Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

30 July 2024

Umroh Tugasku

Menjalani ibadah umroh bersama teman sejawat, banyak sisi nikmat tersendiri. Pertama ini menjadi anugerah besar bagi kami semua berumroh bersama. Tidak  lain atas prakarsa dan niat mulia Ketua Yayasan kami, dalam memberi apresiasi kepada guru dan karyawannya. Sebuah penghargaan, yang kami semua tidak menduga, tidak menyangka, belum pernah berencana, dan tidak pula terbayang.

Terimakasih yang tidak terhingga atas kebaikan dan kemurahan Ibu Almitra Indira Abidin. Semoga rezeki ini, menjadi amal baik bagi Ibu Almitra khususnya, dan keluarga besar Ibu Rukmini Zainal Abidin selaku pendiri sekolah, dan juga keluarga besar Yayasan Bina Tugasku.

Semoga Allah Swt terus menjaga niat dan semangat kami, guru dan karyawan, dalam terus mensyukuri nikmat dengan Ikhlas dan tuntas pada ranah keseharian,  yaitu menjalani tugas kami di dunia pendidikan, Sekolah Islam Tugasku.

Rasa syukur yang tiada henti kami sampaikan, semoga Allah memberikan kesehatan, kebahagiaan, kemudahan, dan keberkahan pada setiap langkah baik Yayasan Bina Tugasku dalam berkontribusi kepada generasi Indonesia. Aamiin.

 


Hadiah Kejutan; UMROH!


Pertama kali saya mendapatkan rencana kegiatan umroh dari Ibu Almitra I Abidin, di awal tahun 2023, dimana diskusi masih seputar ketersediaan waktu untuk kegiatan bersama guru dalam durasi waktu sekitar satu pekan atau lebih, yang tidak mengganggu kegiatan pembelajaran sekolah.

Untuk permintaan tersebut, maka saya mencoba membuatkan ancang-ancang waktunya di sekitar libur sekolah Idul Fitri. Mengingat jika libur semester, baik semester 1 di bulan Desember atau semester 2 saat kenaikan kelas di bulan Juni, maka di dua liburan tersebut akan ada peak session, yang juga akan mengganggu perhitungan biaya.

Melalui Ibu Agnes, saya juga menyampaikan bahwa jika bentuk kegiatannya umroh, maka libur Juni tidak akan bisa kita laksanakan hingga 5 tahun kedepan, mengingat sepanjang Juni akan dan masih berdekatan dengan Idul Adha atau pelaksanaan ibadah haji. Sehingga pelaksanaan umroh ditutup.

Pada tahapan ini, saya hanya bisa membuatkan estimasi waktu libur Idul Fitri. Dengan  catatan, maksimal berangkat adalah  H+3 dari hari Idul Fitri atau 4 Syawal. Dan akan semakin baik bila berangkat umroh sebelum tanggal itu. Supaya masih ada waktu untuk istirahat bagi guru dan karyawan sebelum masuk kerja kembali.

Dan setelah waktu disepakati, maka pada tanggal 10 Agustus 2023, dalam Rapat bersama Yayasan, hadir juga Ibu Ajeng, dari pihak Travel Umroh untuk membuatkan perencanaan dan perhitungan anggarannya. Alhamdulillah, pikir saya, rencana yang tadinya masih dalam tahap internal, sudah memasuki tahapan lebih riil. Namun 1 pesan Ibu Almitra, bahwa rencana ini tidak boleh bocor.

Dan ini menjadi bagian sedikit berat untuk saya dalam menyimpan informasi yang terbayang bagaimana bahagianya kami nanti menerima kabar itu. Apalagi,  libur Idul Fitri, menjadi liburan favorit teman-teman untuk kembali ke kampung halaman, silaturahim keluarga besarnya, atau sekedar liburan. Dan juga libur yang membutuhkan effort lebih, mengingat liburan itu mereka akan ditinggal poulang kampung oleh asisten rumah tangganya. Lalu bagaimana saya harus menyampaikan informasi agar teman-teman tidak mudik di tanggal-tanggal yang telah ditentukan?

Pada Rapat Yayasan tanggal 14 September 2023, Ibu Almitra menegaskan bahwa kegiatan umroh akan diberikan kepada guru dan karyawan yang telah memiliki masa kerja selama 15 tahun atau lebih secara terus menerus. Hal ini sebagai apresiasi atas kontribusi mereka di Sekolah Islam Tugasku.

Pada Rapat Yayasan, bersama seluruh Kepala Sekolah, hari Selasa tanggal 12 Februari 2024 berlokasi di Tugasku, Ibu Almitra memastikan keberangkatan umroh dengan memberitahukan kepada Ibu Yani, Kepala TK, Ibu Novi, Kepala SD, dan Pak Imron, Kepala SMP. Mengangetkan sekaligus membahagiakan mereka. Semua menerima kabar itu dengan berkaca-kaca, bersyukur, dengan menangis haru.

Semua kaget, syok, tidak percaya bahwa kita akan berangkat umroh bersama-sama dalam satu rombongan eksklusif. Masya Allah.

Saya juga menjadi lebih kaget lagi, bahwa yang berangkat umroh tidak saja yang sudah memiliki masa kerja 15 tahun, sebagaimana yang menjadi kesepakatan di awal. Tetapi dengan kebijakan Ibu Almitra, yang akan diberangkatkan umroh adalah semua yang sudah bekerja 13 tahun! Ini kejutan terakhir buat saya.

Dari ketentuan kejutan itu, ada 57 orang dari Tugasku yang berangkat ditambah 13 peserta dari Yayasan termasuk Ibu Almitra, Masya Allah tabarakallah, menjadi hal yang benar-benar diluar dugaan saya selama ini. Mengagetkan, mengagumkan, dan sekaligus membahagiakan. Rasa syukur yang selalu terbayang dan memenuhi pikiran saya. Bahwa semenjak kali pertama Ibu Almitra menginformasikan rencana tersebut.

Hal ini karena umroh tidak saja sebagai rihlah biasa, tetapi adalah perjalanan ibadah yang diidamkan semua kaum Islam. Orang Islam membayangkan bagaimana mereka akan bertemu benda kotak atau kubus hitam yang menjadi pusat atau arah kiblatnya dalam shalat-shalatnya. Bertemu dengan saudara-saudaranya yang berasal dari manapun juga di belahan bumi ini. Menemukan pola komunikasi dan karakter yang beraneka ragam. Umroh adalah ibadah raga dan jiwa.

Yaitu satu; Ibadah harta, mengingat biaya untuk perorangnya tidak sedikit, dan ini semua menjadi tanggungan Yayasan, termasuk diantaranya uang saku dan pajaknya. Maka sempurna sekali nikmat Allah Swt kepada kami.

Dua; ibadah badan, mengingat kita semua akan melakukan aktivitas fisik yang tidak sedikit. Karena jarak tempuh kamar hotel hingga memasuki lokasi shalat wajib lima waktu di Masjid Haram di Mekkah atau Masjid Nabawi di Madinah membutuhkan kemauan dan ketahanan fisik yang prima. Demikian pula saat melakukan prosesi umroh, berupa thawaf mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali dengan tetap memelihara wudu, sa’i antara Safa dan Marwa dalam 7 kali perjalanan. Serta bertahalul.

Tiga; Ibadah spiritual. Ibadah jiwa. Yang antara lain adalah capaian rasa syukur, rasa kagum yang tiada tara atas prosesi ibadah sebagaimana yang telah diteladankan oleh Nabi Ibrahim As bersama keluarganya. Sebuah  prosesi yang membutuhkan ketahanan fisik dan juga motivasi mental dalam matra sejarah dan keilahian  yang memantik kekaguman yang tidak mungkin diutarakan dalam kalimat dan paragraf.

