Siang itu, seusai Shalat berjamaah, ada beberapa anak kelas lima sekolah dasar kami yang berkumpul di plasa sekolah. Di antara anak-anak itu juga saya lihat dua ibu orangtua yang saya kenal dengan baik. Dari koridor sekolah, di balik jendela, saya melihat mereka sedang melakukan diskusi. Ini karena saya masih mendengar berbagai ungkapan pendapat dan usulan yang berseliwer seperti tanpa moderator, juga karena mereka membuat posisi duduk melingkar. Saya saksikan juga bahwa dua ibu yang berada tiodak terlalu jauh dari anak-anak yang sedang melakukan diskusi seru itu hanya manyaksikan diskusi yang berlangsung.
Ada beberapa menit saya berada di koridor di balik jendela yang memisahkan saya dengan ruang plasa dimana mereka berdiskusi itu. Saya dapat memastikan bahwa ini adalah kelanjutan dari apa yang anak-anak itu perbincangkan kemarin pada waktu yang sama. Dimana anak-anak itu mengungkapkan bahwa mereka bersepakat untuk mengadakan buka puasa bersama. Lingkupnya adalah kelas. Jadi buka puasa khusus kelas mereka. Dan tentunya, atas prakarsa mereka, anak-anak itu sendiri.
Waktu itu, seorang diantara anak-anak yang memimpin rapat siang itu, mengatakan kepada saya bahwa waktu dan tempat sudah disepakati. Namun kapannya, waktu pelaksanaan dari acara buka bersama tersebut masih dinegosiasikan. Belum ada kesepakatan. Jadi dari gambaran kejadian kemarin, saya menduga bahwa rapat pada siang itu adalah rapat dalam rangka untuk memutuskan waktu pelaksanaannya.
Karena didorong rasa ingin tahu saya, maka saya mendekati anak-anak itu tanpa sedikit juga memiliki niat untuk mengungkapkan sesuatu. Selain saya bukan peserta rapat, keberadaan saya di lokasi rapat tersebut hanya ingin tahu apa dan bagaimana anak-anak itu berdiskusi untuk menentukan kapan pelaksanaan kegiatan. Atau juga saya ingin tahu bagaimana mefreka membuat keputusan dalam rapat itu. Tentunya rapat yang terbuka. Karena dilakukan oleh anak-anak diluar koordinasi guru atau orang dewasa lainnya. Dan dari mengikuti bagaimana jalannya rapat, saya mengagumi anak-anak itu.
Kagum saya ini dilandasi oleh beberapa fakta bahwa; Pertama, anak-anak itu melakukan rapat atas inisiatif mereka sendiri. Kedua, bahwa apa yang akan mereka lakukan adalah sesuatu yang luar biasa bagus bagi memupuk ukhuwah atau kebersamaan diantara mereka. Atau dalam bahasa mereka yang paling pas adalah persahabatan. Ketiga, apa yang mereka sedang jalani itu adalah bentuk konkrit aplikasi dari konsep belajar. Anak-anak dengan kemauannya sendiri telah mempraktekkan apa yang selama ini mereka pelajari di kelas.
Meski rapat itu hanya memutuskan waktu dan tempat pelaksanaan bagi kegiatan buka puasa bersama, dan melupakan budget yang mereka butuhkan, setidaknya menjadi wujud nyata dari sebuah hasil belajar.
Jakarta, 29 Juli 2012.