Ketika membalik-balik album, harap maklum bahwa era 90-an, dimana saya mengajar di kelas satu SD di SD Islam Al Ikhlas Cipete kamera digital masih menjadi milik segelintir orang Indonesia , itupun kalau teknologi telah ada. Namun yang jelas, pada era tersebut dokumentasi gambar baru dalam bentuk foto cetak. Dan salah satunya adalah apa yang termuat dalam gambar saya ini bersama siswa saya. Mungkin itu sekita tahun 90-an.
Tetapi dari album foto inilah saya memiliki kenangan masa muda dulu, meski sekarang juga masih tetap muda, dimana siswa saya ngeriung di dekat meja gurunya. Waktu itu tentunya saya belum belajar banyak tentang bagaimana membelajarkan siswa dengan lebih dahsyat. Lihat saja bagaimana saya mendesain kelas saya. Semua masih tampak sederhana. Tetapi yakin bahwa ada diantara siswa saya itu, saat itu memiliki impian yang jauh dari sederhana apa yang terlihat dalam foto.
Saya masih teringat kali pertama mengajar di bulan pertama di kelas satu SD dimana saya harus membantu mengambilkan dan membukakan buku pelajaran siswa sebelum melakukan pembelajaranm, dari tas mereka masing-masing. Itu berarti, jika ada 40 siswa saya di dalam kelas, maka saya harus berkeliling menghampiri setiap mereka, membuka tas mereka, mengambilkan buku yang sesuai dengan pelajaran yang akan kita pelajari, membukakan pad halaman dimana siswa saya harus menulis. Beban? Itulah yang ajaib. Lelah sudah pasti. Namun semua tetap saya jalani hingga saya mendapat hitungan mengajar selama 8 tahun (dihitung mulai dari tahun pelajaran 1985/1986 hingga 1993/1994) hanya di kelas satu. Setiap akhir tahun pelajaran saya bermohon kpada kepala sekolah untuk mengajar di kela berikutnya atau kelas tiga. Kepala sekolah mengizinkan, namun masalahnya tidak ada atau belum ada yang berani atau mau mengajar di kelas satu. Sampai akhirnya saya benar-benar ngambek untuk naik kelas, hingga kepala sekolah tidak dapat menolak lagi.
Dua hal yang menjadi modal saya untuk mengajar di kelas satu. Ini sesuai dengan apa yang dipesankan oleh Bapak Guru saya ketika kami masih duduk di bangku Sekolah Pendidikan Guru di Purworejo. Yang pertama, kata guru saya, adalah menyanyi. Jadi kita harus menguasai minimal 10 lagu siswa. Dan tentunya lagu-lagu yang syairnya untuk anak dan positif bagi anak. Yang kedua adalah mendongeng atau bercerita. Nah, lanjut guru saya, bagaimana kalian bisa bercerita di depan siswa kalian jika kalian sendiri adalah para guru yang tidak suka membaca cerita?
No comments:
Post a Comment