Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau sekolah di daerah ini mengurangi kegiatan fisik guna menghindari penurunan stamina siswa selama Ramadhan. Hal itu dikatakan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi Bina Program Dinas Pendidikan Dasar Bantul, Juwahir, Sabtu (30/7/2011). Begitu berita yang saya baca di http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/31.
Tentunya Pak Juwahir tidak sendirian di negeri ini. Sebelumnya terbit pula berita dari pemerintah daerah yang mengurangi jam kerja bagi karyawannya.
Adalah sebuah realita yang selalu hadir dikala Ramadhan tiba. Dan kenyataan itu tidak saja menjadi milik mereka yang berada di sekolah, nahkan di kantor-kantorpun demikian adanya. Adalah sebuah bentuk toleransi bagi mereka dan kita semua untuk lebih memanfaatkan waktu dalam menjalankan Ramadhan. Terutama dalam sisi kualitas. Oleh karenanya kebijakan itu dapat juga dimaknai sebagai bentuk dorongan bagi kita untuk menjadikan waktu sisa dalam melakukan kegiatan pemaknaan Ramadhan dalam sisi kualitas.
Sebuah kondisi dan situasi yang sangat kondusif bagi peningkatan warna serta kebermaknaan dalam meningkatkan keberagamaan. Baik bagi siswa dan guru di sekolah, mahasiswa dan dosennya di tempat kuliah, dan juga para pegawai dan birokrat di kantor serta para pedagang di pasar-pasar, dan juga para pengusahanya. Dan jika ini yang terjadi, maka sesungguhnya Ramadhan ini kita sedang menanam masa depan bangsa yang lebih baik.
Jangan sampai waktu yang telah terkurangi keberadaan di kantor atau tempat kerja, namun tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya ketika sedang berada di luar jam dan tempat kerja. Misalnya justru menjadi semakin turunnya efektifitas dan etos kerja, karena puasa Ramadhan telah menjadikannya kurang energi saat melakukan amanah kerja. Inilah yang akan melahirkan penilaian kurang kepada mereka yang berpuasa Ramadhan.
Namun bagi yang berfalsafah hidup hanya pada muara untung-rugi, maka kenyataan ini akan menjadi kendala besar. Meski sebenarnya tetap saja selalu ada kompromi bagi kepentingan seperti itu tanpa mengorbankan sisi silaturahim dan toleransi. Seperti apa yang dilakukan kantor sahabat saya. Dimana jam masuk dimajukan satu jam lebih awal, sehingga jam kerja akan selesai juga lebih awal.
Semoga Ramadhan ini adalah Ramadhan dimana kita semua sedang melakukan cocok tanam. Dengan begitu maka selalu akan lahir harapan untuk memetik panen kelak di kemudian hari. Dengan konsep ini semoga saya dan Anda tidak akan menyia-nyiakan waktu yang ada sebagai ikhtiar bagi peningkatan kualitas cocok tanam. Tentu untuk tujuan akhir yang menguntungkan. Semoga. Amin.
Jakarta, 31 Juli 2011.
Tentunya Pak Juwahir tidak sendirian di negeri ini. Sebelumnya terbit pula berita dari pemerintah daerah yang mengurangi jam kerja bagi karyawannya.
Adalah sebuah realita yang selalu hadir dikala Ramadhan tiba. Dan kenyataan itu tidak saja menjadi milik mereka yang berada di sekolah, nahkan di kantor-kantorpun demikian adanya. Adalah sebuah bentuk toleransi bagi mereka dan kita semua untuk lebih memanfaatkan waktu dalam menjalankan Ramadhan. Terutama dalam sisi kualitas. Oleh karenanya kebijakan itu dapat juga dimaknai sebagai bentuk dorongan bagi kita untuk menjadikan waktu sisa dalam melakukan kegiatan pemaknaan Ramadhan dalam sisi kualitas.
Sebuah kondisi dan situasi yang sangat kondusif bagi peningkatan warna serta kebermaknaan dalam meningkatkan keberagamaan. Baik bagi siswa dan guru di sekolah, mahasiswa dan dosennya di tempat kuliah, dan juga para pegawai dan birokrat di kantor serta para pedagang di pasar-pasar, dan juga para pengusahanya. Dan jika ini yang terjadi, maka sesungguhnya Ramadhan ini kita sedang menanam masa depan bangsa yang lebih baik.
Jangan sampai waktu yang telah terkurangi keberadaan di kantor atau tempat kerja, namun tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya ketika sedang berada di luar jam dan tempat kerja. Misalnya justru menjadi semakin turunnya efektifitas dan etos kerja, karena puasa Ramadhan telah menjadikannya kurang energi saat melakukan amanah kerja. Inilah yang akan melahirkan penilaian kurang kepada mereka yang berpuasa Ramadhan.
Namun bagi yang berfalsafah hidup hanya pada muara untung-rugi, maka kenyataan ini akan menjadi kendala besar. Meski sebenarnya tetap saja selalu ada kompromi bagi kepentingan seperti itu tanpa mengorbankan sisi silaturahim dan toleransi. Seperti apa yang dilakukan kantor sahabat saya. Dimana jam masuk dimajukan satu jam lebih awal, sehingga jam kerja akan selesai juga lebih awal.
Semoga Ramadhan ini adalah Ramadhan dimana kita semua sedang melakukan cocok tanam. Dengan begitu maka selalu akan lahir harapan untuk memetik panen kelak di kemudian hari. Dengan konsep ini semoga saya dan Anda tidak akan menyia-nyiakan waktu yang ada sebagai ikhtiar bagi peningkatan kualitas cocok tanam. Tentu untuk tujuan akhir yang menguntungkan. Semoga. Amin.
Jakarta, 31 Juli 2011.
No comments:
Post a Comment