Sebuah prosesi yang selalu akan mengalirkan  air mata kekaguman dan kesyahduan yang terlalu atau bahkan mustahil untuk bisa dibendung dan diinterpretasikan. Prosesi yang akan selalu membangkitkan rasa rindu kepada siapa saja yang telah dan pernah hadir di kota Mekkah dan Madinah. Yang membangkitkan dorongan keinginan untuk datang kembali dan kembali.

Bagaimana kita dapat mendeskripsikan kenangan melaksanakan perjalanan umroh ini, yang demikian dahsyatnya dalam uraian kata dan kalimat?

Karena semangat dan kebahagiaan yang tiada tara, yang tercermin dari peserta umroh Tugasku. Baik saat kami tiba di Jeddah dan mempersiapkan diri untuk umroh pertama, malakukan thawaf dengan iringan tangis bahagia dan haru serta penuh doa, sa’i dengan langkah penuh semangat hingga tahallul. Irama yang ti dak pernah saya lihat surut hingga hari terakhir kami di kota Mekkah dan Madinah. Semua aktivitas teman-teman nikmati dengan antusiasme dan tidak ada jeda untuk lelah. Luar biasa membahagiakan.

Harapan setelah saya bersama teman-teman selesai umroh dan kembali ke Jakarta, kembali ke keluarga, dan kembali keaktivitas sehari-hari, semangat itu tetap menyala dan berkobar. Agar semua kenangan indah dan positif itu selalu menjadi pemicu dan menginspirasi pada tataran nyata di kehidupan.

Nikmat yang luar biasa. Kesadaran akan pentingnya memotivasi diri sendiri dalam bingkai berpikir positif, berbaik sangka atas apa yang terjadi. Apapun itu.

Fibrasi yang menjadikan aura dalam demensi kelompok, akibat beberapa dan sebagian besar dari para anggotanya yang selalu bersemangat, berjuang dan memperjuangkan apa yang diinginkan. Nikmat yang mengendap dalam dada untuk menjadi insan yang lebih ikhlas ketika menunaikan tugas kependidikan.

Semoga perjalanan kami menjadi perjalanan yang mendapat ridho Allah Ta'ala. Mulai dari keberangkatan kami dari rumah masing-masing hingga kami semua kembali ke rumah dan berjumpa dengan keluarga.

Semoga Ibu Almitra I Abidin dan keluarga besar Yayasan Bina Tugasku selalu dilimpahi manisnya iman, kesehatan, kekuatan, kemudahan, keberkahan, hidayah dan inayah-Nya. Aamiin Allahumma Aamiin.

Pertengahan Syawal 1445 H/April 2024

08 March 2024

Pak Haji Bercelana Jean!

 

Selfi pada saat saya mendapat tugas untuk menjemur pakaian di roof top apartemen ketika kami tinggal di Apartemen yang ada di Aziziyah.

"Assalamu'alaikum Pak Haji bercelana jean." Begitu teman satu kamar saya menyebut dan mensifati saya. Pertama kali dia ungkapkan ketika kami masih berada di Madinah. DSimana Madinah menjadi etape 10 pertama dalam perjalanan haji maki. Etape 10 hari kedua kami tinggal di Mekkah, dan etape terakhir merupakan 10 hari dimana kami berada di Aziziyah.

Sebutan ini mungkin karena saya memang hanya mengenakan celana jean. Sebenarnya sebutan demikian tidak sepenuhnya benar. Karena celana yang saya bawa dalam perjalanan haji ini memang 3 potong yang semuanya dari bahan dengan model seperti blue jean.

Jadi tidak mengapa sebutan itu melehat pada saya sepanjang kami bercanda sesama jamaah ketika diwaktu segang. Baik saat di dalam kamar atau juga saat menemani jamaah lain yang sedang menghisab rokok di pintu masuk hotel.

Bukan tanpa alasan saya hanya bercelana seperti itu. Pertimbangan paling benarnya, menurut saya, adalah bahwa celana semacam itu memungkinkan saya mengenakan celana yang dapat saya cuci sendiri dan tanpa harus diseterika terlebih dahulu.

Walau pada kenyataannya, pada saat kami berada di Madinah, dimana harga laundry masih 11 real, maka dalam dua hari sekali saya akan menyetorkan pakaian kotor dan mendapatkan kembali pakaian-pakaian saya itu dalam keadaan yang sudah rapi jali.

Ata juga ketiika sudah berada di Aziziyah, dimana sudah memasuki bulan Dzulhijjah, maka memiliki kebebasan untuk mencuci sendiri dan bahka sekaligus menyetrikanya. Ini karena travel menyewa 1 apartemen penuh, yang terdiri dari 6 lantai. Dan pada lantai paling atasnya menjadi area buat kami menjemur pakaian.

Jakarta, 8 Maret 2024.

Menengok Teman yang Sakit

 Pagi itu, Saya janjian dengan teman satu kamar untuk pergi ke Hotel Al Khiswah, tempat dimana teman berada. Menjadi bagian dari rombongan haji yang berdiam di Zona 8, di wilayah Jarwal. Teman dari rombongan haji dari Provinsi Banten.

Saya mengunjunginya bersama teman dengan berjalan kaki. Sebelum berangkat, kami sudah membuka peta untuk mengetahui posisi hotel dan seberapa jauhnya dari lokasi dimana kami tinggal. Maka pagi itu, kami berjalan sebelum waktu sarapan pagi mulai. Kami meninggalkan kamar hotel sekitar pukul 06.00.

Perjalanan kami berbarengan dengan jamaah-jamaah yang juga menuju hotel setelah menunaikan shalat di Masjidil Haram. Ini perjalanan pertama bagi saya di luar rute rutin, yaitu antara kamar hotel ke masjid atau sebaliknya. Maka sebentar-sebentar kami harus membuka peta di seluler, terutama ketika kami menemui persimpangan atau perempatan, dan memastikan ke arah mana perjalanan selanjutnya.  

Setelah berjalan beberapa lama, saya beristirahat dengan mengambil tempat duduk yang berada di pinggir lapangan parkir yang lumayan luas. Udara pagi mulai mengirimkan hawa hangat ke seantero pandangan mata.

Beberapa orang Indonesia ada tidak jauh dari kami duduk dengan asyik sedang bercengkerama dengan temannya sembari menghisap rokok. Dan dari percakapan, saya memastikan bahwa Hotel Khiswah ada persis di seberang jalan tempat kami duduk.

Kami tidak mengenal bangunan itu sebelum mendapatkan informasi dari orang yang sedang merokok tersebut. Karena kami berada di samping hotel sementara identitas hotel ada di bagian depan.  

Benar saja, setelah berkomunikasi via telepon, saya berjumpa dengan teman yang memang masih terlihat belum sehat benar. Dan sakitnya sendiri sebenarnya sakit yang dia telah alami sebelum kami berjumpa itu. Penyakit bawaan dari kampung halaman yang kambuh ketika pelaksanaan haji. 

Setelah dialog utara selatan, foto bersama, bertukar cerita, maka kami segera pamit. Sementara di lobi hotel dan juga di halaman depan hotel, jamaah calon haji sedang bersiap-siap untuk menuju ke Masjidil Haram guna melaksanakan Shlat Dzuhur berjamaan. Saat itu, masih pukul 08.00 pagi.

