Pertama saya menemukan adanya kabar akan adanya lokasi wisata baru yang dekat dengan rumah orangtua di kampung, adalah dari adik beberapa waktu lalu. Setelah adik saya sendiri mengunjungi lokasi tersebut. Namun beberapa pekan kemudian, saya dikejutkan dengan berita di koran online langganan saya tentang lokasi wisata baru tersebut dan pengambilan retribusinya.
Dan berselang beberapa hari kemudian, muncul kembali lokasi wisata mangrove yang terdapat empat lokasi, yang berada masih dalam satu desa, dengan pengelolaan retribusi yang telah disepakati para warga. Saya turut bersyukur juga dengan berita bagus tersebut. Dan keinginan untuk melihat langsung ke lokasi buatan warga itu semakin kuat.
Berita ini juga bersamaan dengan adanya kabar diketemukannya 'Candi' di sebuah bukit yang terdampak longsor di wilayah yang lebih kurang 5 atau 6 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Purworejo. Sebuah berita yang pasti menjadi kegairahan baru bagi semua warga yang tinggal di Purworejo, Jawa Tengah.
Kabar yang kemudian di ralat oleh Dinas Purbakala, bahwa temuan yang diduga 'candi' tersebut merupakan akibat gempa. Dan dipastikan bahwa itu bukan 'candi' sebagaimana yang belakangan ini menjadi heboh.
Kreativitas
Dan ketika saya benar-benar berkesempatan untuk mendatangi hutan mangrove yang berada di Pasir Kadilangu, Jangkaran, Temon, DI Yogyakarta beberapa waktu, menegaskan betapa kreatifnya warga dalam membuat potensi kampungnya menjadi daya tarik orang atau wisatawan untuk mengunjungi dan membelanjakan uangnya di desa mereka.
Sekarang, di desa itu saban hari disibukkan oleh kegiatan yang sebelum ini tidak menjadi mata pencaharian utamanya, yaitu menjadi pelaku wisata. Sebuah jenis pekerjaan baru di desa itu, yang merupakan hasil dari kreativitas, tekad, dan visi para warganya.
Lalu apa yang dapat saya lakukan untuk desa saya? Ini menjadi sebuah tantangan bagi kita semua.
Jakarta, 7.10.2016
No comments:
Post a Comment