Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

30 July 2024

Umroh Tugasku

Menjalani ibadah umroh bersama teman sejawat, banyak sisi nikmat tersendiri. Pertama ini menjadi anugerah besar bagi kami semua berumroh bersama. Tidak  lain atas prakarsa dan niat mulia Ketua Yayasan kami, dalam memberi apresiasi kepada guru dan karyawannya. Sebuah penghargaan, yang kami semua tidak menduga, tidak menyangka, belum pernah berencana, dan tidak pula terbayang.

Terimakasih yang tidak terhingga atas kebaikan dan kemurahan Ibu Almitra Indira Abidin. Semoga rezeki ini, menjadi amal baik bagi Ibu Almitra khususnya, dan keluarga besar Ibu Rukmini Zainal Abidin selaku pendiri sekolah, dan juga keluarga besar Yayasan Bina Tugasku.

Semoga Allah Swt terus menjaga niat dan semangat kami, guru dan karyawan, dalam terus mensyukuri nikmat dengan Ikhlas dan tuntas pada ranah keseharian,  yaitu menjalani tugas kami di dunia pendidikan, Sekolah Islam Tugasku.

Rasa syukur yang tiada henti kami sampaikan, semoga Allah memberikan kesehatan, kebahagiaan, kemudahan, dan keberkahan pada setiap langkah baik Yayasan Bina Tugasku dalam berkontribusi kepada generasi Indonesia. Aamiin.

 


Hadiah Kejutan; UMROH!


Pertama kali saya mendapatkan rencana kegiatan umroh dari Ibu Almitra I Abidin, di awal tahun 2023, dimana diskusi masih seputar ketersediaan waktu untuk kegiatan bersama guru dalam durasi waktu sekitar satu pekan atau lebih, yang tidak mengganggu kegiatan pembelajaran sekolah.

Untuk permintaan tersebut, maka saya mencoba membuatkan ancang-ancang waktunya di sekitar libur sekolah Idul Fitri. Mengingat jika libur semester, baik semester 1 di bulan Desember atau semester 2 saat kenaikan kelas di bulan Juni, maka di dua liburan tersebut akan ada peak session, yang juga akan mengganggu perhitungan biaya.

Melalui Ibu Agnes, saya juga menyampaikan bahwa jika bentuk kegiatannya umroh, maka libur Juni tidak akan bisa kita laksanakan hingga 5 tahun kedepan, mengingat sepanjang Juni akan dan masih berdekatan dengan Idul Adha atau pelaksanaan ibadah haji. Sehingga pelaksanaan umroh ditutup.

Pada tahapan ini, saya hanya bisa membuatkan estimasi waktu libur Idul Fitri. Dengan  catatan, maksimal berangkat adalah  H+3 dari hari Idul Fitri atau 4 Syawal. Dan akan semakin baik bila berangkat umroh sebelum tanggal itu. Supaya masih ada waktu untuk istirahat bagi guru dan karyawan sebelum masuk kerja kembali.

Dan setelah waktu disepakati, maka pada tanggal 10 Agustus 2023, dalam Rapat bersama Yayasan, hadir juga Ibu Ajeng, dari pihak Travel Umroh untuk membuatkan perencanaan dan perhitungan anggarannya. Alhamdulillah, pikir saya, rencana yang tadinya masih dalam tahap internal, sudah memasuki tahapan lebih riil. Namun 1 pesan Ibu Almitra, bahwa rencana ini tidak boleh bocor.

Dan ini menjadi bagian sedikit berat untuk saya dalam menyimpan informasi yang terbayang bagaimana bahagianya kami nanti menerima kabar itu. Apalagi,  libur Idul Fitri, menjadi liburan favorit teman-teman untuk kembali ke kampung halaman, silaturahim keluarga besarnya, atau sekedar liburan. Dan juga libur yang membutuhkan effort lebih, mengingat liburan itu mereka akan ditinggal poulang kampung oleh asisten rumah tangganya. Lalu bagaimana saya harus menyampaikan informasi agar teman-teman tidak mudik di tanggal-tanggal yang telah ditentukan?

