Setiap orang pasti punya keinginan atau impian. Tidak peduli siapa orang itu, dari strata mana orang itu berasal, apa latar belakang pendidikannya dan dimana pun mereka berada, yang pasti dia pasti memiliki angan-angan dan keinginan atau impian yang ingin diraihnya.
Tapi pernahkah anda merasakan impian anda putus di tengah jalan padahal impian tersebut sudah ada di depan mata anda. Menyesal, pasti itu yang anda rasakan. Atau menyesakkan dada, itu lebih parah lagi. Ini terjadi pada seseorang yang tengah mengejar impiannya, sudah berada di tengah perjalanan dan tiba-tiba di paksa untuk berhenti dengan alasan dia harus fokus pada ujian nasional atau UN yang harus dijalaninya. Fokus, mengingat UN membutuhkan daya dan upaya yang begitu besar dan total. Sehingga untuk membagi waktu bagi pengejaran mimpi untuk sementara harus dihentikan.
Mengapa UN menjadi begitu sangat pentingnya di negara ini? Seberapa pentingnyakah UN bagi kehdiupan seseorang yang sedang mengejar mimpi? Apakah dengan ada UN negara ini bisa maju?
Apapun jawabanya yang jelas UN telah meneggelamkan impian anak tersebut. Belum lagi perilaku gurunya yang enggan memberinya izin untuk mengejar impianya tersebut. Guru di sekolah masih sering tidak melihat potensi siswanya secara jujur dan sabar. Guru di sekolah masih sering melihat rendah atau meremehkan siswanya. Terlebih dengan siswa yang memang memiliki kondisi akademis yang kurang baik. Padahal keberhasilan hidup tidak saka dan tidak hanya bergantung kepada cacatan nilai akademik semata. Ok, anak itu fokus pada UN tapi apabila anak itu tidak lulus apakah pihak sekolah akan bertanggung jawab karena telah merebut impian anak itu?. Saya pikir sekolah akan semakin meremehkan anak itu. Padahal pihak sekolahlah yang seharusnya bertanggung jawab dan bukan malah meremehkan anak itu.
Pihak sekolah terkadang menyuruh anak anaknya belajar dan belajar. Ingat jaman sekarang yang paling di butuhkan adalah skill. Lulusan S1 pun belum tentu dapat kerja. Tapi ad lulusan SMA langsung dapat kerja, bahkan belum lulus saja sudah di buking orang untuk bekerja di tempatnya. Kenapa bisa gitu ya? Padahal lebih pitar lulusan S1 dari pada lulusan SMA apalagi yang belum lulus SMA. Tapi yang SMA bisa langsung kerja gajinya pun sama dengan orang yang lulusan S1. Dia bisa main bulu tangkis langsung di buking buat kerja. Kalau kita berprestasi kerja akan mencari kita bukan kita nyari kerja. Yang penting Skill bukan pintar atau enggaknya. Artinya anak itu tidak lulus UN tapi bisa saja anak itu lebih sukses dari pada guru guru yang ada di sekolah itu.
Anak yang rangking satu pun itu bukan jaminan untuk menjadi orang yang sukses nantinya. Murid murid sekarang saja pergi ke sekolah bukan mencari ilmu melainkan hanyalah sebuah nilai. Sangat menyedihkanya bangsa ini. Pantas saja orang bule datang ke sini menjadi majikan tapi kalau dari sini ke sana hanya menjadi pembantu. Apa itu impian kita ?. Harusnya sekolah mencari apa sebenarnya bakat murid muridnya dan memberinya motivasi agar murid muridnya itu terus fokus pada impianya tesebut. Bukan malah mengubur impian murid muridnya apalagi meremehkan murid muridnya. Apa sebenarnya yang di harapkan guru guru tersebut kalau murid muridnya saja tidak mempunyai impian hanya mengikuti air mengalir biarpun keruh tidak apa apa gak masalah. Kalo tuh air ngalirnya ke laut sih masih mending, tapi kalo ngalirnya ke sapitank gimana?. Andalah sebagai gurunya yang akan malu nantinya. Tapi kalau murid muridnya sukses anda juga ikut bahagia nantinya.