Dalam kelompok-kelompok kecil, jamaah berdiskusi arah perjalanan sembari sibuk menerima ransum makan siang yang ada di dalam boks putih. ASda diantara mereka yang menju masjid dengan berjalan kaki, sebagaimana yang saya lakukan ketika saya pergi kesini. Sebagian lainnya menunggu bus.

Saat sudah berada di Jakarta beberapa waktu kemudian, saya mendapat kabar bahwa teman saya yang saya tengok di Al Khiswah itu meninggal dunia. 

Allahumaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu. Aamiin Allahumma Aamiin. (Kenangan untuk teman Pak Haji Sundarto yang alumni Unair.).

Jakarta, 8 Maret 2024.

 

07 March 2024

Membangun Impian, Menyambut Skenario IIlahi

Sering, saya dan istri berdiskusi tentang apa saja yang terkait dengan keberangkatan haji kami yang tertuda berangkat pada tahun 2022. Dan baru dapat kesempatan berangkat pada tahun 2023. Dengan komitmen untyuk melakukan pendaftaran dan pembayaran uang muka di tahun 2021 awal. 

Mengingat pada pelaksanaan haji tahun 2022, dimana pemerintah Saudi masih menjadikan Covid-19 sebagai transisi, antara pandemi dan endemi, sehingga membuatnya membolehkan pelaksanaan haji terlaksana dengan kuota haji 50%. Meski pihak travel sudah menghubungi saya untuk mempersiapkan diri berangkat, bahkan seluruh persiapan termasuk suntik miningitis telah saya lakukan, dan pada detik teralkhir, yaitu pada saat pemerintah Indoenesia menutup jadwal keberangkatan haji tahun itu, saya dan istri belum juga mendapat panggilan berangkat. 

Tertunda berangkat pada tahun 2022, antara lain karena selepas pandemi Covid-19, pemerintahan Arab Saudi membuka pelaksanaan haji secara normal. Baik dalam pelaksanaannya atau juga dalam kuota jumlah hajinya. Ini sesuatu yang saya dan istri syukuri tiada henti. Alhamdulillah.

Tidak jadi berangkat haji, saya meyakini bahwa memang itu yang terbaik untuk kami berdua. Tidak protes ketika pihak travel memberikan kabar tersebut via telepon. Keyakinan saya yang lain adalah, bahwa waktu berangkat nanti, Allah Swt pasti akan memberikan sesuatu yang terbaik. Pasti. Yakin sekali saya akan hal ini.

Beberapa waktu setelahnya, saya sedikit menemukan fenomena mengapa orang seperti saya tidak berangkat haji di tahun 2022 itu. Tahun dimana yang berhaji hanya 50% dari kuota normal. Yaitu pada saat saya menarik dana haji reguler yang telah kami setorkan untuk kemudian akan kami alihkan kepada anak.

Saat di depan loket kantor Dinas Kemenag Kodya, ada Bapak dan Ibu yang kebetulan mengurus hal yang sama. Maka bertanyalah kepada saya tujuan menarik uang muka ONH Reguler. Dengan tegas, beliau katakan bahwa beliau baru saja kembali dari hajinya. Diceritakan bahwa beliau bersama istri ikut haji Furoda, yang pendaftarannya baru beliau lakukan satu pekan sebelum berangkat.

"Wah, rezeki Pak Haji. Selamat! Sakti sekali Pak." Kata saya menimpali ceritanya yang membahagiakan.

"Harus berangkat Pak. Kalau tidak berangkat saya akan turunkan!" Tegasnya meyakinkan. Saya tersenyum saja. Dalam hati saya terbersit pikiran bahwa jatah saya yang sudah lunas, dan sudah dijadwalkan berangkat tahun itu mungkin tergeser dengan kepentingan seperti itu. Tapi tak apa-apa. Karena saya masih yakin dengan skenario Allah Swt. 

Bahwa Allah Swt akan memberangkatkan haji saya dan istri pada waktu dan kondisi serta situasi terbaik bagi saya. Pasti. Ikhtiar saya sudah saya penuhi dengan pembayaran ONH dua tahun yang lewat, juga manasik serta persiapan tambahan lainnya.

Maka saya sering pula dalam diskusi dengan istri itu mengemukakan ancang-ancang atau siap-siap untuk menyambut bagaimana skenario Allah Swt itu. Menabak, kira-kira apa yang terbaik yang akan suguhkan kepada saya ketika nanti saya benar-benar berangkat haji? Karena musim haji berikutnya masih menungguh 11 bulan lagi.

Nah, pada waktu menunggu itulah saya dan istri benar-benar membangun impian untuk menyambut skenario Ilahi yang masih menjadui misteri.

Jakarta, 8 Maret 2024.

05 March 2024

Rumah Kelahiran Nabi SAW

 Foto bersama pembimbing dan teman jamaah di pagar maka Ma'la pada 17 Juni 2023.
 
 
Teman jamaah yang bersama dalam rombongan perjalanan saya untuk acara ziarah di sekitar Masjidil Haram, mengajak diskusi kecil di sepanjang perjalanan kami di Ajyad. Pagi itu sekitar pukul 08.00an. Udara sudah mulai hangat di bawah terik matahari yang tertutup bayangan gedung hotel yang menjulang di ujung jalan Ajyad, dekap pintu masuk masjid.
 
Memperbincangkan tentang bangunan yang menjulang tinggi di samping Masjidil Haram, yang lokasinya di sekitar bukit Safa, lokasi dimana jamaah memulai hitungan sa'i nya. Juga tentang burung-burung merpati yang banyak dimana saja tempat.Kami berada di jembatan di samping gudung hotel tinggi itu hingga mendekati tempat atau perpustakaan yang dahulunya menjadi tempat kelahiran Nabi SAW, jalan itu turun.

Rumah tempat kelahiran Nabi SAW itu, sekarang diabadikan sebagai Perpustakaan.Mekah Al Mukaramah selalu ramai pengunjung, diantaranya kami serombongan dari Indonesia. Sebelum mendapat kesempatan untuk berdiri dekat pintu masuk gedung, harus menunggu dahulu sampai rombongan sebelumnya selesai menyimak informasi dari pemandu dan memanjatkan doa.

Allahumma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad.

Perjalanan berikut adalah menuju pemakaman Ma'la dengan tetap berjalan kaki. Melalui Masjid Jin yang pada saat itu sedang ramai oleh jamaah dari negara Turki. Saya mencoba untuk menaiki tangga menuju pintu masjid. Namun tidak menemukan informasi yang dapat memberiokan pemahaman lebih kepada saya. Dan akhirnya saya meninggalkan lokasi itu dan segera bergegas mengejar rombongan yang sudah meninggalkan saya menuju ke Ma'la yang berjarak lebih kurang 5 km dari hotel kami menginap di Mekkah.

Hal yang paling menarik bagi saya dalam rangkaian rihlah di seputar Masjidil Haram itu adalah mendengar langsung bagaimana orang menyampaikan penilaian terhadap saya. Sesuatu yang menjadi tantangan bagi kematangan emosi saya. Juga sebutan daru Ustadz Pembimbing rombongan, yang selalu senyebat saya sebagai Pak Guru.

Jakarta,  6 Maret 2024

04 March 2024

Acara Makan

           
Alhamdulillah makan bersama teman satu kamar di Al Ghufran, Mekkah pada 15 Juni 2023.
 

Waktu makan, apakah itu di saat sarapan, makan siang, atau makan malam, menjadi ajang para jamaah kompak berkumpul bersama di ruang makan atau di resto. Tentunya selain acara kajian bersama ustadz yang dilakukan beberapa kali baik pada saat kami berada di Madinah atau di Mekah seperti kala itu. 

