- Kalau stok bahan mentahnya bisa didapat dengan lancar, maka membuka usaha ini di kota menjanjikan Untung. Begitu kata saya kepada teman saat kami menunggu nasi wader goreng yang kami pesan siap di sajikan, di suatu siang di sebuah warung Pak Bejo di daerah Piyungan Yogyakarta Pada Sabtu tanggal 1 Januari 2011 yang lalu.
Dengan rasa sambel yang gurih dan pedasnya berani, nasi dengan lauk wader goreng segera lenyap kami santap. Dalam detik-detik terakhir santapan itulah, saya masih menyisakan beberapa ekor wader goreng saya sebagai suapan terakhirnya. Yahudnya setara dengan makan nasi intip!
- Saat masih kanak-kanak, ketika wader yang menyambar umpan dari pancing kita, sesungguhnya tidak terlalu membuat kita bergembira. Kata saya ketika kami sudah berkendara untuk melanjutkan perjalanan.
- Mengapa? Tanya kawan saya dalam rombongan yang memang hidup sejak lahir dan besar di kota besar seperti Jakarta.
- Karena, lanjut saya, kami lebih mengharapkan umpan pancing kami disambar ikat gabus atau ikan tawes. Jelas saya.
Dan itulah yang saya rasakan sepanjang menyantap nasi dengan lauk goreng ikan wader. Teringat nostalgia yang boleh jadi tidak akan diperoleh oleh kawan kami yang bersama-sama menyantapnya di warung Pak Bejo siang itu.
Jakarta, 3-5 Januari 2011.
No comments:
Post a Comment