Berbasis kepada Taksonomi Bloom, terdapat tiga aspek dalam ranah kognitif yang menjadi bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher-order thinking. Ketiga aspek itu adalah aspek analisa, aspek evaluasi dan aspek mencipta.
Sedang tiga aspek lain dalam ranah yang sama, yaitu aspek mengingat, aspek memahami, dan aspek aplikasi, masuk dalam bagian intilektual berpikir tingkat rendah atau lower-order thinking.
Bagaimana proses belajar yang terjadi di dalam kelas yang dapat mendorong siswa atau peserta didik memilki kemampuan berpikir dalam taraf higher-order thinking tersebut? Dalam Buku A Guide to...Productive Pedagogies, Classroom Reflection Manual yang diterbitkan oleh Curriculum Implemantation Unit, Teaching and Learning Branch, Education Queensland, dicontohkan tentang pembelajaran dalam Mata Pelajaran Matematika dengan topik bahasan mengelompokkan benda. (Secara lengkap dapat di baca dalam foto yang saya lampirkan. Yang saya ambil dalam buku tersebut di halaman 1).
Apa yang menjadi contoh dalam buku tersebut tentang bagaimana guru memberlajarkan siswanya untuk mampu berpikir kritis, adalah sesuatu yang sangat mungkin kita lakukan. Benda yang dimaksud dalam contoh, yang nantinya dapat dikelompokkan, adalah benda yang ada di sekitar ita juga. Hulahub, dapat pula kita ganti dengan benda lain seperti tali rafia. Namun pelaksanaan pembelajaran seperti dalam contoh adalah bukan sekedar urusan sumber daya belajar, tetapi lebih kepada paradigma kita tentang belajar.
Bila tujuan belajarnya adalah pengelompokan, mudah bagi kita di kelas meminta siswa mengelompokan benda-benda yang ada berdasarkan pada ketentuan yang telah kita sebutkan. Sehingga siswa hanya belajar tentang benda ini masuk dalam kelompok mana berdasarkan kriteria yang telah guru buat. Memasukkan benda dalam kelompok yang sesuai dengan kriteria yang ada, tentu berbeda sekali jika siswa harus terlebih dahulu membuat kriteria pengelompokan.
Disitulah letak terjelas dari konsep Lower-order thinking dan higher-order thinking.
Ketika siswa hanya tinggal mengelompokkan berdasarkan kriteria yang telah disiapkan, itu berarti kita hanya menuntut siswa untuk faham. Dan faham masuk dalam aspek memahami. Yang juga bagian dari lower-order thinking. Namun ketika siswa harun menentukan terlebih dahulu kriteria mana yang menjadi dasar bagi pengelompokkan benda, berarti siswa dituntun untuk mencipta dan kemudian menganalisa. Yang juga berarti masuk dalam proses higher-order thinking.
Itulah sekelumit yang kebetulan saya lihat dari buku pemberian teman. Mungkin berguna untuk Anda dan kelas Anda?
Jakarta, 22 Oktober 2010.
10 comments:
Uraian anda sangat menarik. saya butuh buku yang anda baca. mohon informasi. Trimaksih sebelumnya. Email saya: samritin75@gmail.com
singkat, sederhana, namun sangat berguna.
terima kasih...
mohon informasi tentang buku yang anda baca terkait Higher Order Thinking dalam pembelajaran matematika, email saya arifinriadi19@gmail.com.
Terima Kasih.
trimakasih kakak...
Email sy meyta_gya_zuq@yahoo.com
Menarik. Bagus. Membuat sya termotivasi
Boleh berbagi buku tentang HOTS. Email rohmanudin31@gmail.com
bisa bagiin judul bukuny ga mas? ini email sy. andrehenukh@gmail.com
postingan anda sangat menarik. sangat membantu mahasiswa akhir seperti saya dalam penyususnan skripsi yang kebetulan mengangkattema HOTS.
kalau bisa, boleh saya tau judul buku dan pengarang yang anda baca?
ini email saya trikartika321@gmail.com
postingan anda sangat menarik. sangat membantu mahasiswa akhir seperti saya dalam penyususnan skripsi yang kebetulan mengangkattema HOTS.
kalau bisa, boleh saya tau judul buku dan pengarang yang anda baca? Email saya uswatulkhairi@gmail.com
Boleh saya meminta buku hots nya mas
saya juga buruh untuk referensi
terima kasih sebelumnya
ini email saya sitinabilah1410@gmail.con
Post a Comment