Mungkin ini terjadi karena kegiatan makan hanya berlangsung di ruang makan dengan jadwal waktunya. Sehingga kami kompak berkumpul di satu tempat.  Dan jangan salah, kondisi dan situasi seperti ini tidak menjadi monopoli jamaah dalam rombongan saya, tetapi acara makan di resto sebelahpun, akan menemui fenomena yang sama. Kompak juga.

Seperti siang itu, saya bertiga, teman satu kamar keluar bersama, tanpa sahabat kami yang satu, Pak Ponimin. Beliau tetap berada di kamar hotel untuk beristirahat dan memulihkan kebugaran fisiknya setelah perjalanan dari Madinah ke Mekah melalui jalur bis yang memakan waktu lebih kurang 6 jam.

Banyak pilihan makanan yang tersaji di resto. Berbagai jenis makanan tersedia dan selalu mencukupi atau bahkan melimpah. Sekalipun itu makanan yang berupa nasi mandi dengan bongkahan daging dombanya. Juga pasta, buah, dan bahkan salad. Makanan-makanan enak yang selalu menjadi daya tarik bagi saya dan jamaah lainnya.

Bahkan ada banyak jamaah yang saat mengambil makanan tidak perhitungan banyaknya. Maka ketika sudah merasa cukup, piringnya masih tersisa makanan-makanan itu. Tidak peduli apakah jamaah itu berasal dari kota besar di tanah air, atau kota kabupaten, atau bahwa yang berasal dari desa-desa yang jauh dari kota. Ada beberapa karakter seperti itu masih menempel pada calon jamaah haji ONH Plus!

Dan pada soal makanan enak yang selalu tersedia melimpah itu, yang mungkin menjadi penyebab dimana jemari saya tiba-tiba mengalami kekakuan saat bangun tidur di pagi hari. Selain berat badan yang nambah 3 kg sejak saya berangkat dari Jakarta. 

Jadi memang keinginan untuk menghitung apa saja yang saya makan, sering khilaf sampai saya merasakan tidak mampu lagi mengunyah dan merasa harus selesai. Padahal saya selalu mengambil porsi kecil pada setiap jenis makanan yang tersaji.

Akan halnya ketika jemari saya menjadi kaku dan susah digerakkan saat bangun tidur di pagi hari. Dokter rombongan memberikan obat untuk diminum menjelang saya tidur. Dan itu ternyata obat untuk asam urat.

Ini tidak lain karena gemarnya saya dengan kacang merah yang selalu tersedia di meja prasmanan. Maka selalu saja saya melumuri roti cane di dalam piring makan dengan kacang merah yang yahud. Maka jemari kaku saat bangun menjadi pengalaman saya yang unik. Kok bisa?

Ya ini karena sulitnya saya megurangi konsumsi kacang itu. Berbeda dengan teman saya yang dari Selawesi Tengah, dimana setiap makan tidak pernah satu kalipun menyendok nasi. Piring makannya selalu berisi buah, buah, dan buah. Beliau hanya makan buah meski badannya tidak kecil juga. Kalaupun bukan buah, pasti salad.  

Ini salah satu paforit saya. Bahkan ketika satu porsi saya sudah selesai, ternyata istri membawakan kembali 1 porsi untuk saya. Saya menolak? Tentu tidak. Saya tetap habiskan di samping teman-teman saya yang bercerita tentang apa saja...

 

03 March 2024

Masjid Haram atau Masjid Hotel














Beginilah penampakan Jembatan Ajyad pada pintu masuk Masjidil Haram pada sekitar pelaksanaan Shalat Ashar tanggal 16 Juni 2023. Dengan suhu udara di sekitar 42 derajat Celcius. Udara hangat di bulan Juni kota Mekkah.

Dalam kondisi demikian, dan waktu pelaksanaan haji masih sekitar 10 hari lagi, yang bertepatan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1444, bertepatan dengan tanggal 27 Juni 2023, maka kami yang posisinya tinggal di hotel Al Ghufran, harus tetap dan selalu menjaga kesehatan.

Pemerintah selalu memberikan himbauan kepada seluruh calon jamaah haji Indonesia agar tetap menjaga diri dari bahaya head stroke. Demikian pula para pembimbing haji dalam rombongan kami. Beliau-beliau mengingatkan kami untuk tidak memforsir dalam menjalankan ibadah berupa shat wajib di Masjidil Haram. Terutama diwaktu terik matahari.

Misalnya dengan kalimat; "Bapak Ibu calon haji, kita semua datang kesini untuk menunaikan panggilan Allah Swt berupa Haji. Waktu haji masih ada 10 hari lagi, untuk itu kita harus berikhtiar sehat sampai rukun haji kita tuntaskan dalam kondisi sehat wal afiat."

Dengan himbauan inilah, maka kami termasuk saya, bila waktu shalat di terik matahari, biasanya shalat Dhuhur dan Ashar, kami melaksanakan berjamaah di masjid yang ada di hotel. Sebagaimana gambar di atas yang saya ambil di sekitar waktu shalat Ashar.

Walau selama 10 haru keberadaan kami di Mekkah, ada beberapa waktu shalat itu yang kami lakukan di Masjidil Haram. Namun tidak selalu. Berbeda dengan waktu shalat Subuh, Maghrib, dan Isyak, dimana hangatnya kota Mekkah tidak begitu terasa menyengat.

Dalam posisi ini, saya dan istri termasuk yang menyadari batas-batas dan kondisi badan kami. Maka himbauan ini menjadi hal yang kami pertimbangkan untuk ditaati. Namun demikian tidak semua kami menerima pandangan dan himbauan ini.

Ada beberapa jamaah yang bertanya kepada pembimbing rombongan kami tentang berat timbangan pahala ketika shalat di Masjid Haram dan shalat di masjid hotel. Dialog kadang tidak memberikan kepastian kerena pahala sesuatu yang ghaib. 

Namun ada peristiwa yang membuat teman-teman kami sedikit lega. Yaitu ketika dalam jamaah yang ada di masjid hotel dalam pelaksanaan shalat wajib, ada tokoh agama terkemuka. Dan beberaoa teman akhirnya merasa lebih tenteram.

Jakarta, 3 Maret 2024

02 March 2024

Mendapat Shaf Shalat di Haram

Tampilan salah satu sudut ruang shalat yang ada di lantai 3, Masjidil Haram. Situasi pada waktu Dhuha, tanggal 19 Juni 2023.






Pada pertengahan waktu dalam durasi kedua proses haji saya di Mekkah, tepatnya pada tanggal 19 Juni 2023. Dimana durasi pertama adalah 10 hari kami berada di Madinah yang telah kami lalui, dan sekarang di 10 hari di Mekkah sebagai durasi yang kedua, serta  nanti 10 hari dalam durasi kami di Aziziyah. 

Beberapa kali, dan tidak setiap kali waktu shalat wajib, saya dan istri janjian untuk menunaikan shalat wajib di Masjidil Haram dengan mendapatkan shaf shalat yang berbeda-beda lokasinya. Termasuk pada waktu Dhuha di hari Senin itu. Sebagai hari ke- 16, saya dan istri mendapatkan bagian shaf yang berkarpet dan berpendingin udara di lantai 3 masjid. Lokasi yang nyaman meski bangunan Ka'bah tidak tampak dari pandangan.

