Dalam sekian program yang dicanangkan untuk bagian pengembangan guru dan SDM di lembaga pendidikan formal yang bernama sekolah, saya benar-benar terusik oleh seorang pembicara yang kami undang untuk memberikan pencerahan bagi perjalanan kami menuju transformasi. Terusik tidak saja karena di pembicara kebetulan selain adalah pakar manajemen perubahan juga adalah seorang orangtua siswa di sekolah kami sendiri. Tetapi oleh makna kalimat yang beliau sampaikan dalam presentasinya itu.
Walau saya sendiri belum mengkonfirmasi kepada teman yang lain yang ada dalam forum yang sama, apakah mereka juga menangkap sinyal yang disampaikan beliau? Mungkin ada juga selain saya yang menangkap sinyal ketidakpuasan atas fakta yang selama ini menjadi pengalaman anandanya di sekolah? Sehinga ketika beliau menyampaikan presentasi buat kami beliau, pasti tidak bermaksud menyinggung namun justru mengungkapkan kenyataan, atas kondisi yang seharusnya TIDAK terjadi. Pasti sebuah fakta yang seharusnya menjadi hal yang positif. Yaitu fakta tentang disiplin guru dan SDM yang ada di lembaga dimana anandanya berada sehari-hari dengan menjadi siswa kami. Dimana agar disiplin justru menjadi titik awal untuk membuat program unggulan yang menarik siswa untuk giat dan tekun belajar di sekolah.
"Bapak dan Ibu sekalian, mungkin saatnya kita sekarang membuat analisa dan berfikir apa yang menjadi penyebab mengapa lembaga kita ini menjadi kekurangan jumlah siswa. Apakah mungkin karena program pembelajaran yang kita lakukan selama ini biasa-biasa saja seperti juga sekolah-sekolah yang dibiayai sepenuhnya oleh APBN dan APBD? Sehingga dengan demikian maka sekolah menjadi tidak memiliki daya pembeda dan daya saing? Atau jangan-jangan bukan program sekolah yang harus kita bangun menjadi program yang berdaya saing, tetapi justru disiplin kita? Disiplin kehadiran guru dan karyawan? disiplin guru hadir di dalam kelas dengan tepat waktu? Disiplin dalam menerapkan rencana atau program yang telah dikomunikasikan kepada para siswa dan orangtua siswa untuk menjadi kegiatan yang baik?" Demikian antara lain kalimat yang beliau sampaikan yang hingga sekarang esensi dari kalimat-kalimat beliau tetap hidup dan terngiang dalam benak saya.
Dan atas apa yang menjadi masukan itu, kami bertemu untuk mendiskusikan apa yang menjadi langkah kita berikutnya. Maka kami menyepakati untuk membuat penilaian kinerja yang menitik beratkan kepada elemen disiplin. Disiplin kehadiran di sekolah. Disiplin kehadiran di lokasi mengajar dari jam pertama mengajar hingga jam terakhir. Disiplin administrasi sebagaimana yang dilakukan oleh guru-guru yang tersertifikasi ketika melakukan pemberkasan. Disiplin berkomunikasi baik dengan siswa, rekan kerja, dan juga orangtua peserta didik, secara lisan ataupun ketika menulis pesan melalui telepon pintarnya.
Lalu bagaimana dengan elemen lain yang selama ini telah menjadi bagian dari penilaian kinerja? Tetap kami masukkan dalam elemen penilaian, tetapi disiplin menjadi titik pusat dari kinerja kami di tahun ini.
Lalu apa implikasi dari hasil kinerja yang di akhir tahun ini? Tidak lain adalah prosentasi kenaikan gaji. Dan ini menjadi pegangan kami sejak awal durasi penilaian kami jalani. Dan selain hasil kinerja yang merupakan hasil terakhir dalam penilaian kinerja, maka keseharian di sekolah, pada tingkat operasional, teman-teman di lapangan benar-benar akan melihat langsung di lokasi akan kesepakatan kami itu.
Tujuannya hanya satu; bahwa disiplin kami, mudah-mudahan, menjadi titik awal bagi sekolah kami untuk meraih nilai daya saing yang tinggi yang ujungnya mendapat kepercayaan masyarakat kembali. Semoga.
Jakarta, 29 Maret 2016.
No comments:
Post a Comment