Beberapa waktu lalu, ketika saya mudik ke kampung halaman, mendapatkan oleh-oleh dari teman satu paket lumayan besar dan banyak, berupa geblek. Geblek oleh-oleh ini masih berupa adonan yang telah berbentu lingkaran. Dengan demikian, nantinya jika kami ingin menyantapnya, maka kami tinggal memasaknya dengan cara menggoreng dengan menggunakan minyak yang lumayan banyak agar pada saat di goreng geblek tersebut tidak meledak-ledak.
Geblek makanan khas daerah kami yang berada di wilayah Kedu bagian selatan. Terbuat dari tepung tapioka atau tepung singkong. jika telah dimasak, makanan itu mirip dengan kerimpying. Bedanya, kalau kerimpying disajikan ketika digorengnya hingga matang dan kering. Sementara geblek digoreng matang tetapi asih relatif basah atau belum sampai kering.
Manikmati geblek oleh-oleh Purworejo. |
Geblek yang menjadi oleh-oleh teman tersebut telah tersimpan di dalam kulkas rumah. Pernah dua kali saya menggorengnya di rumah untuk disantap pada sore hari sebagai teman menum teh sereh yang saya buat. Namun setelah itu saya lupa bahwa masih ada geblek di kulkas. Sampai suatu saat istri saya mengeluarkan semua geblek oleh-oleh tersebut dari kulkas dan meletakkannya di atas meja makan. Sehingga saya berpesan agar menyimpannya kembali untuk kemudian meminta agar bisa saya bawa ke sekolah guna dimasak dan dirasakan oleh teman-teman.
Benar saja, berbagai pernyataan dan rasa penasaran datang kepada saya melalui pesan wa, setelah saya mengirimkan gambar sedang makan geblek bersama teman di ruang masak sekolah dengan ditemani oleh dua siswa saya. Pertanyaan da rasa penasaran itu datang karena mereka rata-rata baru keli pertama makan makanan geblek yang saya bawa.
Jakarta, 15 September 2018