Mari bapak ibu sekalian kita ubahlah paradigma kita yang hanya memandang orang pintar itu adalah orang yang sukses nantinya. Orang yang sukses adalah orang yang mempengaruhi lingkungan sekitar dan punya impian yang kuat itulah orang yang sukses nantinya. Kalau anda memang punya murid yang seperti itu selamat terus memberi beri anak itu motivasi di saat ia sedang down. Asalkan anda tidak mengubur impianya saja dia akan sukses nantinya.
Ikhwan A. Rahman: Siswa SMA Kelas XII, di Jakarta
Sumber: http://ikhwanarahman.blogspot.com
Sumber: http://ikhwanarahman.blogspot.com
7 comments:
Kiki Zakiyah: Waaah pengalaman pribadi ya ikhwan...makasih ya dah di share disini,jd menambah referensi u/ membrkan yang terbaik n yg terpenting yaitu EQ n skill yang dibutuhkan o/ anak2 didik agar tetap survive...Tetap semangat ya Ikhwan u/ meraih mimpi2 itu
Insya Allah slalu dlam bimbingan Allah
Hebat!!.. pengalaman yang sangat LUAR BIASA...
tetap survive yaa.. Allah akan selalu bersama orang2 yang sabar..
Effie Ralph: Well, Pak Agus saya mau memulai darimana untuk mengomentari ini. Adanya pemerintah,adanya menteri Pendidikan,karena memang di setiap negara,ada peraruran dan perundangan agar negara tsb teratur,terstandarnisasi dan terorganisasi. Jika memang UN adalah salah satu yg telah distandarkan dan memang sudah keharusan,maka wajiblah diikuti.
Di UK setiap job application pasti ditanya GCSE (setara dgn EBTANAS/UN),karena byk pekerjaan tertentu disini yg mewajibkan kita mempunyai GCSE. Jika tidak mempunyei GCSE,bisa saja mereka bekerja tapi mungkin tdk sebagai professional.
Degree dari Indonesiapun disini diakui. Tapi tentunya bahasa Inggris haruslah bagus. dan kita harus mengikuti training kesetaraan. Contohnya: saya harus mengikuti kursus tentang kurikulum disini ketika saya mau kembali bekerja dikelas. Disini unk bekerja sebagai Professional, jika tdk mempunyai kualifikasi, tentunya tdk bisa diterima.
Dari cerita teman saya,banyak orang bule yg datang ke Ind,tdk punya certificate mengajar,tp bisa mengajar di Ind,baik itu disekolah yg berbahasa Inggris ataupun di tempat kursus2 bahasa Inggris. Kenapa ini bisa?? karena tidak ada aturan atau standar dari pemerintah yg wajib diikuti oleh setiap wadah pendidikan. Atau mungkin itu tergantung dari masing2 instansi saja yg membuat peraturan standar kerja. Itu yg sebenarnya yg harus diprotes.... Lihat Selengkapnya
Disini peraturan seperti itu sangatlah ketat..
Jika ada seseorang yg mempunyai skill yg sangat bagus,itu adalah kelebihan tersendiri. Dimana saya ada sebuah contoh: Seseorang hanya mengantongi Ijazah Diploma,dia bekerja dengan prestasi yg bagus. Uk mendapatkan posisi yg lebih tinggi,syaratnya dia harus punya Ijazah S1,karena itu yg sdh menjadi standar persyratan di perusahaan tsb. Bosnya hanya meminta Ijazah S1 unk menaikan posisi org tsb. Krn tdk punya Ijazah S1,maka kandaslah dia,hanya tetap bertahan diposisinya yg skrg. Melihat contoh seperti ini,maka saya setuju dgn Pak Agus,apalah arti sebuah UN atau Ijazah,jika memang skill sudah sangat bagus. Jika saya menjadi Atasan org tsb,maka dia akan saya naiki jabatannya krn prestasi kerjanya/skill yg bagus.
