Ada yang tidak normal bila ada teman yang kebetulan berada dalam satu ruangan kerja dengan Anda yang relatif sering sekali datang tidak tepat waktu. Dan alasannya berbagai rupa. Padaal kta semua tahu bahwa rumah dimana ia tinggal tidak lebih dari 2 kilometer jauhya dari Pasar Rumput, Setiabudi, Jakarta Selatan. Hanya sebagai gabaran betapa tidak akan mungkin tidak ada kendaraan umum yag dapat dimintai pertolongan di daerah semacam itu.
"Rumah saya memang dekat dari kantor dibanding teman-teman lannya yang di Bekasi atau di Depok. Tetapi sulit menemukan bajaj atau ojeg dari rumah saya." Begitu mungkin teman Anda akan memberikan alasan paling up datenya ketika masih juga datang terlambat pagi ini. Namun meski Anda dan teman-teman yang lain hanya senyum-senyum getir atau cuek, tetap saja perilaku itu akan kambuh esok harinya. Karena memang mental kerjanya yang abal-abal. Dan ketahuan saja bahwa setiap tahun ia meregek minta nambah kenaikan gaji sama bos. Dan setiap kali pula bos tidak akan menggubris apa yag disampaikan kepadanya.
Biarlah model karyawan seperti itu menjadi tanggungjawab bos atau tanggungjawab atasan yang ia punya. Aapakah memang kantor tetap rela dengan model kerja karyawan sebagaimana yang saya gabarkan tersebut. Kalau kantor mmang rela, pasti karyawan model seperti itu tetap dipeliharanya meski ia tidak lebih sebagai beban kantor. Tetapi jika bos merasa sudah terusik oleh omongan teman-teman yag lain yang rajin, maka bisa jadi bulan depan karyawan model seabrek semacam itu dirumahkan. Supaya fokus mengurus rumah, mungkin suami dan anak, serta tidak terbebani beban yang memag sepertinya tidak disanggupinya.
"Orang-orang seperti itu mestinya malu dengan kenyataan bahwa banyak bus karyawan yang harus antri parkir di rest area yag seuprit sebelum masuk TOL Dalkot di Cawang." Begitu kata seorang teman yang setiap pukul 04,20 sudah berada di atas bus salah satu yang ikut antri itu kepada saya suatu hari ketika kami sedang diskusi tentang jam masuk kerja.
"Apa yang Bapak lihat dengan fenomena itu di rest area?" Tanya saya kepada teman yang memang luar biasa disiplin dalam menunauikan amanah kerjanya sebagai karyawan.
"Bus kami harus mengejar secepat mungkin untuk sampai ujung TOL Dalkot itu Pak. Sepagi mungkin dengan jam jalan kami yang relatif sama. Dan sepagi itu kami harus menyisakan waktu tidak kurang 15 menit untuk menunaikan sholat subuh." katanya dengan datar dan normal saja.
Obrolan itu harus terputus karena saya sendiri menerima telpon dari orang kantor. Tetapi saya ingin melihat bahwa ada dua bentuk perilaku karyawan yang ada di atas. Akan memilih jalan yang mana kita? Sepertinya tidak harus saya yang menentukan. Karena kita semua yang posisinya di kantor adalah karyawan, dapat mengambil sikap luhur. Semoga.
Jakarta, 15 Oktober 2014.
No comments:
Post a Comment