Malas sekali membicarakan transportasi on line yang belakangan ini, mungkin sudah berlangsung beberapa bulan yang lalu, keberadaan dan 'keberhasilan' menguasai minat pengguna mereka, sedang menjadi masalah buat para transportasi konvensional. Walaupun saya sendiri menjadi bingung apakah yang dirugikan oleh keberadaan dan 'keberhasilan' transportasi berbasis aplikasi itu merugikan para supir transportasi resmi saja, atau juga sebenarnya karena korporasinya yang juga menanggung kemerosotan income.
Ini karena saya berangkat dari sisi pandang sebagai pengguna. Namun ketika hari Minggu lalu, tanggal 27 Maret 2016, secara kebetulan komik harian Kompas menurunkan cerita yang bertopik sama, transportasi on line. Maka untuk kenang-kenangan, saya menyimpannya dalam catatan harian saya ini.
Ini karena saya berangkat dari sisi pandang sebagai pengguna. Namun ketika hari Minggu lalu, tanggal 27 Maret 2016, secara kebetulan komik harian Kompas menurunkan cerita yang bertopik sama, transportasi on line. Maka untuk kenang-kenangan, saya menyimpannya dalam catatan harian saya ini.
Saya tidak tahu apakah mereka janjian untuk membahas topik yang sama? Saya hanya menduga, ketiga komikus ini memang sedang dilanda galau yang sama. Terutama ketika ada demo menolak transportasi on line. Demo para supir yang sekarang tidak pernah di awe-awe penumpang di bawah terik matahari di pinggir jalan.
Jakarta, 28 Maret 2016.
No comments:
Post a Comment