Lokasi ini setelah saya menaiki eskalator yang saya tempuh dari pintu hotel yang bertepatan di samping WC 3, di atas pintu masuk terminal Kuday. Dan setelah saya memastikan istri menempati shaf khusus jamaah wanita, dan mencoba mengingatnya bagian mana ia berada, maka saya memilih shaf yang paling nyaman pada waktu itu.

Masih ada beberapa waktu lamanya untuk menunggu hingga kumandang waktu Dhuhur tiba. Saya mengisi waktu-waktu itu dengan berbagai aktivitas dengan tetap berada di dalam posisi saya.

Alhamdulillah, tidak ada rasa dan gangguan dan hambatan apapun sepanjang waktu menunggu itu. Karena beberapa gangguan itu sudah saya persiapkan dengan sebaik mungkin agar saya dan istri tetap berada pada posisi di dalam masjid. Alhamdulillah.

Kondisi seperti ini tidak selalu saya dapati. Mengingat jamaah haji dari seantero dunia telah mulai memasuki kota Mekkah dalam permulaan prosesi hajinya. Dengan menyiasati terpaan udara hangat Mekkah di bulan Juni, maka berangkat ke masjid lebih awal untuk mendapatkan tempat yang kondusif di waktu shalat Dhuhur, menjadi keharusan.

Lain jika pada posisi waktu Shalat Maghrib atau Isyak, biasanya saya dan istri akan memilih menuju masjid 30 menitan sebelum waktu azan berkumandang. Dan ini pun saya memilih jalan masuk masjid melalui Jalan Ajyad, yang posisinya ada di pintu depan hotal kami. 

Pada lokasi di atas jembatan, jalan dibagi menjadi dua lajur. Yaitu untuk lajur keluar dan lajur masuk masjid. Jika beruntung, maka askar tetap memberi kesempatan kepada kami untuk masuk masjid melalui pintu masuk lantai 2. Namun jika kondisi jamaah di dalam telah penuh, maka askar akan menutup akses jalan di lantai 2 masjid dan membelokkan kami menuju eskalator di sebelah kanan kami menuju masjid lantai 3, 4, atau roof top di lantai 5.

Sesungguhnya, dimanapun lokasi shaf yang kami dapatkan, saya dan istri selalui menikmati jatah itu. Nikmat sekali. Alhamdulillah.

Jakarta, 2 Maret 2024.

29 February 2024

Di Madinah atau Di Mekkah

Mendorong Pak H Ponimin di Hotel Al Gufran, Mekkah, bersama H Ogi, H Sundarto, Habib Novel Alaydrus, dan H Yusuf 18 Juni 2023.


 

Pada hari ke-11 keberadaan kami di kota Madinah Al Munawarah, bertepatan pada hari Rabu tanggal 14 Juni 2023, kami telah bersiap di depan Hotel MovenPick Madinah, dengan semua barang dan koper beserta kami di dalam bis.Hari itu, kami bersiap menempuh perjalanan ke kota Mekkah untuk durasi kedua selama 10 hari keberadaan kami di kota Mekkah.

Sebagaimana sudah saya sampaikan sebelumnya, saya membagi prosesi haji tahun 2023 saya ke dalam 3 tahapan durasi 10 harian. Yaitu Durasi 10 hari pertama, 10 hari durasi kedua, dan 10 hari ketiga atau terakhir di aparteman Aziziyah. Di Madinah, kami tinggal di Hotel MovenPick. Di Mekkah, kami akan tinggal di Hotel Al Ghufran, dan di Aziziyah, kami akan tinggal berdekatan dengan Jamaah Haji Indonesia, di sektor 3-5, di Syisah.

Perjalanan dari Madinah, dengan transit di Masjid Bir Ali guna melakukan niat ihrom, sampai di lokasi pengecekan haji sekitar selepas Ashar. Pembimbing selalu memberikan informasi kepada kami untuk selalu bersabar ketika menunggu waktu pengecekan. Petugas haji Arab Saudi masuk ke dalam bus untuk melakukan pengecekan sekaligus memberikan kenangan kepada kami semua berupa sajadah tebal.

Sampai di hotel di Mekkah, sekitar pukul 17.00. Kami langsung berkumpul untuk prosesi Umroh, yang menjadi bagian dan rangkaian ibadah haji. Saat itu, Masjidil Haram sudah padat merayap. Dengan pertolongan Allah Swt, apa yang menjadi aktivitas kami berjalan dengan baik dan lancar. Kami menuntaskan thawab dan sa'i serta tahalul sekitar pukul 23.00. Sudah tengah malam.

Dan sebagai hari pertama keberadaan kami di kota Mekkah, membawa aura rasa pada jiwa kami, saya khususnya, berbeda. Juga detak dahsyatnya kebahagiaan yang tidak sama, antara saat berada di Madinah atau di Mekkah. Rasa yang selalu akan terkenang di koordinat tertinggi dalam hidup seseorang yang pernah menginap di kota-kota ini. Rasa dengan penuh ketenteraman.

Alhamdulillah. Allahumma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad.

Jakarta, 29 Februari 2024.

28 February 2024

Membrane Masjid Nabawi

Mebrane Masjid Nabawi menjelang waktu shalat Maghrib pada tanggal 9 Juni 2023.


 

 

 

 

 

 

Saya sebenarnya ingin sekali untuk bisa memergoki membrane masjid yang menaungi seluruh  pelataran masjid itu membuka dan menutup. Namun beberapa kali berusaha untuk datang ke masjid atau memperlambat pulang dari masjid, belum juga dapat dan bisa memergoki. Nasmpaknya sesuatu yang sederhana tetapi sulit juga menemukan momentum itu. Saya kurang sabar.

Pernah satu kalu kali saya melihat ketika datang ke masjid di wkatu Dhuha. Tetapi juga belum beruntung. Kasrena kalai itu membrane sudah membuka diri dan nyaris sepenuhnya terbuka. Pengalaman yang sama ketika selesai shalat Dhuhur di dalam masjid dan mendapati kubah yang posisinya ada di tengah-tengah masjid terbuka.  Juga memergokinya setelah kubah itu terbuka setengah.

Namun begitu, pada posisi membrane itu terbuka atau tertutup sebagaimana yang saya ambil gambarnya disini, pelataran Nabawi tetap meninggalkan kesan teduh dan anggun. Selalu menyejukkan meski di tengah angin hangat di bulan Juni. MasyaAllah. 

Bukan tanpa alasan saya mengemukakan seperti ini, karena beberapa kali saya janjian bertemu istri, dan menunggunya di bawah payung membrane pada saat udara hangat di bawa angin berhembus. Meski tidak memakan waktu yang lama, namun cukup bagi saya untuk dapat menikmati anggun dan teduhnya payung itu. Menikmati, karena cahaya terik matahari tertahan dibagian atas membrane sehingga saya terlindungi.

Berbeda jika saya melintasi payung pada saat berjalan cepat menuju ke masjid atau saat keluar masjid menuju hotel. Saya berdiam diri dan duduk di bawahnya, menjadikan aura payung itu terserap dalam jiwa. Alhamdulillah.

Pernah sekali saya mengambil shaf shalat Maghrib di depan pintu 18 masjid. Bersama jamaah yang banyak, kenikmatan itu kurang cukup tergambar dan membekas dalam diri saya.

Jakarta, 28 Februari 2024

27 February 2024

Janjian Bertemu

Bersama istri di pelataran Masjid Nabawi di waktu Dhuha pada tanggal 13 Juni 2023.