Pada Rapat Yayasan tanggal 14 September 2023, Ibu Almitra menegaskan bahwa kegiatan umroh akan diberikan kepada guru dan karyawan yang telah memiliki masa kerja selama 15 tahun atau lebih secara terus menerus. Hal ini sebagai apresiasi atas kontribusi mereka di Sekolah Islam Tugasku.

Pada Rapat Yayasan, bersama seluruh Kepala Sekolah, hari Selasa tanggal 12 Februari 2024 berlokasi di Tugasku, Ibu Almitra memastikan keberangkatan umroh dengan memberitahukan kepada Ibu Yani, Kepala TK, Ibu Novi, Kepala SD, dan Pak Imron, Kepala SMP. Mengangetkan sekaligus membahagiakan mereka. Semua menerima kabar itu dengan berkaca-kaca, bersyukur, dengan menangis haru.

Semua kaget, syok, tidak percaya bahwa kita akan berangkat umroh bersama-sama dalam satu rombongan eksklusif. Masya Allah.

Saya juga menjadi lebih kaget lagi, bahwa yang berangkat umroh tidak saja yang sudah memiliki masa kerja 15 tahun, sebagaimana yang menjadi kesepakatan di awal. Tetapi dengan kebijakan Ibu Almitra, yang akan diberangkatkan umroh adalah semua yang sudah bekerja 13 tahun! Ini kejutan terakhir buat saya.

Dari ketentuan kejutan itu, ada 57 orang dari Tugasku yang berangkat ditambah 13 peserta dari Yayasan termasuk Ibu Almitra, Masya Allah tabarakallah, menjadi hal yang benar-benar diluar dugaan saya selama ini. Mengagetkan, mengagumkan, dan sekaligus membahagiakan. Rasa syukur yang selalu terbayang dan memenuhi pikiran saya. Bahwa semenjak kali pertama Ibu Almitra menginformasikan rencana tersebut.

Hal ini karena umroh tidak saja sebagai rihlah biasa, tetapi adalah perjalanan ibadah yang diidamkan semua kaum Islam. Orang Islam membayangkan bagaimana mereka akan bertemu benda kotak atau kubus hitam yang menjadi pusat atau arah kiblatnya dalam shalat-shalatnya. Bertemu dengan saudara-saudaranya yang berasal dari manapun juga di belahan bumi ini. Menemukan pola komunikasi dan karakter yang beraneka ragam. Umroh adalah ibadah raga dan jiwa.

Yaitu satu; Ibadah harta, mengingat biaya untuk perorangnya tidak sedikit, dan ini semua menjadi tanggungan Yayasan, termasuk diantaranya uang saku dan pajaknya. Maka sempurna sekali nikmat Allah Swt kepada kami.

Dua; ibadah badan, mengingat kita semua akan melakukan aktivitas fisik yang tidak sedikit. Karena jarak tempuh kamar hotel hingga memasuki lokasi shalat wajib lima waktu di Masjid Haram di Mekkah atau Masjid Nabawi di Madinah membutuhkan kemauan dan ketahanan fisik yang prima. Demikian pula saat melakukan prosesi umroh, berupa thawaf mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali dengan tetap memelihara wudu, sa’i antara Safa dan Marwa dalam 7 kali perjalanan. Serta bertahalul.

Tiga; Ibadah spiritual. Ibadah jiwa. Yang antara lain adalah capaian rasa syukur, rasa kagum yang tiada tara atas prosesi ibadah sebagaimana yang telah diteladankan oleh Nabi Ibrahim As bersama keluarganya. Sebuah  prosesi yang membutuhkan ketahanan fisik dan juga motivasi mental dalam matra sejarah dan keilahian  yang memantik kekaguman yang tidak mungkin diutarakan dalam kalimat dan paragraf.

