Mengapa kami begitu giat melakukan transformasi di sekolah kami yang swasta? Meski sekolah kami adalah sekolah swasta yang dari awal berdiri hingga dekade 2010 memiliki siswa yang selalu penuh di kelas-kelas kami yang ada. Meski beberapa hal yang memberikan indikasi sesuatu yang 'berubah' pada perjalanan siswa baru sejak dekade 2000-an. Indikasi tersebut antara lain adalah tentang pergeseran demografi, sosial, dan ekonomi terhadap generasi yang masuk sebagai siswa kami jika kami melihatnya di era kami sejak sekolah kami berdiri hingga dekade 2000-an tersebut. Meski hingga tahun 2010-an sekolah kami masih belum memperlihatkan data siswa yang mengalami penurunan.
Namun sejak tahun pelajaran 2011 hingga tahun ini, 2016, data mengenai jumlah siswa kami yang menurun tidak dapat dipungkiri. Hal inilah yang membuat kami semua berbenah diri. Mencari tahu mengapa kami kekurangan siswa untuk memenuhi bangku kelas yang ada di ruang kelas kami.
Dan karena penurunan jumlah siswa tersebut juga menjadikan penurunan kepada jumlah kelas yang ada di sekolah kami, maka sebagai jalan keluar untuk menjaga kelebihan tenaga pendidik, maka beberapa langkah telah kami jalani. Seperti misalnya, tidak merekrut guru baru sebagai pengganti guru kami yang memasuki pensiun. Atau juga memberikan penawaran kepada Bapak atau Ibu guru yang memilih untuk pensiun lebih awal.
Mengapa keterpenuhan bangku siswa di kelas menjadi tolok ukur bagi kami? Ini karena kami adalah sekolah swasta yang sebagian besar biaya operasionalnya bersumber dari peserta didik yang ada. Untuk itu, tidak bisa tidak maka keterpenuhan bangku siswa menjadi impian kami.
Mengapa ada perubahan latar belakang keluarga yang masuk di sekolah kami belakangan ini? Karena perkembangan keluarga mampu yang ada di sekitar sekolah kami memungkinkan anggota masyarakat tersebut memilih sekolah yang sesuai dengan harapan mereka yang tentunya telah berubah dengan generasi masyarakat sebelumnya. Dan ini juga berarti masyarakat telah memiliki benchmark bagi sekolah yang berkualitas.
Setidaknya dengan beberapa hal tersebut diatas, maka kami sepakat untuk melakukan transformasi diri. Bahwa tidak dapat dipungkiri, masa lalu dan apa yang sedang kami terima sekarang ini adalah cermin untuk kami melakukan pembenahan, perbaikan, pembelajaran, dan transformasi.
Harapan dari semua itu tidak lain adalah eksistensi kami untuk dimasa-masa mendatang. Eksistensi yang panjang. Tentunya jika kami berkomitmen menjadi motivasi untuk terus berbenah, berubah dan bertransformasi. Dan kami meyakini bahwa keberhasilan hanya kami dapat jika kami benar-benar dapat menjadikan diri-diri kami sebagai pribadi yang berdaya saing. Karena dengan demikian kami akan menjadi sebuah lembaga yang berdaya saing.
Dan berbenah menuju lembaga yang memiliki daya saing tidak lain jika kami secara jujur menemukan koordinat persaingan yang sekarang ini sedang menjadi tolok ukur masyarakat. Dan kami menemukan hal itu, yaitu dengan menjadikan kami, guru, sebagai pribadi yang memang unggul. Tentunya, sekali lagi, dengan parameter yang diyakini masyarakat sekarang ini. Semoga.
Jakarta, 8 Agustus 2016.
No comments:
Post a Comment