"Bapak mau beli yang rasa apa?" Seorang peserta didik saya mengajukan penawaran atas roti yang ia buat dan jual kepada saya di suatu pagi di kantin sekolah. Waktu itu bertepatan dengan istirahat sekolah. Dan bersama saya ada duduk beberapa teman sekelas anak tersebut.
"Mungkin Bapak akan pesen roti isi fruittella. Hargannya berapa?"
"Dua ribu saja Pak. Bayarnya besok saja Pak"
Saya sendiri terus terang tidak tahu roti seperti apa yang ditawarkan oleh peserta didik kami itu. Tapi dari beberapa varian yang dia sebut dan tawarkan kepada saya, saya memilih pilihan saya itu.
"Kamu mestinya jualannya nanti setalah pekan ulangan selesai." Komentar temannya yang duduk disebelah anak yang menawarkan roti tersebut kepada saya.
"Mengapa?" Tanya saya kepada anak yang memberikan komentar dan nasehat tersebut.
" Ia Pak. Minggu ini kan kita sedang ada pekan ulangan. Jadi kalau tetap jualan nanti jadinya tidak fokus." Jawabnya memberikan argumentasi.
Saya terdiam dan manggut-manggut. Tidak menyangka ada lai peserta didik saya yang memiliki cara berpikir yang berbeda. Melihat itu, saya bersyukur dapat menjadi bagian dari dialog anak-anak pintar tersebut.
Jakarta, 27 Agustus 2015.
No comments:
Post a Comment