"Berqurban di lokasi desa lebih dirasakan oleh penduduk desa. Karena mereka memang mayoritas terdiri dari masyarakat yang tidak berkelebihan." Kata seorang teman saya kepada saya di sebuah kendaraan ketika kami baru saja berjumpa.
"Tapi kata ustad, paling afdol kalau berqurban di daerah dimana Anda bertempat tinggal. Karena kebermaknaan Anda untuk tetangga Anda sendiri dirasakan langsung." Kata teman saya yang lain. Kalimat ini sekaligus sebagai perbandingan. Saya secara pribadi melihat dua arus pendapat tersebut secara moderat saja. Bahwa itu adalah dua pendapat yang sama-sama baik jika dilihat dari kacamata horisontal. Itu saja.
Lalu bagaimana saya?
Sejak beberapa tahun yang lalu, saya bersama-sama teman-teman di sekolah memang melakukan apa yang kami sebut sebagai Tebar Qurban. Ini karena posisi saya dan teman-teman hanyalah sebagai petugas yang menyalurkan hewan qurban, yang berasal dari peserta didik kami, yang terdiri dari mereka yang masih duduk di bangku Kelompok Bermain, yang berusia sekitar 3 tahun hingga yang telah duduk di kelas IX SMP.
Tebar qurban yang saya maksudkan adalah menentukan terlebih dahulu titik lokasi qurban yang akan menjadi tujuan kami. Lalu dari tujuan lokasi tersebut, kami buatkan surat pemberitahuan kepada warga sekolah tentang lokasi-lokasi yang akan menjadi pelaksanaan qurban. Dengan titik yang telah kami tentukan dan kami sampaikan bersamaan dengan harga hewan qurban dengan spesifikasinya, maka siswa atau orangtua yang bermaksud berqurban di tahun ini melalui sekolah dapat memilih lkasi qurban yang diinginkan.
Dan alhamdulillah dalam pelaksanaan kegiatan seperti ini sejauh ini tidak ada kendala atau hambatan yang membuat program tersebut tidak berlangsung lagi. Dan dengan pelaksanaan model seperti ini, kami selalu menemukan pelajaran sangat berharga di kampung-kampung yang menjadi titik pelaksanaan qurban tersebut. Kami dapat belajar mensyukuri apa yang kami dapatkan atau miliki selama ini. Setidaknya inilah pengalaman berharga yang kami dapat dalam tebar qurban dari sekolah.
Jakarta, 2 September 2017.
No comments:
Post a Comment