Satu lagi kisah tidak positif dari Sertifikasi Guru. Setidaknya ini apa yang saya dapatkan dari teman Kepala Sekolah. Bahwa orang kepercayaannya yang kemudian akan meninggalkannya dan lembaganya karena memilih lembaga yang baru yang menjadi tumpuannya. Ini tidak lain karena sang orang kepercayaan adalah juga administratur sekolah yang tersakiti hatinya oleh sikap dan perilaku beberapa oknum guru tersertifikasi di sekolahnya.
Administratur sekolah ini sekarang menjadi lumayan fital keberadaannya karena semua data harus masuk dalam sistem komputerisasi yang terpusat. Dan ini juga menjadi 'bahan' yang bersinggungan dalam konstelasi sosial. Karena para adminitratur ini tidak mendapatkan 'tambahan' apresiasi dengan beban yang lumayan berat.
Berat? Karena data yang terpusat, maka membutuhkan waktu dan kesabaran bagi mereka untuk meng-up load data yang telah dia perbaiki ke dalam sistem komputer yang terpusat tersebut. Dapat di bayangkan kalau dalam waktu yang bersamaan ada 7500 adimintratur sedang meng-up load secara bersamaan?
Anehnya, karena ketika tugas admin telah kelar dan pada akhir triwulan dan merasa bahwa tunjangan sertifikasi itu menjadi hak sepenuhnya dari guru yang telah mendapatkannya, mereka yang ada di dalam sekolah itu sepakat diam-diam dengan tidak memberikan kabar bahwa tunjangan telah cair. Meski kabar itu tidak harus dalam bentuk maklumat, tetapi, misalnya, ada makanan kecil yang tiba-tiba tersedia di ruang guru.]
Dan sebaliknya, ketika tugas admin dalam meng-up date data telah usai dan ternyata di akhir triwulan ada beberapa guru tersertifikasi belum memperoleh kiriman dari APBN ke dalam rekeningnya, maka guru-guru itu pasti akan bisik-bisik dan bahwa bicara terbuka atas nasibnya. Dan tidak juga jarang mereka akan memiliki perasaan dan pikiran buruk bahwa kiriman belum diterima karena sistem administrasi ada yang tidak beres. Dan ini pasti berkait langsung kepada pihak admin sekolah yang barangkali ada keteledoran.
Inilah salah satu dari titik disharmoni yang ada di sekolah akibat dengan tunjangan sertifikasi. Jadi karena salah satu saja, maka masih ada beberapa titik simpul yang menyebabkan lahirnya disharmoni. Namun saya akan mencobanya untuk mencatatnya dalam lembar catatan yang lain.
Administratur sekolah ini sekarang menjadi lumayan fital keberadaannya karena semua data harus masuk dalam sistem komputerisasi yang terpusat. Dan ini juga menjadi 'bahan' yang bersinggungan dalam konstelasi sosial. Karena para adminitratur ini tidak mendapatkan 'tambahan' apresiasi dengan beban yang lumayan berat.
Berat? Karena data yang terpusat, maka membutuhkan waktu dan kesabaran bagi mereka untuk meng-up load data yang telah dia perbaiki ke dalam sistem komputer yang terpusat tersebut. Dapat di bayangkan kalau dalam waktu yang bersamaan ada 7500 adimintratur sedang meng-up load secara bersamaan?
Anehnya, karena ketika tugas admin telah kelar dan pada akhir triwulan dan merasa bahwa tunjangan sertifikasi itu menjadi hak sepenuhnya dari guru yang telah mendapatkannya, mereka yang ada di dalam sekolah itu sepakat diam-diam dengan tidak memberikan kabar bahwa tunjangan telah cair. Meski kabar itu tidak harus dalam bentuk maklumat, tetapi, misalnya, ada makanan kecil yang tiba-tiba tersedia di ruang guru.]
Dan sebaliknya, ketika tugas admin dalam meng-up date data telah usai dan ternyata di akhir triwulan ada beberapa guru tersertifikasi belum memperoleh kiriman dari APBN ke dalam rekeningnya, maka guru-guru itu pasti akan bisik-bisik dan bahwa bicara terbuka atas nasibnya. Dan tidak juga jarang mereka akan memiliki perasaan dan pikiran buruk bahwa kiriman belum diterima karena sistem administrasi ada yang tidak beres. Dan ini pasti berkait langsung kepada pihak admin sekolah yang barangkali ada keteledoran.
Inilah salah satu dari titik disharmoni yang ada di sekolah akibat dengan tunjangan sertifikasi. Jadi karena salah satu saja, maka masih ada beberapa titik simpul yang menyebabkan lahirnya disharmoni. Namun saya akan mencobanya untuk mencatatnya dalam lembar catatan yang lain.
Jakarta, 7 Januari 2016.
No comments:
Post a Comment