Di sekolah, ada beberapa penyakit yang ketika satu anak telah terjangkit, maka beberapa hari kemudian akan secara bergantian terjangkit penyakit yang sama. Tidak peduli musim apa. Dan itu berulang. Tidak mungkin bagi sekolah mampu mencegah beredarnya penyakit tersebut. Walau memang ada masa dimana tidak ada penyakit yang mudah menular beredar di sekolah. Tetapi sulit dalam kurun satu tahun pelajaran sekolah benar-benar kosong dari penyakit yang saya maksud.
Beberapa penyakit yang sering beredar di sekolah dan bahkan selalu bertambah penderitanya beberapa hari kemudian antara lain adalah penyakit seperti cacar air dan KTM, kuku tangan dan mulut. Setidaknya dua jenis penyakit ini yang berputar-putar bergantian meski, sekali lagi tidak selamanya, tetapi pada waktu tertentu saja.
Lalu apa yang menjadi konsen saya dalam membuat catatan disini? Tidak lain adalah penanganannya. Baik kepada siswa yang sedang menderita sakit, kepada teman yang sehat-sehat, dan juga kepada kebersihan kelas atau sekolahnya. Untuk ketiga hal tersebut, buat kami, penanganan kepada yang sakit, baik pada saat awal sakit, ketika sakit dan tidak masuk sekolah, atau juga pada saat menjelang sembuh atau baru saja sembuh, adalah hal yang lebih rumit. Meski tetap sederhana.
Rumitnya karena bentuk komunikasi yang dilakukan kami, melalui guru atau pihak UKS yang berada di sisi sekolah dengan pihak orangtua siswa di sisi rumah. Meski tidak selalu rumit, namun beberapa kasus harus muncul. Bentuk komunikasi yang saya maksudkan adalah perbedaan pola penyebaran penyakitnya.
Ada yang berpendapat bahwa penyakit tersebut menular pada masa inkubasi. Yaitu masa dimana anak mulai terserang penyakit. Sementara ada pihak yang berpendapat bahwa penyebaran penyakit cacar air justru pada masa menjelang kesembuhan. Yaitu pada saat luka bekas cacar air belum mengering benar.
Pada masa-masa seperti itulah yang membuat guru atau pihak UKS mendapat 'pelajaran' tambahan bila pihak rumah tidak menerima bila putra/putrinya harus kembali pulang setelah di antar ke sekolah. Hal ini karena pihak rumah atau orangtua kurang dapat menerima apa yang diputuskan sekolah. Sementara sekolah sesungguhnya berusaha untuk mengisolir penyakit agar tidak ada tambahan penderita di kelasnya.
Jadi?
Jakarta, 7 Maret 2017.
No comments:
Post a Comment