Ini adalah gambaran sungai kecil atau dalam Bahasa Jawa Kali Cilik, yang terletak tidak lebih 100 mater dari pekarangan rumah orantua saya di Bagelen adalah salah satu saksi perkembangan kehidupan yang agda disekitarnya. Ia mencatat banyak hal ihwal yang pernah terjadi di lingkungan sekitarnya.
Sungai yang ketika Senin, 19 Oktober 2009 lalu saya singgahi untuk kemudian saya abadikan sebagai tanda pengingat.
Sungai yang mengering ketika musim kemarau panjang seperti sekarang ini dan akan meluap ketika hujan deras datang. Sehingga akan membuat alurnya tidak seperti dulu lagi. Ia akan menemukan jalan baru saat air datang secara deras. Benturan air yang datang dari gunung di sebelah utaranya akan sanggup membawa bongkahan rumpun bambu atau menumbangkan dan menghanyutnya pohon kepala yang ada di bagian tepinya.
Dan di musim kemarau seperti sekarang ini, ketika air mengering, akan menyisakan air dan seluruh isi yang ada didalamnya pada bagian sungai yang membentuk cekungan. Semakin dalam cekungan yang dimiliki maka semakin banyak volume air yang ditinggalkan di sungai yang mengering, yang tentunya semakin banyak penghuni di dalamnya yang terjebak. Ada berbagai jenis ikan tawar di dalamnya. Juga ada kepeting yang mampu bersembunyi di balik lubang yang mereka buat.
Sungai inilah yang membuat kami ketika maih diusia kanak hingga remaja kampung, mampu berenang. Tentu ketika air pasang pada musim hujan. Ini dimungkinkan karena sungai kecil ini, pada batas kampung kami akan bertemu dengan Sungai Bogowonto yang berhulu di Kabupaten Wonosobo dan Magelang dan bermuara di Pantai Congot yang jauhnya lebih kurang 4 kilometer dari kampung kami. Ketika volume Bogowonto pasang naik, maka Kali Cilik yang memiliki arus lebih kecil akan membentuk semacam bendungan. Bendungan temporer ini bisa selebar dan sepanjang sungai dengan kedalaman mencapai 4-6 meter. Bendungan yang membuat kami semua aman berenang.
Tapi dengan perubahan waktu, kami sulit menemukan kembali situasi seperti itu. Ketika kemarau datang seperti saat ini, kita bisa melihat wajah Sungai Kecil kami sepert dalam gambar di atas. Dan ketika hujan sedang berada dalam musimnya, air datang titepi tidak untuk jangka panjang. Hujan deras di wilayah hulu sungai ini mungkin hanya bertahan satu pekan air mengaliri dengan volume cukup. Namun setelah itu, air akan mudah hilang seperti ditelan bumi.
Apakah pegunungan yang ada di hulu sungai kami dibiarkan gundul? Tidak juga. Idul Fitri 2007 lalu, saya dan keluarga sengaja mengisi liburan kami dengan mendaki gunung itu. Dan di dalamnya mendapati pohon mahoni, pohon jati dan albasiah yang berusia 5-7 tahun tumbuh dengan suburnya.
Namun ini fenomena Sungai Kecil yang menjadi tetangga rumah oragtua kami di kampung...
Jakarta, 24 Oktober 2009.
Sungai yang ketika Senin, 19 Oktober 2009 lalu saya singgahi untuk kemudian saya abadikan sebagai tanda pengingat.
Sungai yang mengering ketika musim kemarau panjang seperti sekarang ini dan akan meluap ketika hujan deras datang. Sehingga akan membuat alurnya tidak seperti dulu lagi. Ia akan menemukan jalan baru saat air datang secara deras. Benturan air yang datang dari gunung di sebelah utaranya akan sanggup membawa bongkahan rumpun bambu atau menumbangkan dan menghanyutnya pohon kepala yang ada di bagian tepinya.
Dan di musim kemarau seperti sekarang ini, ketika air mengering, akan menyisakan air dan seluruh isi yang ada didalamnya pada bagian sungai yang membentuk cekungan. Semakin dalam cekungan yang dimiliki maka semakin banyak volume air yang ditinggalkan di sungai yang mengering, yang tentunya semakin banyak penghuni di dalamnya yang terjebak. Ada berbagai jenis ikan tawar di dalamnya. Juga ada kepeting yang mampu bersembunyi di balik lubang yang mereka buat.
Sungai inilah yang membuat kami ketika maih diusia kanak hingga remaja kampung, mampu berenang. Tentu ketika air pasang pada musim hujan. Ini dimungkinkan karena sungai kecil ini, pada batas kampung kami akan bertemu dengan Sungai Bogowonto yang berhulu di Kabupaten Wonosobo dan Magelang dan bermuara di Pantai Congot yang jauhnya lebih kurang 4 kilometer dari kampung kami. Ketika volume Bogowonto pasang naik, maka Kali Cilik yang memiliki arus lebih kecil akan membentuk semacam bendungan. Bendungan temporer ini bisa selebar dan sepanjang sungai dengan kedalaman mencapai 4-6 meter. Bendungan yang membuat kami semua aman berenang.
Tapi dengan perubahan waktu, kami sulit menemukan kembali situasi seperti itu. Ketika kemarau datang seperti saat ini, kita bisa melihat wajah Sungai Kecil kami sepert dalam gambar di atas. Dan ketika hujan sedang berada dalam musimnya, air datang titepi tidak untuk jangka panjang. Hujan deras di wilayah hulu sungai ini mungkin hanya bertahan satu pekan air mengaliri dengan volume cukup. Namun setelah itu, air akan mudah hilang seperti ditelan bumi.
Apakah pegunungan yang ada di hulu sungai kami dibiarkan gundul? Tidak juga. Idul Fitri 2007 lalu, saya dan keluarga sengaja mengisi liburan kami dengan mendaki gunung itu. Dan di dalamnya mendapati pohon mahoni, pohon jati dan albasiah yang berusia 5-7 tahun tumbuh dengan suburnya.
Namun ini fenomena Sungai Kecil yang menjadi tetangga rumah oragtua kami di kampung...
Jakarta, 24 Oktober 2009.
No comments:
Post a Comment