Pohon kelapa yang ada disisi belakang sekolah, telah menjulang lumayan tinggi. Pucuk daun kelapa itu telah sampai di atap, yang menjadikan logo serta sign board sekolah tertutup. Tidak memungkinkan bagi kita untuk dapat melihat, jika kita berada di seberang sekolah. Kasihan bagi orang-orang yang sedang mencari alamat dan sulit menemukan sign board tersebut. Dan dengan alasan tersebut, saya meminta kepada tukang tanaman untuk menebang pohon tersebut dan rencana menggantikannya dengan pohon nangka.
Selain alasan tersebut, sebenarnya masih ada alasan lagi yang kadang membuat saya kurang happy. Ini masih terkait dengan penebangan pohon kelapa dimaksud. Yaitu bahwa beberapa kali saya menemukan buah kelapa yang hingga tua dan bahkan sampai kulit buahnya kering. Sebagai orang kampung, yang di kala mudanya adalah pemetik buah kelapa, maka saya meminta dan bahkan mewanti-wanti kepada para pegurus taman untuk mengawasi buah-buah kelapa, jangan sampai mengering yang membuat buah tersebut dapat jatuh dengan sendirinya.
Jangan sampai. Karena hal itu dapat membuat kami celaka jika yang berada di bawah adalah kendaraan yang sedang parkir atau diantara kami yang sedang berdiri. Namun anehnya, para pegawai taman sering kurang menjadikan hal itu sebagai prioritas.
Pernah suatu kali saya menceritakan bagaimana pegawai hotel harus membersihkan bunga-bunga kelapa yang ada di halaman atau taman hotel hingga pohon kelapa tersebut tidak berbuah. Dengan demikian maka pengawasan terhadap buah kelapa tidak menjadi pekerjaan berikutnya. Ini sudah menjadi budaya di hotel tersebut. Dan ketika itu akan menjadi terapan di lokasi kerja sendiri, maka teman-teman masih belum dapat melihatnya sebagai prioritas.
Jakarta, 12 Agustus 2019.
No comments:
Post a Comment