Hati-hati dengan lisanmu. Demikian kalimat bijak. Atau ada pepatah dengan maksud yang relatif sama; mulutmu adalah harimaumu. Kata bijak ini mengingatkan kita untuk menjaga bicara. Tentunya setelah menjaga hati.
Menjaga bicara karena kadang kita 'keterusan' ketika menyampaikan sesuatu saat berbicara dengan teman karena begitu bersemangat dan menggebu-gebu. Ditambah oleh dorongan emosi yang menyertainya. Dan dalam situasi seperti ini, sering kita kurang memikirkan apa yang akan dipersepsikan oleh lawan bicara kita terhadap apa yang kita sampaikan. Namun mudah-mudahan pepatah dan kalimat bijak diatas cukup bagi kita untuk menjadi pegangan di masa depan.
Ini pengalaman asli yang pernah saya alami. Ini pula yang selalu memberikan kepada saya alarm untuk lebih berhati-hati. Peristiwanya sendiri telah berlangsung lama. Sudah beberapa tahun yang lalu. Ketika saya sering hadir mengunjungi teman-teman saya yang tengah bekerja.
Saya dapat mengunjungi mereka karena memang pada saat tersebut posisi saya libur. Kadang saat libur tengah semester (mid term break) yang lamanya lima hari kerja, yang setiap tahun pelajarannya ada dua mid term break. Kadang pada saat akhir tahun yang liburnya lebih kurang 4 pekan dengan 15 hari kerja efektif. Atau akhir tahun pelajaran yang liburnya 4 pekan dengan 20 hari kerja efekti bagi pegawai di kantor atau mungkin selisih 10 hari kerja bagi sekolah lain.
Karena seringnya saya libur, dan karena tidak selalu ada kegiatan di rumah sepanjang liburan sekolah, maka mengunjungi teman adalah kegiatan yang menyenangkan. Namun ini pulalah yang menjadikan teman saya berkomentar tidak pada tempatnya.
Ketika saya mengunjungi teman-teman tersebut, ada satu diantara mereka yang bertanya; kok tidak masuk kerja? Saya sampaikan bahwa saya sedang libur. Dan mungkin karena seringnya saya mengunjungi mereka di saat hari kerja, maka tidak salah jika teman tadi bertanya lagi; Libur atau dipecat? Saya tersenyum. Bingung mau jawab apa?
Lebih kurang 6 bulan atau 1 tahun setelah peristiwa itu, saya mendengar kabar bahwa teman saya tersebut dipecat dari lembaga dimana dia selama ini mengabdi, karena ada kekeliruan yang telah dilakukannya. Semoga Allah membukakan pintu maaf. Amien.
Jakarta Timur, 21 April 2009.
Menjaga bicara karena kadang kita 'keterusan' ketika menyampaikan sesuatu saat berbicara dengan teman karena begitu bersemangat dan menggebu-gebu. Ditambah oleh dorongan emosi yang menyertainya. Dan dalam situasi seperti ini, sering kita kurang memikirkan apa yang akan dipersepsikan oleh lawan bicara kita terhadap apa yang kita sampaikan. Namun mudah-mudahan pepatah dan kalimat bijak diatas cukup bagi kita untuk menjadi pegangan di masa depan.
Ini pengalaman asli yang pernah saya alami. Ini pula yang selalu memberikan kepada saya alarm untuk lebih berhati-hati. Peristiwanya sendiri telah berlangsung lama. Sudah beberapa tahun yang lalu. Ketika saya sering hadir mengunjungi teman-teman saya yang tengah bekerja.
Saya dapat mengunjungi mereka karena memang pada saat tersebut posisi saya libur. Kadang saat libur tengah semester (mid term break) yang lamanya lima hari kerja, yang setiap tahun pelajarannya ada dua mid term break. Kadang pada saat akhir tahun yang liburnya lebih kurang 4 pekan dengan 15 hari kerja efektif. Atau akhir tahun pelajaran yang liburnya 4 pekan dengan 20 hari kerja efekti bagi pegawai di kantor atau mungkin selisih 10 hari kerja bagi sekolah lain.
Karena seringnya saya libur, dan karena tidak selalu ada kegiatan di rumah sepanjang liburan sekolah, maka mengunjungi teman adalah kegiatan yang menyenangkan. Namun ini pulalah yang menjadikan teman saya berkomentar tidak pada tempatnya.
Ketika saya mengunjungi teman-teman tersebut, ada satu diantara mereka yang bertanya; kok tidak masuk kerja? Saya sampaikan bahwa saya sedang libur. Dan mungkin karena seringnya saya mengunjungi mereka di saat hari kerja, maka tidak salah jika teman tadi bertanya lagi; Libur atau dipecat? Saya tersenyum. Bingung mau jawab apa?
Lebih kurang 6 bulan atau 1 tahun setelah peristiwa itu, saya mendengar kabar bahwa teman saya tersebut dipecat dari lembaga dimana dia selama ini mengabdi, karena ada kekeliruan yang telah dilakukannya. Semoga Allah membukakan pintu maaf. Amien.
Jakarta Timur, 21 April 2009.
No comments:
Post a Comment