Itulah, di masing2 bdang pekerjaan ada persyaratan yg berbeda-beda. Apa mungkin UN ini juga hanya berlaku unk pekerjaan tertentu saja?? saya rasa masih harus dipikirkan kembali tentang UN atau sejenisnya,sebelum benar2 menghapusnya.
Memotivasi anak murid,adalah sangat2 penting demi kelanjutan semangat anak. Tidak hanya motivasi dalam belajar,tapi juga berkarya dan lain sebagainya (tentunya yg bertujuan positif). Tidaklah hanya anak murid yg membutuhkan motivasi,kitapun orang2 tua juga masih perlu motivasi.
Sukses?? Apa itu sukses?? memang betul belum tentu jika orang itu pintar bisa dibilang sukses. Didalam pengertian agama yg saya pahami,orang akan dibilang sukses jika seseorang tsb telah bisa menolong saudara2nya,orang2 sekitarnya,juga orang lain untuk bisa hidup layak dan berjalan di jalan Alloh. Unk apa org yg punya harta dan kedudukan,tapi saudara2nya menderita. Apa orang itu dibilang sukses??
Kemarin jam 4:41 ·
S Agung Wibowo: Saya ikut komentar, tapi untuk temannya Pak Agus, bu Effie. Itu pengamatan dari jauh yang lumayan bagus. Ya, memang seperti itu yang terjadi yang harus diprotes adalah penyelenggaranya dan peruntukan UN tsb. Silakan Bu Effie membaca UU Sisdiknas. BNSP sebagai penyelenggara UN sudah tidak konsisten sejak awal dengan UU. Malah cenderung melanggar apa... Lihat Selengkapnya yang ditentukan UU. UN yang hanya jadi salah satu komponen kelulusan siswa dalam prakteknya dijadikan SATU-SATUNYA penentu kelulusan siswa.
Saya sepakat juga jika untuk bekerja secara profesional harus ada standarisasi, tetapi bagaimana jika pembuat standar dan standarnya sudah bengkok sejak awal?
Kemarin jam 12:26 ·
Rita Novita Suprayitno: Yang memprihatinkan , banyak OTM yang yang jadi 'Parno",karena masalah ini.Dalam wawancara dengan OTM baru hari ini juga muncul pertanyaan senada' bagaimana sekolah menyiapkan siswa menghadapi UASBN?" Padahal 6 tahun kedepan kita belum tau-- pola kebijakan apalagi yang pemerintah akan lakukan. Saya jawab kita lihat mendiknas setelah kabinet ini... Lihat Selengkapnya... (OTM tsb tersenyum nyaris tertawa). Ada juga OTM yang bertemu kami kemarin menampilkan 'daftar ranking UN SMP se- DKI' komentar saya...Duh ibu kalau ni dasar sekolah unggulan ,kasihan sekali anak-anak kita ,coma dibekali 20% (kognitif?) untuk mengukur kemampuan mereka dan'unggulnya sekolah" entahlah....
Kemarin jam 17:44 ·
Ermien Noerwulandari: hi p.agus, sy sependapat!!...tapi untuk mengubah paradigma emang g gampang dan perlu waktu. apalagi yang diubah org2 pemerintahan yang terlalu konvensional..., mgkn kita bisa mulai dari diri kita untuk mengubah paradigma itu dan mempersiapkan anak2 kita masing2 untuk terus punya semangat dlm berkarya, selain terus berdoa...
Kalo utk guru2, mungkin... Lihat Selengkapnya mereka berlaku seperti itu spy survive di tempat kerjanya...semua org py alasan untuk berlaku ini dan itu, entah alsn itu benar atw salah...
Kalo untuk 'bule' emang gampang sekali kerja disini, g prl qualified yg pntg tampang....karena byk org ind yang uda kesirep dg tampang dan was wes wos mrk, itu jg salah yg jadi ortu knp bangga banget kalo anaknya sekolah dg guru 'asing'...uda kesengsem2 duluan sih...kasian d loe!
Rusiati Yo: Pak Agus, trima kasih dan salut untuk konsisten memperjuangkan perubahan dalam pendidikan :)
22 menit yang lalu ·
Post a Comment