Inilah kata saya kepada salah seorang keponakan saat kami berkumpul di sebuah arisan keluarga. Kata ini saya sampaiakna dihadapan para keponakan setelah ada kejadian kendaraan yang tidak bisa melintas di jalanan komplek di mana kami berkumpul karena adanya dua kendaraan yang parkir berdekanan satu dengan yang lainnya namun berada pada sisi yang berbeda.
"Kendaraan yang mana yang tadi parkirnya lebih awal?" Tanya saya.
"Yang warna putih Om." Jawab salah satu keponakan mencoba menjelaskan.
Dan dengan keterangan ini cukup bagi kami untuk menentukan siapa pemilik kendaraan yang tidak berperikendaraan. Yang memakirkan kendaraan di sisi kendaraan yang parkir terlebih dahulu tanpa berpikir apakah jalan yang juga menjadi tempat parkir tersebut masih memberikan akses bagi kendaraan lain untuk melewatinya?
Di sinalah saya menjadi sangat terheran-heran. Apakah kendaraan yang parkir belakangan dikendari oleh pengemudi yang lulus dari sekolah kita? Apakah tidak sampai diakalnya jika jalanan dimana dia memarkirkan kendaraannya adalah bukan jalan buntu?
Bentuk sikap dan perilaku yang telah ditunjukkan oleh pengemudi mobil yang parkir belakangan itu saya sebut sebagai penyakit tumpul radar sosial. Yaitu ketidakpedulian seseorang terhadap implikasi sosial atau implikasi lingkungan dari tindakannya.
Meski ia adalah orang yang memiliki gelar akademis yang baik dan reputasi kerja atau jabatan yang bagus, namun sikapnya tersebut telah memberikan gambaran bagi kita, atau memberikan bukti bagi kita bahwa yang bersangkutan adalah pemilik kecerdasan sosial yang lemah. Atau pemilik dari radar sosial yang tumpul. Yang menyebabkannya sulit membaca lingkungan sosial yang berkorelasi dengannya.
Pengalaman yang saya alami ini sangat mungkin juga pernah pembaca lain alami pula. Meski dalam bentuk empiri yang berbeda.
Itulah pentingnya bagi kita untuk mampu memetakan konstelasi sosial yang berada dalam lingkungan dimana kita berada dan berinteraksi. Yaitu dengan terus menerus mempertajam kemampuan menangkap sinyal dari lingkungan sosialnya. Mempertajam radar sosial.
Jakarta, 4 April 2010
No comments:
Post a Comment