Pertama sekali mendengar kata ini disebut oleh pihak travel, saya terus terang hanya menebak-nebak sepeti apa gerangan. Dan yang tergambar dalam benak saya adalah sejenis mie nyemek yang biasa saya pesan di Warung Pakde Sutik, di Wojo. Tetapi ketika saya sebutkan gambaran saya itu, segera mendapat penjelasan yang ustru membuat saya tidak lebih jelas. Makanya, sepanjang perjalanan hingga saya barada di dapur Ibu Umi, penjual mie ongklok di Wonosobo, yang lokasinya berdampingan dengan Masjid dengan bangunan kokoh dan kuno di Wonosobo.
Sore itu, selepas Magrib, kami sudah berada di dalam warung Ibu Umi untuk menyantap mie ongklok. Dan dari sinilah, saya benar-benar kehilangan rasa penasarannya. Mie ongklok Ibu Umi kami santap plus dengan sate daging sapi yang membuat hidangan mie tersebut menjadi lebih yahud.
Salah satu kegiatan yang saya lakukan ketika mudik ke kampung halaman adalah membuat minyak klenthik. Yaitu minyak yang saya buat dari santan kelapa. Dimana santan tersebut saya masak menggunakan penggorengan hingga mendidih. Ketika santan tersebut mengental, maka akan menghasilkan dua hal. yang cair itulah yang kami sebut sebagai minyak klenthik atau original coconut oil, atau mijyak kelapa asli. Sementara ampasnya, yang padat dan memiliki warna sedikit kecoklatan dengan rasa manis, kami menyebutnya dengan blondo.
Anda bisa melihat video berikut untuk mengecek bagaimana saya membuat minyak kelapa asli. Minyak yang menyehatkan dan beraroma harus sekali;
Ini menjadi lat transportasi satu-satu yang ada pada saya ketika saya berada di kampung halaman. Sepeda tua, yang memungkinkan saya 'berjalan' lebih cepat ketika pergi ke warung yang ada di pinggir jalan raya. Juga ke tujuan-tujuan pendek lain, yang ada di sekitar kampung halaman. Sepeda yang sudah menemani saya sepuluh tahun belakangan ini.
Sebagaimana perlu diketahui bersama bahwa, bahwa saya meluangkan waktu di akhir pekan untuk berkunjung ke kampung halaman guna menemani mamak saya yang tetap betah berada di urmahnya di kampung. Sesuatu hal yang normal. Maka untuk mendengar cerita-ceritanya, saya menyempatkan diri sepanjang haris Sabtu berada di kampung. Dan untuk mempermudah mobilitas saya, maka sepeda akan membantu saya sepenuhnya.
Sepeda ini tidak selalu siap menhantarkan saya ketika beberapa pekan saya tinggal berkumpul dengan keluarga saya sendiri di Jakarta. Saya harus mengganti karet pentil bannya dan mengisi penuh dengan angin. Ini karena sepanjang sepeda berada jauh dari saya, maka dia akan nganggur.
Seperti bulan-bulan ini. Saya akan kembali lagi menggunakannya dalam sepuluh pekan kedepan. Ini tidak lain karena Mamak saya di akhir Desember lalu berkenan ikut kami, anandanya ke Jakarta guna melupakan sejenak rutinitasnya di kampung. Semoga.
Ini lokasi wisata di Bngkok, Thailand. Namanya Maeklong Rail Way Market. Destinasi yang kalau boleh saya sebut adalah super unik. Bukan pemandangan yang indah. Bukan lokasi belanja yang mewah atau yang murah, buka juga air terjun atau pertunjukkan gajah pintar, juga deretan barang antik atau kereta antik. Ini adalah destinasi yang mempertontonkan bagaimana uniknya wisata.
Terlihat begitu berjubelnya saya bersama dengan pengunjung yang terlebih dulu berada di tengah-tengah rel kereta api. Ini karena saya harus ke toilet terlebih dahulu sebelum hadir disini. Saya terlambat datang.
Unik, karena mungkin hanya di lokasi itu saja kita dapat melihat bagaimana kita menonton kereta api yang lewat di perlintasan kereta sebidang yang juga membelah pasar. Sebagai orang Indonesia, saya sering melihat situasi yang mirip-mirip seperti ini 15 tahun yang lalu.
Ini adalah penampakan kereta api yang kami tunggu-tunggu. Ternyata kereta api ini berpenumpang juga.
Yang membedakan? Kereta yang melewati pasar rel di Maeklong ini berjalan amat sangat lambat ketika harus membelah pasar yang kalau dia tidak ada maka di atas relnya akan tertutup rapat-rapat oleh tenda pedagang. Sementara dua (2) meter di depannya ada kerumunan orang yang semuanya sibuk dengan kamera mereka masing-masing. Toleran sekali.
Semua sabar menunggu. Kereta seperti apa yang sebenarnya akan muncul...
Beda di Indonesia, dimana beberapa perlintasan sebidang, maka kita diperdengarkan UU Perkeretaapian, bahwa perjalanan kereta harus didahulukan.
Ini perjkalanan singkat kami, berempatbelas mengendari mobil Jakarta-Dieng-Jakarta. Perjalanan singkat karena kami harus merangkat Jumat sore dan juga harus kembali lagi sampai Jakarta pada hari Minggu malam.
