Ketika
ada hari kerja yang kejepit hari libur, seperti pada Senin, 27 Maret 2017 lalu,
saya dan keluarga memanfaatkannya sebagai hari libur dengan menggunakan
fasilitas cuti tahunan, untuk melakukan perjalanan ke Yogyakarta. Dan untuk
mengantisipasi macet yang akan terjadi, maka cuti yang saya ambil adalah 3 hari
kerja. Kami merencanakan perjalanan sebelum week end dan kembali ke Jakarta
Selasa, 28 Maret 2017.
Selain
hari perjalanan yang telah kami rencanakan, sekali lagi untuk menghindari macet
atau setidaknya bertumpuknya kendaraan sesama pengguna jalan yang memanfaatkan
hari kejepit tersebut, kami juga mengambil rute perjalanan dan jam
keberangkatan yang tidak umum.
Maka
ketika Jumat, 24 Maret 2017, menjelang waktu Subuh, saya telah meluncur dari
Jakarta menuju arah Yogyakarta. Alhamdulillah, meski harus menggunakan satu
lajur saya di sepanjang Tol Bekasi Barat hingga Cikarang karena lajur 1 dan 2
yang dipenuhi truk dan kendaraan besar lainnya, laju kendaraan kami masuk di
kecepatan 70-80 km/jam. Dan selepas itu hingga jalan Tol habis di Brebes, dapat
kami tempuh dalam 3 jam perjalanan.
|
Jalur Brebes-Slawi-Radudongkal-Belik-Purbalingga. Jalur ini memungkinkan kita untuk memandang hijau, hijau, dan hijau. Sementara sebelah kiri bawah jalan terbentang waduk Cacaban.Di
pintu Tol Brebes, yang pernah menjadi simpul kemacetan di Idul Fitri 2016, pagi
itu lengang. Kendaraan dapat melaju dengan normal tanpa halangan. Ini sesuai sekali dengan harapan kami ketika kami harus mengambil cuti di hari kerja, untuk mengawali keberangkatan, se-awal awalnya. |
Jalur
selanjutnya adalah menuju Slawi untuk kemudian masuk Pemalang. Tepatnya di
Radudongkal, Belik, hingga masuk Kota Purbalingga.
|
Jalur Purbalingga-Gombong, kami dibantu Google melalui Klampok- Waduk Sempor-Selokerto (Gombong/Kebumen). |
"Kita cepat sekali sampai di kampung." Demikian komentar Instri dan Sulung saya setalah perjalanan berakhir untuk transit di kampung halaman saya, di ujung Kabupaten Purworejo. Dan memang, kami semua merasakan hal yang sama. Perjalanan kami lalui dengan berkendaran menggunakan kecepatan yang santai. Plus dengan 5 kali istirahat, atau setara dengan 2 jam.
|
Foto bersama di tanggul Waduk Sempor, di Kabupaten Kebumen. |
"Ini juga menjadi perjalanan paling mudah dan paling berkesan untuk ayah sendiri." Jawab saya. Meski, kami tetap membutuhkan waktu perjalanan selama 12 jam. Tetapi untuk saya, yang berprinsip bahwa; perjalanan mudik adalah sama dengan perjalanan wisata, waktu tempuh 12 jam adalah sebuah anugerah yang sungguh menggebirakan. Alhamdulillah.
Jakarta, 10 April 2017.