Sebuah prosesi yang selalu akan mengalirkan  air mata kekaguman dan kesyahduan yang terlalu atau bahkan mustahil untuk bisa dibendung dan diinterpretasikan. Prosesi yang akan selalu membangkitkan rasa rindu kepada siapa saja yang telah dan pernah hadir di kota Mekkah dan Madinah. Yang membangkitkan dorongan keinginan untuk datang kembali dan kembali.

Bagaimana kita dapat mendeskripsikan kenangan melaksanakan perjalanan umroh ini, yang demikian dahsyatnya dalam uraian kata dan kalimat?

Karena semangat dan kebahagiaan yang tiada tara, yang tercermin dari peserta umroh Tugasku. Baik saat kami tiba di Jeddah dan mempersiapkan diri untuk umroh pertama, malakukan thawaf dengan iringan tangis bahagia dan haru serta penuh doa, sa’i dengan langkah penuh semangat hingga tahallul. Irama yang ti dak pernah saya lihat surut hingga hari terakhir kami di kota Mekkah dan Madinah. Semua aktivitas teman-teman nikmati dengan antusiasme dan tidak ada jeda untuk lelah. Luar biasa membahagiakan.

Harapan setelah saya bersama teman-teman selesai umroh dan kembali ke Jakarta, kembali ke keluarga, dan kembali keaktivitas sehari-hari, semangat itu tetap menyala dan berkobar. Agar semua kenangan indah dan positif itu selalu menjadi pemicu dan menginspirasi pada tataran nyata di kehidupan.

Nikmat yang luar biasa. Kesadaran akan pentingnya memotivasi diri sendiri dalam bingkai berpikir positif, berbaik sangka atas apa yang terjadi. Apapun itu.

Fibrasi yang menjadikan aura dalam demensi kelompok, akibat beberapa dan sebagian besar dari para anggotanya yang selalu bersemangat, berjuang dan memperjuangkan apa yang diinginkan. Nikmat yang mengendap dalam dada untuk menjadi insan yang lebih ikhlas ketika menunaikan tugas kependidikan.

Semoga perjalanan kami menjadi perjalanan yang mendapat ridho Allah Ta'ala. Mulai dari keberangkatan kami dari rumah masing-masing hingga kami semua kembali ke rumah dan berjumpa dengan keluarga.

Semoga Ibu Almitra I Abidin dan keluarga besar Yayasan Bina Tugasku selalu dilimpahi manisnya iman, kesehatan, kekuatan, kemudahan, keberkahan, hidayah dan inayah-Nya. Aamiin Allahumma Aamiin.

Pertengahan Syawal 1445 H/April 2024

08 March 2024

Pak Haji Bercelana Jean!

 

Selfi pada saat saya mendapat tugas untuk menjemur pakaian di roof top apartemen ketika kami tinggal di Apartemen yang ada di Aziziyah.

"Assalamu'alaikum Pak Haji bercelana jean." Begitu teman satu kamar saya menyebut dan mensifati saya. Pertama kali dia ungkapkan ketika kami masih berada di Madinah. DSimana Madinah menjadi etape 10 pertama dalam perjalanan haji maki. Etape 10 hari kedua kami tinggal di Mekkah, dan etape terakhir merupakan 10 hari dimana kami berada di Aziziyah.

Sebutan ini mungkin karena saya memang hanya mengenakan celana jean. Sebenarnya sebutan demikian tidak sepenuhnya benar. Karena celana yang saya bawa dalam perjalanan haji ini memang 3 potong yang semuanya dari bahan dengan model seperti blue jean.

Jadi tidak mengapa sebutan itu melehat pada saya sepanjang kami bercanda sesama jamaah ketika diwaktu segang. Baik saat di dalam kamar atau juga saat menemani jamaah lain yang sedang menghisab rokok di pintu masuk hotel.

Bukan tanpa alasan saya hanya bercelana seperti itu. Pertimbangan paling benarnya, menurut saya, adalah bahwa celana semacam itu memungkinkan saya mengenakan celana yang dapat saya cuci sendiri dan tanpa harus diseterika terlebih dahulu.