Namun ada prinsip yang bersama-sama kami pegang sebagai traveler, bahwa destinasi wisata bukan menjadi tujuan utama kami. Sehingga destinasi yang telah kami sepakati tidak harus semuanya kami kunjungi. Semua tergantung dengan situasi dan kondisi yang ada. Namun kebersamaanlah yang menjadikan tujuan utama dari setiap perjalanan bersama kami.
Ini pulalah yang terjadi dengan perjalanan pada awal November 2019 lalu kami, menuju ke Dieng. Dan meski destinasi Sikunir belum berhasil kami datangi, karena faktor kelelahan perjalanan yang terimbas macet 4 jam di jalan bebas hambatan Cawang-Cikampek. Namun sejuk dan indahnya Dieng, sudah mampu kami jejaki.
Mudah-mudahan kali lain kami benar-benar bisa menuntaskan distinasi yang ada di Dieng. InsyaAllah.
Saya bersyukur, bahwa bandara baru Yogyakarta, yang bernama Yogyakarta International Airport atau YIA, sekarang sudah beroperasi, meski belum sepenuhnya, lokasinya berada di tetangga kampung. Berjarak tidak lebih dari sepuluh menit dengan berkendara motor. Desa saya posisinya berada di sebelah desa dimana lokasi bandara berada. Dekat bukan?
Dan keberadaan ini menjadikan eporia di sekitar kami. Tanah-tanah pekarangan tiba-tiba di jual dengan taksiran penawaran harga yang jauh berbeda dari NJOP. Rumah-rumah kosong menjadi laku untuk disewakan kepada rombongan pekerja. Tananh-tanah gunung sebagai bahan untuk meguruk lahan bandara pada awal pembangunannya bercceran di jalan besar yang ada di kampung kami. Juga stasiun kereta api yang direvitalisasi untuk menjadi lokasi transit penumpang pesawat yang tidak menginginkan kendaraan bermotor menuju kota Yogyakarta.
Juga kata-kata promosi untuk penjualan apapun. Terutama properti, baik tanah atau juga rumah. Di jual... Lokasi dekat Bandara baru Yigyakarta... Demikian lebih kurang kata-kata yang dijadikan pemikat dari barang jualannya. Semua menjadikan bandara baru sebagai daya pikat.
Warung makan yang sebelumnya telah luamayan besar, juga dibuat menjadi lebih besar lagi dengan memperluas tidak saja ruangan untuk makannya, juga parkiran, mushala, dan toiletnya. Semua bergerak menyambut kehadiran keramaian baru di tetangga desa kami, bandara!
Tentu ini menjadi hal positif bagi semua warga yang ada di sekitar bandara tersebut. Kampung kami yag sebeklumnya adem ayem karena sedikitnya manusia bermobilisasi, sekarang mulai bergeliat meski belum hilir mudik. Stasiun kereta yang ada di desa kami, yang sebelumnya hanya untuk perlintasan kereta yang lewat, sekarang sudah ada 20 pemberentian kereta.
Minggu, 22 Desember hingga Rabu, 25 Desember 2019, 75 orang dari Yayasan, guru dan karyawan Tugasku melakukan trip ke Bangkok-Pattaya. Ini menjadi ghatering heboh buat kami. Pergi jauh bersama-sama.
Banyak destinasi yang kami berhasil datangi. Berhasil, karena ada beberapa lokasi yang karena waktu, maka lokasi yang ada di itenary terpaksa kami skip.
Minggu, 22 Desember hingga Rabu, 25 Desember 2019, 75 orang dari Yayasan, guru dan karyawan Tugasku melakukan trip ke Bangkok-Pattaya. Ini menjadi ghatering heboh buat kami. Pergi jauh bersama-sama.
Banyak destinasi yang kami berhasil datangi. Berhasil, karena ada beberapa lokasi yang karena waktu, maka lokasi yang ada di itenary terpaksa kami skip.
Distinasi yang kami dapat nikmati bersama adalah; gems gallery di Bangkok, Chatuchak, pasar malam, Nang Nooch Vilage, Pattaya, Herbal, Madu, perlintasan kereta unik yang berlokasi di Mae Klang Rail Way Market, pasar apung tertua di Thailand yaitu Damnoen Sanduak Floating Market, Chao Phraya dan beberapa lokasi disekitarnya.
Dalam liputan ini, adalah tentang destinasi wisata paling unik yang pernah nyangkut dalam hidup saya. Betapa tidak, wisatawan akan antri, berdesak-desakan dan ambil video atau foto 'hanya' untuk sebuah momen kereta kuno yang lewat. Dahsyat bukan. Ini terjadi di Thailand, dengan nama daerahnya adalah Maeklong Rail Way Market. Ini, bagi saya, sesuatu yang fenomental.
Yang dilihat? Kereta api melintasi pasar tradisional dg kecepatan super pelan. Semua tenda pedagang akan dilipat untuk kereta itu lewat. Dan tertutup kembali ketika kereta telah berlalu.
Dan yang lebih unik lagi, wisatawan berjubel di sepanjang pasar pinghi rel itu, hingga di pintu rel sebidang yang dekat pasar untuk ambil gambar!
Saya berkunjung ke sini pada Selasa, 24 Desember 2019.
Ini keisengan saya beberapa bulan lalu. Sebagai langkah untuk memanfaatkan potongan-potongan pohon kelapa di kantor untuk glodogan. Glodogan adalah tempat untuk memelihara lebah liar.
Saya kerjakan pada awal Agustus 2019 lalu. meski telah saya pasang glodogan itu, hngga sekarang, 13 Januari 2020, belum mendatangkan kawnan lebah untuk menetap di godokan yang saya pasang.