Pada sela-sela kegiatan reuni di Karangsari, Sapuran, Wonosobo, saat libur Idul Fitri 1438 H/2017 lalu, sekelompok dari kami ada yang terlibat cengkrama lumayan serius tentang hidup. Ini terjadi ketika kami sama-sama keluar dari Masjid dan duduk di sepanjang terasnya yang bersih setelah melaksanakan shalat.
Saat itu kami telah usai dengan kegiatan reuninya. Maka masing-masing kelompok akan menemukan topik bahasan yang menurut mereka menjadi penting pada hari itu. Dan kami ada di situ untuk mendiskusikan masa lalu saat kami semua muda.
"Saya sebenarnya akan konfirmasi berkenaan dengan undangan pernikahan anandanya sohib di daerah Jenar, Purworejo beberapa waktu lalu. Pertama karena saya memang tidak sempat berkunjung ke Jenar untuk memenuhi undangan tersebut sehingga pertanyaan itu tidak mampu saya sampaikan langsung. Yang kedua karena saya juga pernah menerima undangan perkawinan ananda sohib yang sama tetapi lokasinya ada di wilayah Muara Gembrong, Bekasi, Jawa Barat?" Tanya saya kepada forum yang ada di teras itu.
"Acara yang mana Mas Agus? o... Nikahan sohib yang asli Jenar itu?" Jawab salah satu teman baik saya yang sekarang selain sebagai pendidik di depan kelas juga adalah penutur cerita atau sebagai dalang di pertunjukkan wayang kulit.
Lalu dijelaskanlah duduk persoalan yang selama ini tidak seorangpun dari kami yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Sebuah kisah perjalanan hidup yang sungguh-sungguh saya pribadi baru mengetahuinya. sebuah kisah yang membuat saya mengagumi apa yang telah terjadi. Kagum akan kisahnya yang pemberani serta pengambil resiko. kisah yang saya pribadi tidak akan memiliki kuota nalar yang cukup untuk membayangkannya terjadi pada diri saya.
"Makanya, sayang gantengmu Mas Agus." kata teman saya yang menjadi pendidik sekaligus Pak Dalang di malam libur sekolah.
Atas apa yang disampaikannya itu, saya terdiam. Karena memang tidak merasa ganteng sebagaimana yang disampaikannya.
Jakarta, 11 Agustus 2017.
No comments:
Post a Comment