Disela-sela saya mengerjakan tugas-tugas kantor, berupa up load video atau membuat artikel untuk web sekolah bila saya mendapatkan kiriman gambar dan berita aktivitas sekolah di kamar hotel karena sekaligus memanfaatkan wifi hotel, saya akan chat istri untuk melakukan aktivitas bersamja. Meski itu hanya berupa berangkat ke masjid di waktu shalat.

Sebagaimana pada saat itu, kami meninggalkan kamar hotel sekitar pukul setengah delapan pagi. Udara Madinah masih tetap hangat. Dan akan menjadi lebih terasa hangat manakala kami berdiri di jalan yang dua sisinya merupakan gedung-gedung hotel. Maka anguin berhembus akan lebih kencang. Maka hangatnya Madinah akan menjadi lebih terasa. Alhamdulillah.

Udara panas di bulan Juni pada musim haji tahun 2023, menjadi topik bahasan bagi pihak terkait untuk mengingatkan kepada semua jamaah agar tidak terlalu banyak dan lama saat melakukan kegiatan di luar ruangan. Ini sebagai salah satu upaya bahaya heat stroke bagi jamaah.

Saya pun demikian, selalu berhitung dengan kondisi hangatnya udara. Termasuk juga wanti-wanti pembimbing haji kepada kami semua, bahwa tanggal 13 Juni menjadi hari yang memerlukan persiapan fisik agar terjaga selalu sehat hingga pelaksanaan haji yang jatuh pada tanggal 27 Juni 2023. Karena pelaksanaan haji adalah tujuan utama semua jamaah. Untuk itu, menjaga diri dari kelelahan menjadi ikhtiar baik bagi semua jamaah. 

Janjian dengan istri selain hanya dapat kami lakukan ketika masing-masimng kami tidak terikat dengan teman satu kamar kami masing-masing. Karena saya memiliki 1 teman kamar yang membutuhkan teman untuk berjalan ke masjid atau kembali ke kamar seusai shalat jamaah. Demikian pula dengan istri. Karena kami berempat di dalam kamar.

Selain untuk berangkat ke masjid, kadang sering juga kami janjian untuk berkeliling di lantai basement hotel di sekitar masjid Madinah, untuk sekedar pengenalan lingkungan, dan juga sedikit berbelanja oleh-oleh. Karena di setiap hotel yang ada di sekitar Masjid Nabawi, bagian bawah hotelnya berisi toko-toko cindera mata. 

Seperti pada janjian di hari itu, kami bertemu setalah keluar masjid pintu 17, di bawah payung membrane. Lalu melanjutkan perjalanan menuju deretan toko guna melihat-lihat. Beberapa kali menengok penjaga toko yang mahir berbahasa Indonesia atau bahkan yang bisa berbahasa Sunda atau Jawa. Menarik sekali bukan?

Jakarta, 27 Februari 2024

25 February 2024

Kubah Hijau Masjid Nabawi

Pose dengan latar belakang menara Masjid Rasulullah Saw,
dimana Raudah berada. Pada hari Rabu, 7 Juni 2023.

 























Perjalanan ziarah di sekitar Masjid Nabawi pada hari ke 4 kebedaraan kami sebagai jamaah haji di kota Madinah, yang bertepatan pada hari Rabu, tanggal 7 Juni 2023 atau tanggal 18 Dzulqo'idah 1444 H, adalah mengelilingi Masjid Nabawi. Seluruh jamaah turut serta tanpa kecuali. Perjalanan diawali dari bagian luar di ujung timur masjid, atau pintu masjid no 25, lanjut ke depan pintu Baqi'.

Pada kesempatan ini, kami semua tidak masuk ke dalam masjid untuk berkunjung ke makam Rasulullah SAW, karena memang jadwal kami belum keluar. Memang ada beberapa dari kami yang telah memiliki jadwal masuk Raudah atas ikhtiarnya sendiri melalui aplikasi nusuk. Tapi saya dan istri, memilih untuk menunggu jadwal yang sedang diusahakan oleh travel haji dan para muthowif.

Dan dari diskusi yang berlangsung, maka travel sedang mengusahakan untuk memilih jadwal kunjungan ke Raudah di jam 02.00 atau jam 03.00. Sementara untuk teman-teman yang telah memiliki jadwal kunjungan ke Raudah secara mandiri, maka mereka akan memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Raudah dua kali.

Jadi itulah kegiatan ziarah yang kami jalani pada hari keempat kami berada di Madinah. Setelah rombongan berada di bagian luar Masjid dengan kubah hijau, kami menyampaikan salam kepada Rasulullah SAW; Allahumma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad.

Usai memanjatkan doa-doa, maka perjalanan ziarah berukutnya adalah komplek berwudu dengan Zam-Zam yang bangunannya berukuran lebih kurang 8 meter X 5 meter. Dimana bagian perempuan dan laki-laki dipisahkan. Disini beberapa teman ada yang berwudhu dengan Zam-zam yang kluar deras dari kran setelah puas meminumnya. Sementara saya selain minum dan berwudhu, juga mengusapkan Zam-zam ke seluruh bagian kepala hingga leher serasa menyampaikan permohonan Allah Swt untuk kesehatan jasmani dan jiwa saya. InsyaAllah. Aamiin Allahumma Aamiin.

Perjalanan ziarah kami berakhir setalah kami mengunjungi Masjid Al Ghumamah, dan melintasi rumah pertemuan masyarakat di Madinah pada zaman Rasulullah SAW. 

Jakarta, 25 Februari 2024.

Ke Masjid Quba

 

Mejeng di parkiran bus di Masjid Quba, pada hari Sabtu, tanggal 10 Juni 2023, bertepatan tanggal 21 Dzulqoidah 1444 H













Kegiatan pada hari ketujuh selama kami berada di kota Madinah antara lain adalah melakukan ziarah di sekitar kota Madinah. Ini berlangsung pada hari Sabtu tanggal 10 Juni 2023.

Kami meninggalkan hotel MovenPick, yang lokasinya berdekatan dengan pintu masjid 16. Jika melihat petunjuk arah, keberadaan hotel kami ada di ujunga barat bagian belakang masjid. Posisi ini menguntungkan jamaah perempuan mengingat pintu masjid 16 merupakan akses untuk jamaah perempuan. Namun jika datang ke masjidnya tidak awal, jamaah perempuan tetap tidak dapat mengakses untuk masuk masjid.

Dan mereka yang tidak dapat masuk masjid, bagiannya ada di plasa masjid, di bawah payung-payung membrane dengan penyemprot air. Meski teduh, namun harus bersiap dengan hembusan udara hangat di bulan Juni kota Madinah yang berkisar antara 40 derajat Celcius.

Tujuan ziarah yang pertama adalah Masjid Quba. Kami tiba di waktu Dhuha. Namun terangnya Matahari dan hangatnya udara, membuat kami semua tidak dapat berlama-lama mengambil foto di pelataran masjid yang berwarna putih dengan bentuk bangunan yang cenderung oval pada ornamen jendela dan menara-menaranya.

Untuk jamaah laki-laki mengambil bagian kiri masjid setelah masuk melalui pintu gerbang bagian kiri masjid. Sementara jamaah perempuan akan menggunakan bagian belakang masjid yang berada di bagian kanan setelah pintu masuk.

Saya mencoba untuk mengambil bagian shaf depan masjid setelah membungkus sandal ddengan plastik dan memasukkannya dalam tas tenteng. Jamaah lain dari berbgai negara melakukan hal yang sama. Mereka mayoritas melakukan shalat dan juga melantunkan doa dengan khusyuk. Saya melihat sekeliling, termasuk kepada jamaah yang sedang menjalankan shalat dan berdoa. Berusaha untuk menyerap atmosfir positif yang ada di dalam masjid dengan berbagai aktivitas jamaahnya.

