Ketika kami menjalani perjalanan yang terasa berbeda di mudik Idul Fitri 2016 ini, karena beberapa diantara pemudik harus menjalani perjalanan mudiknya dengan menempuh perjalanan yang relatif sama tetapi dengan waktu tempuh yang benar-benar mencengangkan, tetapi tetap juga membekaskan pengalaman yang menarik untuk diceritakan kembali. Setidaknya ketika kami berbagi cerita mudik pada saat bertemu teman-teman di Jakarta dalam kondisi yang santai.
"Saya juga ikut terjebak macet di Exit Brebes." Kata teman saya ketika kami bersama-sama bertemu untuk kali pertama di bulan Syawal pada Sabtu, 23 Juli 2016 di wilayah Cipete, Calandak, Jakarta Selatan.
"Terus bagaimana kondisi yang dialami Mas?" Tanya saya. Sekaligus mengkonfirmasi bagaimana cerita asli dari pelaku utama yang masuk dalam macet Brebes di perjalanan mudik Idul Fitri tahun 2016 ini. Apakah juga seperti apa yang diceritakan orang.
"Alhamdulilllah, dalam kondisi yang demikian itu, kami sekeluarga diberikan kekuatan dan ketenangan. Bayangkan di dalam situasi Ramadhan. Dari atas terik matahari yang semakin terasa dan dapat menguras tenaga. Sementara dari bawah kendaraan, panas dari aspal yang memantul ke atas juga memberikan kontribusi ketidaknyamanan. Tapi kami teringat apa yang menjadi pesan Baginda Rasulullah. Yaitu berdzikir. Maka panas, haus, dan kapar tidak menjadi halangan utama bagi kami sekeluarga." Demikian teman kami menyampaikan pandangan matanya kepada kami. Dia berangkat dari Jakarta pada hari Ahad, 3 Juli 2016 untuk tujuan mudik di Nganjuk, Jawa Timur. Dan sampai Nganjuk pada Selasa, 5 Juli 2016 menjelang dini hari.
Apa yang disampaikannya dengan menunggu waktu hingga benar-benar melewati dan lolos dari jebakan macet di Brebes yang begitu lama serta membosankan, dilaluinya dengan melaksanakan puasa Ramadhan dan berdzikir. Sebuah hal yang dapat saya jadikan pelajaran.
"Kami juga mengalami hal yang sama. Hanya tujuan kami ke Solo. Dan sungguh menggembirakan ketika kami bertemu dalam lapangan parkir yang berdekatan ketika sam-sama istirahat di POM Bensin MURI di Tegal. Betapa lautan manusia tetap tidak dapat menghalangi kenyataan bahwa bumi sempit." Jelas teman saya lainnya. Saya menyimak semua apa yang menjadi cerita teman-teman itu. Hingga akhirnya giliran saya untuk memulai cerita.
"Saya juga ikut terjebak macet di Exit Brebes." Kata teman saya ketika kami bersama-sama bertemu untuk kali pertama di bulan Syawal pada Sabtu, 23 Juli 2016 di wilayah Cipete, Calandak, Jakarta Selatan.
"Terus bagaimana kondisi yang dialami Mas?" Tanya saya. Sekaligus mengkonfirmasi bagaimana cerita asli dari pelaku utama yang masuk dalam macet Brebes di perjalanan mudik Idul Fitri tahun 2016 ini. Apakah juga seperti apa yang diceritakan orang.
"Alhamdulilllah, dalam kondisi yang demikian itu, kami sekeluarga diberikan kekuatan dan ketenangan. Bayangkan di dalam situasi Ramadhan. Dari atas terik matahari yang semakin terasa dan dapat menguras tenaga. Sementara dari bawah kendaraan, panas dari aspal yang memantul ke atas juga memberikan kontribusi ketidaknyamanan. Tapi kami teringat apa yang menjadi pesan Baginda Rasulullah. Yaitu berdzikir. Maka panas, haus, dan kapar tidak menjadi halangan utama bagi kami sekeluarga." Demikian teman kami menyampaikan pandangan matanya kepada kami. Dia berangkat dari Jakarta pada hari Ahad, 3 Juli 2016 untuk tujuan mudik di Nganjuk, Jawa Timur. Dan sampai Nganjuk pada Selasa, 5 Juli 2016 menjelang dini hari.
Apa yang disampaikannya dengan menunggu waktu hingga benar-benar melewati dan lolos dari jebakan macet di Brebes yang begitu lama serta membosankan, dilaluinya dengan melaksanakan puasa Ramadhan dan berdzikir. Sebuah hal yang dapat saya jadikan pelajaran.
"Kami juga mengalami hal yang sama. Hanya tujuan kami ke Solo. Dan sungguh menggembirakan ketika kami bertemu dalam lapangan parkir yang berdekatan ketika sam-sama istirahat di POM Bensin MURI di Tegal. Betapa lautan manusia tetap tidak dapat menghalangi kenyataan bahwa bumi sempit." Jelas teman saya lainnya. Saya menyimak semua apa yang menjadi cerita teman-teman itu. Hingga akhirnya giliran saya untuk memulai cerita.
Jakarta, 25 Juli 2016.
No comments:
Post a Comment