Menentukan waktu dan rute perjalanan menuju ke kampung halaman dan kembali lagi ke Jakarta di mudik lebaran tahun 2016 ini untuk, paling tidak, meminimalisir efek volume kendaraan di sepanjang jalur mudik, telah saya diskusikan dengan istri dan anak beberapa waktu lalu. Hal ini penting supaya ketika jalan yang kita pilih nanti menjadi bagian dari kenikmatan dari perjalanan mudik dan sekaligus wisata.
Selain itu karena kondisi kemacetan di sepanjang jalan yang kami lalui pada mudik lebaran tahun 2014 lumayan menguras tenaga. Meski pada saat itu saya mengawali perjalanan mudik lebaran saya pada H+1, tetapi padatnya kendaraan masih luar biasa. Sebagai gambaran saja, pada saat itu saya keluar dari Gerbang Tol Pejagan sekitar pukul 09.30an, dan baru sampai perempatan Buntu di Banyumas sudah pukul 18.00. Sebaliknya, ketika perjalanan kembali ke Jakarta, pada saat itu saya keluar di pintu tol Palimanan pukul 10.00 dan baru masuk gerbang tol Cikampek di pukul 21.00. Lalu apa yang saya alami dengan waktu yang selama itu? Tidak lain selain banyaknya kendaraan sehingga laju kendaraan rata-rata adalah 15 km/jam.
Pengalaman terjebak macet di mudik lebaran tahun 2014 itu, membuat saya dan keluarga memutuskan untuk tidak mudik di waktu lebaran tahun 2015. Kami memilih mudik dilibur akhir pekan atau juga liburan sekolah. Meski anak-anak sudah tidak ada lagi yang sekolah.
Kembali dengan mudik lebaran tahun ini, 2016, dengan melihat bagaimana jika terdapat libur panjang akhir pekan dan kondisi kemacetan di jalanan sepanjang rute Jakarta-kampung halaman, maka saya harus menghitung agar sepanjang perjalanan diberikan kelancaran. Hal ini tidak lain agar waktu yang tersedia bagi kami untuk melakukan perjalanan mudik tidak teralokasikan hanya untuk antri di sepanjang perjalanan tersebut.
Jakarta, 3 Juni 2016.
No comments:
Post a Comment