Ada beberapa menit kami dibiarkan bebas berkegiatan di masjid oleh pebimbing. Sampai semua jamaah dalam rombongan kami merasa cukup dan tanpa komando beberapa jamaah meninggalkan masjid untuk kembali ke pelataran dimana bus rombongan kami menunggu.

Jakarta, 25 Februari 2024

24 February 2024

Teman Haji

Foto bersama di depan Masjid Al Ghumamah, Madinah pada hari Rabu, 7 Juni 2023 bertepatan dengan 18 Dzulqoidah 1444 H













Periode 10 hari di Madinah sebagai sepertiga durasi pertama saya dalam perjalanan haji di tahun 2023 adalah perkenalan dan pendalaman terhadap masing-masing jamaah. Kami saling bercengkerama untuk saling lebih menganal. Dan di waktu-waktu inilah kami menemukan teman yang langsung enak untuk bertukar cerita. 

Saya membagi waktu menjadi tiga (3) bagian dalam 30 hari perjalanan haji kami. Sepertiga pertama adalah 10 hari di Madinah, sepertiga kedua kami berada di Mekkah, dan sepertiga terakhir sebagai durasi terakhir, kami berada di Aziziyah.

Dalam sepertiga durasi ketiga ini saya mengenal pertama kali dengan Haji Afrizal yang berasal dari Wonosobo, Jawa Tengah. Perkenalan di awali di saat kami masih berkumpul di terminal 3, Soekarno-Hatta. Saat dimana saya ingin tahu apa yang menjadi isi buku panduan haji yang Pak H Afrizal sedang baca. Hal ini karena kami yang rombongan dari Jakarta belum mendapatkan pembagian buku tersebut.

Dari awal inilah kemudian saya berkenalan dengan Pak Haji Afrizal dan istri yang sehari-harinya di Wonosobo berprofesi sebagai juragan ayam potong dengan omset berkuintal-kuintal setiap harinya. Sesuatu yang tidak dapat saya membayangkannya bagaimana sibuknya beliau sehari-hari dengan pekerjaannya. Seorang yang humoris, bahkan beliau menyebut diri sebagai Haji Ayam Potong. Alhamdulillah.

Perkenalan berikut adalah sesaat kami bersama-sama atau bahkan berduyun-duyun menuju toilet begitu keluar dari pesawat di Bandara Jeddah. Dimana hanya tersedia 2 kamar toilet dan 1 urinoir. Anehnya, ketika kami sedang  khitmad antri itu, datang seorang kakek yang benar-benar telah sepuh namun dengan aktivitas fisik yang amat prima, merangsek keluar antrian yang tiba-tiba langsung menuju orinoir yang sedang di gunakan teman. Dalam hati saya berguman; "Wah-wah, meski dalam kafilah jamaah haji plus, tetap ada perilaku tidak santun."

Belakangan waktu, saya baru mengetahui bahwa teman saya yang sedang di urinoir dan yang di desak untuk menyingkir dari tempatnya hajat yang belum tuntas itu, seorang yang sabar dan santuy, yang adalah teman satu kamar saya. Sementara kakek yang menyodok antrian itu adalah Atuk, yang merupakan juragan kopra di daerak Komring, Sumatera Selatan, yang memang tidak mampu menahan hajat kecilnya.

Juga berkenalan dengan teman dalam satu rombongan haji adalah pada saat kami berada dalam perjalanan Jeddah menuju Madinah. Dimana pada saat itu saya memilih tempat duduk baris kiri paling depan di deck atas bus tingkat. Pada saat itu saya sudah mengenakan gelang haji yang saya pasang di pergelangan tangan kanan saya.

Saat di perjalanan di gerbang keluar kota Jeddah, pada saat saya sedang membetulkan posisi gelang yang belum sempurna erat melingkar, teman yang duduk di bangku sebelah kanan, membuka percakapan dan sekaligus menawarkan bantuan untuk 'mengunci' gelang haji saya. Saya memang kesulitan menguncinya mengingat kerasnya gelang yang terbuat dari logam tersebut.

Dari sinilah akhirnya saya mengenalkan diri dan sekaligus terbuka percakapan-percakapan yang mengalir dan enak. Kami saling berbagi kisah. Beliau berhaji bersama istrinya. Sementara kedua orangtuanya berhaji juga namun bersama travel yang lain. Beliau orang muda yang telah berhasil membangun usahanya dengan modal awal pinjaman dari ayahnya berupa 2 ekor sapi di Surabaya. Kisahnya menjadi inspirasi buat saya. Keren.

Sementara teman-teman awal saya yang lain adalah tiga orang berikutnya yang kebetulan merupakan teman satu kamar. Yang selalu dalam satu kamar selama kami berada di prosesi haji 2023 sepanjang 30 hari. teman yang sekarang ini saya merasakan sebagai sahabat sekaligus saudara.

Mereka adalah para pekerja keras. Yang dari Surabaya merupakan pengusaha mandiri yang mempunyai prinsip anti berhutang, yang juga merupakan orang yang disodok saat sedang melaksanakan hajat kecilnya di toilet Bandara Jeddah. Satunya juga sebagai pengusaha yang usianya belum ada 30 tahun asal Kota Bekasi, dan yang paling senior di kamar kami adalah sesepuh kami yang telah berusia 75 tahun, yang sudah malang melintang membuka usaha toko, yang sekarang toko-tokonya diteruskan oleh anak-anaknya.

Sementara sahabat lainnya yang saya temui adalah orang-orang baik yang memiliki cerita kehidupan yang menarik untuk saya simak dan jadikan inspirasi, petunjuk perjalanan hidup. Diantaranya adalah yang bernama Pak Haji Jon, yang sebenarnya dipanggil dengan ejaan baru menjadi Yon, yang asli Sumatera Barat, yang tinggal sendirian di daerah Cinere, Depok, Jawa Barat. Seorang gagah alumni akuntan. 

Tentu bukan itu saja yang sudah mampu saya kenal ketika keberadaan kami selama 10 hari periode atau siklus sepuluh hari di kota Madinah. Masih ada beberapa. Ini karena dalam rombongan kami terdapat 150 jamaah. Jadi tidak ada yang tidak saya syukuri atas nikmat yang telah Allah Swt anugerahkan kepada kami. Alhamdulillah.

Jakarta, 24 Februari 2024

23 February 2024

10 Hari di Madinah

 

Jeda diantara waktu shalat di Madinah pada hari Minggu tanggal 11 Juni 2023. Mejeng diantara hotel dan toko-toko cindera mata, tetap semangat meski terhembus angin yang hangat.













Dalam prosesi haji saya, yang berangkat pada hari Minggu, 4 Juni 2023 dari bandara Soeta, Jakarta sebagai kloter pertama dari Haji Plus, Madinah menjadi tujuan pertama. Kami akan berada di Madinah selama 10 hari. Ini menjadi program arbain. Dimana pembimbing selalu memberikan semangat untuk tetap menjaga diri sehat dan menunaikan shalat di Masjid Rasulullah SAW dengan target melaksanakan shalat wajib sebanyak 40 waktu shalat di Masjid Nabawi.

Pada hari ke sebelas (11) keberadaan kami di kota Madinah, tepatnya pada hari Rabu, 14 Juni 2023, yang bertepatan dengan tanggal 25 Dzulqaidah 1444 H, kami akan bertolak ke Mekkah selepas waktu Dhuha.

