"Apa yang menjadi pemikiran Bapak sekarang setelah hampir satu tahun berada pada posisi Kepala Sekolah?" Demikian pertanyaan saya kepada teman yang menginjak perjalanan memasuki semester kedua setelah beliau diangkat sebagai Kepala Sekolah yang baru. Meski harus diakui bahwa jabatannya itu sebenarnya merupakan peningkatan dari jabatan sebelumnya yang ia sandang, yaitu sebagai Wakil Kepala Sekolah. Pertanyaan saya ini memang tidak atau setidaknya belum pernah saya sampaikan ketika ia masih menginjak satu semester di jabatannya yang baru. Karena saya berpikir satu semester untuk seseorang yang menjabat di jabatan yang baru normalnya masih dalam situasi dan kondisi yang kondusif. Maka persoalan yang membutuhkan penanganan lebih dalam dan intern mulai menginjak pada awal semester kedua. Terutama masalah yang berkaitan dengan hubungan antara individu dengan dan antar anggota yang dipimpinnya.
"So far masih under control Pak. api saya sudah mulai melihat interaksi antar ami di dalam terasa berbeda. Saya merasa ada yang menghalangi ketika saya memulai sebuah percakapan dengan teman-teman." Jawab teman saya terlihat datar. Seperti merasa ada tekanan yang ia usahakan agar tetap kalem.
Seperti yang pernah saya sampaikan kepadanya suatu saat ketika jabatan itu belum ia terima. Bahwa untuk menjadi pemimpin idaman itu kita semua tahu dimana koordinat yang pas. Mengapa? Karena kita semua adalah bagian sistem yang memang berada di dalam lingkungan yang memiliki pemimpin. Dan dengan demikian, maka semua celoteh teman atau tetangga tentang pemimpin kita, kita merekamnya sebagai harapan tentang sosok pemimpin yang ideal.
Juga kita sendiri ketika sebagai wakilnya beliau, maka sedikit banyak kita mendapat ilmu dari lingkungan kita tentang harapan-harapan yang bisa jadi itu menjadi harapan yang ideal bagi sosok seorang Kepala Sekolah. Untuk itu maka ketika jabatan itu menjadi amanah untuk kita, layak kalau saya waktu itu menyampaikan bahwa kita faham sosok pemimpin ideal yang memang diperlukan untuk organisasi yang sekarang menjadi amanah tersebut. Artinya, ketika teman saya itu telah disumpah untuk melanjutkan estafet kepemimpinan di sekolahnya, maka semua yang menjadi konsep tersebut saatnya untuk direalisasikan di lapangan.
"Baiklah kalau begitu Pak. Selamat dan tetap sukses ya. Saya berharap sekali agar Bapak tetap tabah ketika menjalani situasi dan kondisi yang tidak kondusif. Dan juga harus tetap memiliki visi sebagai pemimpin di sebuah lembaga Pendidikan swasta yang harus kompetitif. Selamat." Demikian kata saya mengakiri percakapan kami.
Jakarta, 7 Maret 2016
No comments:
Post a Comment