Pagi
ini saya tergopoh-gopoh untuk naik ke lantai dua sekolah menuju kelas 3 SD. Ya
saya sedang berkepentingan untuk memanggil salah satu peserta didik saya yang
duduk di bangku kelas tiga atas infomasi dari kakaknya yang duduk di kelas VI,
yang pada waktu yang sama sedang menemani adiknya paling kecil di koridor kelas
I, di lantai bawah.
"Adik
saya minta tukar kaos kaki Pak. Tapi minta tukarnya sama kakaknya yang di kelas
III." Kata seorang kakak yang duduk sembari memeluk sang adik yang tidak
mau berpisah. Sang adik sesunggukan, menangis.
"Tapi
adik saya tidak mau saya tinggal untuk memanggil kakaknya. Jadi saya
bingung." Kata sang kakak dengan tetap memeluk adiknya yang masih
menangis.
Beberapa
anak kelas I yang kelasnya ada di koridor itu tertarik untuk mendengar apa yang
sedang kami percakapkan. Dan sang adik tetap dengan pendiriannya untuk minta
tukar kaos kaki dan tetap tidak mau ditinggal kakaknya guna memanggil kakaknya
yang satu lagi.
Memang
ada empat anak dari keluarga tersebut yang sekolah di sekolah saya pada tahun
pelajaran ini. Putra pertama duduk di kelas IX, yang nomor dua di kelas VI yang
sekarang sedang membujuk sang adik yang merupakan anak bungsu yang duduk di
kelas I. Sedang kakak yang satu lagi yang kaos kakinya diminta adik bungsunya
untuk tukar adalah anak ketiga yang ada di kelas III.
"Baik. Pak Agus akan bantu kamu. Memanggilkan
kakakmu di kelas III." Kata saya kepada kakak beradik tersebut.
Ketika bertemu dengan anak yang sedang saya cari, segera saya sampaikan apa yang diminta oleh adiknya untuk bertukar kaos kaki dengannya. Apa yang saya kemukakan dan terdengar oleh teman-temannya yang berada di kelas III tersebut menarik perhatian. Maka ketika saya bersama sang kakak keluar kelas menuju koridor kelas I, beberapa teman laki-laki di kelas III ikut serta menuju kelas I.
Alhamdulillah. Ketika kakak beradik itu bertemu di koridor, maka sang adik bungsu segera reda dengan tangisannya. Alhamdulillah.
Jakarta, 11 September 2017.
No comments:
Post a Comment