Alhamdulillah, bahwa selama sepuluh hari lebih berada di Madinah, berbagai berbagai aktivitas, termasuk yang paling utama bagi kegemaran saya, yaitu mengekplorasi lingkungannya, telah saya coba untuk dijalani. 

Merasai karpet empuk yang berada di shaf-shaf masjid yang empuk, lembut, dan suasana masjid yang sejuk baik di waktu pagi, siang, dan malam. Juga mencoba menyimal Ustadz tanah air yang selalu mengisi kajian di sela-sela waktu shalat di dekat pintu keluar gerbang 19. 

Atau juga menuju roof top masjid ketika ingin masuk melalui gerbang 17 namiun telah tertutup karena penuhnya kapasitas jamaah sehingga saya dan teman harus berbelok menuju tangga yang menghantarkan kami di roof top itu. Juga melambat-lambat sehingga kami memilih di karpet kering dengan hembusan angin semilir yang hangat di depan pintu gerbang 19 di saat jamaah lokal yang mempersiapkan berbuka puasa sunah di hari Kamis itu.

Atau juga menemani teman yang tiba-tiba harus duduk untuk menghela napas setelah berjemur dalam antrian untuk menuju Raudah yang akhirnya belum bisa masuk mengunjunginya. Dan dalam kepayahan teman itu, saya menyaksikan betapa beratnya oksigen dihirup. Teman yang akhirnya harus duduk di kursi roda menuju kamar hotel.

Demikian pula ketika kami mengitari Masjid Nabawi untuk memandang sepuasnya kubah hijau, dimana menjadi kubah yang berbeda sendiri di Masjid Nabawi itu. Melantunkan secara berguman Shalawat untuk Nabi Allah; Allahumma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad. Sepuasnya dan mencoba untuk mengenang betapa bersyukurnya saya menjadi umat beliau. Alahmadulillah.

Juga  mengunjungi Masjid Al-Ghamamah yang lokasinya masih berdekatan dengan situs bersejarah lainnya. 

Jangan ditanya dimana lokasi berbelanja cindera mata yang cocok dan pas di sini. Pendek kata, saya menikmati sekali apa yang saya jalani selama 10 hari kebaraan saya di kota Rasulullah SAW.

Allahumma shali ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.

Jakarta, 23 Februari 2024


Pak Guru Naik Haji

 
Foto bersama istri pada saat tiba di hotelk MovenPick Madinah pada hari Senin, 5 Juni 2023.
 
Bilamana teringat bahwa saya bisa Allah Swt permudah dalam perjalanan haji tahun 2023 bersama istri, maka yang kali pertama terungkap dalam pikiran saya saya adalah rasa syukur alhamdulillah. Selain juga ada rasa mengawang, seperti belum juga percaya, bahwa Allah Swt begitu baik dengan memperjalankan kami berhaji dengan tanpa harus ikut antri begitu lama.  
 
Pikiran tidak percaya akan kenyataan atas rezeki yang Allah ta'ala berikan kepada saya, pertama; karena saya hanyalah sebagai guru, yang bila dilihat dari sisi penghasilan, maka harus mengupayakan diri untuk diberikan kemampuan dalam melakukan setoran biaya haji. Terlebih juga bahwa saya merupakan guru dari sekolah swasta di Jakarta.  
 
Kedua, saya naik haji bersama travel haji plus. Maka, nikmat yang tiada taranya buat saya dan keluarga. Alhamdulillah. Ketiga, karena kondisi haji seperti itu, maka beberapa fasilitas menjadikan saya benyak diberikan kemudahan dalam pelaksanaannya. Baik kondisi hotel di Mekah, Madinah, dan hotel transit di Aziziyah, makanan, serta lokasi maktab.
 
Lalu, bagaimana Allah Swt memampukan saya untuk melakukan setoran haji yang jumlahnya, bila dikalkulasi bersama istri, setara dengan 2 mobil Innova 2.0 G CVT tahun 2018 baru? Allahua'lam bi shawab. Yang pasti saya tahu dalam kondisi saya sendiri adalah, bahwa saya memiliki kayakinan untuk berangkat haji. Harus berangkat haji, sebelum Allah ta'ala mematikan saya dan istri. Inilah yang menjadi fondasi dari niatan haji saya. Dan saya gaungkan doa semoga Allah ta'ala ijabahi niat kami.
 
Niatan untuk segera berangkat haji ini yang lahir dan menjadi tekad yangbulat dan kuat, pada saat abang guru ngaji saya bertanya kepada saya; "Pak Agus apakah sudah haji?" dan ketika saya menjawab belum, maka beliau bertanya kembali kepada saya sebelum acara taklim pekanan di mulai di salah satu ruang kelas di SD Islam Al Ikhlas, Cipete, Jakarta Selatan, di sekitar pertengahan tahun 2017; "Apakah sudah umroh?"
 
Abang guru ngaji itu tidak lagi melanjutkan percakapan tentang haji kepada saya. Beliau hanya terdiam setalah jawaban saya, mungkin yang tidak membuatnya berhenti bertanya. Namun kondisi pada percakapan itulah yang terus bergema di kepala saya. Meski percakapan itu saya sampaikan juga kepada istri dengan maksud untuk menguapkan ingatan. Namun tetap menjadi misteri yang membebani.
 
Sekali lagi, dari sinilah saya benar-benar mengibarkan niat berhaji. Harus berangkat haji. 

Bersama istri jugalah kami membuat peta kemungkinan untuk mampu membayar setoran haji. Beberpa barang mulai kami inventarisir. Dan gerakan berikutnya adalah menghitung tabungan yang besarannya memungkinkan untuk ditambah-tambahkan.

Allah Swt mempermudah, membukakan jalan, dan kami merasa Allah Swt telah mendorong dan meniupkan anginNya kepada kami untuk menuju ke pintu pendaftaran haji. Benar-benar sebagaimana yang Allah Swt sampaikan dalam hadits qudsi, yang lebih kurang saya maknai sebagai; Aku adalah bagaimana hambaKu berperasangka kepada Ku.

Senin, 16 Maret 2020, menjadi awal bagi sekolah untuk tidak melakukan kegiatan di sekolah. Siswa dan guru berinteraksi secara virtual. Hal ini karena datangnya wabah dunia, Covid-19. Yang selain berdampak kepada pola interaksi sesama, juga kepada ambruknya dunia usaha. 
 
Pada masa awal Covid-19 inilah, salah satu pemilik travel haji datang kepada saya. Sebuah pertemuan yang semula tidak direncanakan sama sekali. "Bila Pak Agus daftar tahun ini, maka tahun ini juga Bapak bisa berangkat haji. Tidak perlu menunggu atau antri." Ini menjadi momentum buat saya.
 
Ada harapan bagi saya untuk bisa berangkat di tahun-tahun itu. Dan tidak perlu lagi menunggu antrian haji saya yang dalam sistem saat saya cek, harus menunggu di tahun 2034 untuk berangkat.  Maka pada Juni 2020, setelah paspor saya selesai, daya dan istri membayar uang muka untuk haji furoda. Alahmdulillah. Sekali lagi bahwa, Allah Swt begitu membuat jalan kami untuk menunaikan niat berhaji, kesampaian.

Bersama 150 jamaah dalam kafilah atau travel haji yang sama, kami berangkat setelah pemerintah Saudi Arabia membuka pelaksanaan haji secara normal pada musim haji di bulan Juni 2023 atau 1444 Hijriah. Saya menjadi bagian dari haji tahun itu, dimana saya adalah guru!

Jakarta, 23 Februari 2024