Walau pada kenyataannya, pada saat kami berada di Madinah, dimana harga laundry masih 11 real, maka dalam dua hari sekali saya akan menyetorkan pakaian kotor dan mendapatkan kembali pakaian-pakaian saya itu dalam keadaan yang sudah rapi jali.

Ata juga ketiika sudah berada di Aziziyah, dimana sudah memasuki bulan Dzulhijjah, maka memiliki kebebasan untuk mencuci sendiri dan bahka sekaligus menyetrikanya. Ini karena travel menyewa 1 apartemen penuh, yang terdiri dari 6 lantai. Dan pada lantai paling atasnya menjadi area buat kami menjemur pakaian.

Jakarta, 8 Maret 2024.

Menengok Teman yang Sakit

 Pagi itu, Saya janjian dengan teman satu kamar untuk pergi ke Hotel Al Khiswah, tempat dimana teman berada. Menjadi bagian dari rombongan haji yang berdiam di Zona 8, di wilayah Jarwal. Teman dari rombongan haji dari Provinsi Banten.

Saya mengunjunginya bersama teman dengan berjalan kaki. Sebelum berangkat, kami sudah membuka peta untuk mengetahui posisi hotel dan seberapa jauhnya dari lokasi dimana kami tinggal. Maka pagi itu, kami berjalan sebelum waktu sarapan pagi mulai. Kami meninggalkan kamar hotel sekitar pukul 06.00.

Perjalanan kami berbarengan dengan jamaah-jamaah yang juga menuju hotel setelah menunaikan shalat di Masjidil Haram. Ini perjalanan pertama bagi saya di luar rute rutin, yaitu antara kamar hotel ke masjid atau sebaliknya. Maka sebentar-sebentar kami harus membuka peta di seluler, terutama ketika kami menemui persimpangan atau perempatan, dan memastikan ke arah mana perjalanan selanjutnya.  

Setelah berjalan beberapa lama, saya beristirahat dengan mengambil tempat duduk yang berada di pinggir lapangan parkir yang lumayan luas. Udara pagi mulai mengirimkan hawa hangat ke seantero pandangan mata.

Beberapa orang Indonesia ada tidak jauh dari kami duduk dengan asyik sedang bercengkerama dengan temannya sembari menghisap rokok. Dan dari percakapan, saya memastikan bahwa Hotel Khiswah ada persis di seberang jalan tempat kami duduk.

Kami tidak mengenal bangunan itu sebelum mendapatkan informasi dari orang yang sedang merokok tersebut. Karena kami berada di samping hotel sementara identitas hotel ada di bagian depan.  

Benar saja, setelah berkomunikasi via telepon, saya berjumpa dengan teman yang memang masih terlihat belum sehat benar. Dan sakitnya sendiri sebenarnya sakit yang dia telah alami sebelum kami berjumpa itu. Penyakit bawaan dari kampung halaman yang kambuh ketika pelaksanaan haji. 

Setelah dialog utara selatan, foto bersama, bertukar cerita, maka kami segera pamit. Sementara di lobi hotel dan juga di halaman depan hotel, jamaah calon haji sedang bersiap-siap untuk menuju ke Masjidil Haram guna melaksanakan Shlat Dzuhur berjamaan. Saat itu, masih pukul 08.00 pagi.

Dalam kelompok-kelompok kecil, jamaah berdiskusi arah perjalanan sembari sibuk menerima ransum makan siang yang ada di dalam boks putih. ASda diantara mereka yang menju masjid dengan berjalan kaki, sebagaimana yang saya lakukan ketika saya pergi kesini. Sebagian lainnya menunggu bus.

Saat sudah berada di Jakarta beberapa waktu kemudian, saya mendapat kabar bahwa teman saya yang saya tengok di Al Khiswah itu meninggal dunia. 

Allahumaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu. Aamiin Allahumma Aamiin. (Kenangan untuk teman Pak Haji Sundarto yang alumni Unair.).

Jakarta, 8 Maret 2024.