jumat yang lalu Pak." jawab anak itu sambil senyum-senyum.
"Di Hawai lagi?" lanjut saya.
"Tidaklah Pak. Di mal Pak. Di Jakarta." jelasnya.
Perlu saya jelaskan, bahwa anak didik kami ini masih duduk di kelas 6 sekolah dasar. Ia adalah anak yang berbakat dalam hal audio dan video. Ini karena beberapa waktu lalu, saat pelajaran sejarang, ada proyek yang anak-anak harus buat. Yaitu mebuat film untuk peristiwa sejarah. Dan kelompok anak itu membuat adegan tokoh nasional muda sebelum kemerdaan, Soekarno, yang diculik oleh pemuda-pemuda untuk dibawa ke Rengasdengklok, dalam rangka mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan.
Dan kelompok inilah yang mengajukan izin kepada saya waktu itu untuk melakukan pengambilan gambar di ruangan-ruangan yang memiliki perabotan rotan. Karena menurutnya cocok. Dan saat pengambilan gambar berlangsung, maka anak inilah yang menjadi sutradara, pemain, dan sekaligus kameramen.
Kembali kepada model potongan rambut anak tersebut, saya menjadi hafal karena memang dialah satu-satunya di sekolah kami yang menggunakan model potongan rambut seperti itu. Dan hebatnya lagi, itu menjadi trade mark-nya. karena setiap bulan ia selalu memangkas rambutnya dengan model yang itu-itu juga. Tidak pernah berganti.
Maka kepada guru yang lain yang berada di samping saya saat itu, saya katakan bahwa;
"Di saat anak-anak lain di kelas 6 belum menyadari akan keberadaan diri mereka, anak itu telah menemukan jati dirinya di rambutnya. Dan model rambutnya itu adalah bentuk personal brand-nya. Hebat bukan?"
Teman guru yang berada di sebelah saya itu hanya mengiyakan. Meski begitu, saya pribadi terus berpikir dan kagum akan apa yang sudah dioilihnya sebagai ciri khas dalam berpenampilan. Maka sekali lagi hebat. Salut!
Jakarta, 26 Februari 2014.
No comments:
Post a Comment